Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasiholan, Bonavian
"Modular Air Dryer (MAD) merupakan alat pengering yang berjenis tray (rak) dryer yang berfungsi untuk dapat mengeringkan hasil-hasil pertanian seperti kopi, padi dan lain-lain. Modular Air Dryer didesain dengan konstruksi yang tidak terlalu rumit sehingga masyarakat awam dapat menirunya Pengering ini memanfaatkan energi matahari dan mekanisme udsorber sebagai metode pengeringannya. Pengeringan yang memanfaatkan energi matahari memakai metode radiasi sebagai cara perambatan kalor dan matahari ke bahan yang akan dikeringkan. Sedangkan pengeringan yang memanfaatkan mekanisme udsorber menggunakan metode konveksi (alami atau paksa) sebagai cara perambatan kalornya. Pada metode konveksi sangat perlu diperhatikan mengenai kapasitas dan keseragaman pola aliran yang mengalir melewati bahan yang akan dikeringkan.
Kapasitas aliran maksudnya adalah besarnya volume udara yang mengalir dalam satuan waktu. Besamya kecepatan udara yang mengalir melalui bahan yang akan dikeringkan adalah 2-5 m/s. Keseragaman pola aliran udara yang mengalir melalui rak-rak harus seseraaman mungkin. Hal ini bertujuan agar laju atau kecepatan pengenngan disetiap rak sama sehingga tidak ada rak yang lebih cepat kering dibandingkan dengan rak lainnya. Hal ini akan meminimalisasikan waktu pengeringan sehingga akan meningkatkan efisiensi pengeringan Untuk mendapatkan aliran udara yang cukup dan seragam pada rak-rak MAD maka dilakukan modifikasi pada modul sirkuiasi MAD hasil perancangan awal. Modifikasi dilakukan dengan mengganti tangemial blower (kapasitas rendah) dengan exhaust fan (kapasitas besar), Ialu meletakkan exhaust fan tersebut pada bagian tengah belakang modul sirkulasi MAD kemudian memberikan sirip-sirip atau fin pada tengah belakang agar aliran udara mengalir dengan menyebar dan merata pada setiap rak MAD. Untuk mengetahui apakah aliran udara sudah mencukupi dan merata maka dilakukan pengujian untuk mendapatkan data. Data yang diperlukau adalah kecepatan disetiap titik pada area sucrion dan discharge modul sirkulasi MAD. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan pirot Iube dan manometer miring (inclined mcmomerer). Data mentah hasil pengukuran ini merupakan jarak pergerakan air pada manometer miring (in of water). Data mentah ini kemudian diolah untuk mendapatkan data kecepatan disetiap detik pada modul sirkulasi MAD.
Dari data hasil pengukuran dan hasil pengolahan beserta grafik dapat dilihat bahwa pola kecepatan udara pada suction rnodul sirkulasi MAD hampir merata. Sedangkan pada bagian dischargenya kurang merata. Kecepatan udara pada suction berkisar antara 0-4,477 m/s sedangkan pada discharge antara 0-1,987 m/s. Pola aliran udara yang hampir merata pada bagian suction disebabkan karena pola kecepatan udara yang masuk exhaust fun. Kecepatan udara paling besar terletak pada area blade fan yang paling jauh dari pusat exhaust fun dan sebaliknya.
Ketidakmerataan aliran udara pada bagian discharge disebabkan karena pola aliran udara yang keluar dari exhaust fun dan bentuk dari sirip-sirip. Untuk lebih memaksimalkan kemerataan udara pada bagian discharge maka jarak antara sirip-sirip harus dibuat lebih kecil. Ketidaktepatan dalam pengukuran seperti pelelakkan pitot tube memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Pitot tube harus diletakkan sedemikian hingga streanlines aliran udara yang datang menuju pitot tube tegak lurus dengan impactr tube port dan sejajar dengan static tube port.

Modular Air Dryer (MAD) is a tray dryer, is used to dry farm product .such as cojee, uphuslced rice, etc. MAD is designed with simple construction, thus ordinary people can malce it. This dryer uses solar energy and aasorber mechanics to dry materials. Dryer using solar energy uses radiation method as a heat transfer method Fam solar to the objects to be dried meanwhile dryer using adsorber mechanics uses convection method (both natural orforcea) as its heat transfer method ln convection method it is necessary to consider about the capacitv and the unytormity ofjlow pattern which flows through the material to he dried lflow Capacity is the air volume flows at a unit Q)"titne. The velocity of air flows through the material rangedjrom 2-5 ni Uniformity of air _flow pattern is essential and has to be reached as uniform as possible. Unmirmity of air flow pattern is aimed to distribute the velocity of dryer at every tray .similarly thus no tray is diyjaster than another. This will minimize the time of drying thus will increase drying eficiency.
To obtain a sufiicient and uniformed air flow at MAD trays, modification fy early design of lt/MD circulation module is needed Modtyication was done by replacing tangential blower (low capacity) with exhaust fan (high capacity), placing the exhaust fan in the middle-backward of MA D circulation module, then install fins in it. This modification was conducted to control the air flow, so that it jlows uniformly in every tray. To lcnow if the airflow was sufficient and unybrm then the experiment to collect data was done. The required data was the velocity at every point at suction and discharge area of MAD circulation module. the process to collect data was done by using pitot tube and inclined manometer. Raw data as the result of experiment were the distance of water movement in the inclined nanometer (in of water). These raw data, then. were processed to get the velocity data at every point at MMD circulation module.
From the measured data, processed data and grafics, it can he seen that the air velocity pattern at suction of MAl) circulation module almost untfornt. Meanwlzile at the discharge area, it was not. Air velocity at the suction range between 0-4,4 77 nz/s meanwhile at the discharge between 0-1,987 m/s. The almost uniformity at the suction is caused by the incoming of the air velocity pattern to the exhaust fan. The biggest air velocity is on the furthest distance blade fan area froitt the center of exhaust fan. Unifornity at the discharge is caused by the outgoing of the air velocity pattern from the exhaust fan which is similar with the incoming one and the shape of the jus. To maxinize the air flow unifornity at the discharge area, then the space between fins must be maxinize. lnaccuraney in measurement such as placement of pitot tube to the air flow give uncorrect result. The measurement with pitot tube requires placement at pitot tube such that those streamlines of airflow will he perpendicular to impact tube port and will be align with static tube port.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byan Wahyu Riyandwita
"Modular Air Dryer (MAD) adalah pengering yang dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan pengeringan yang berlrualitas. Ruang absorber sebagai ruang tempat pengkondisian udara di MAD sangat penting untuk diteliti. Penelitian dilakukan untuk mempelajari fenomena transfer panas dan massa yang te!jadi dalam ruang absorber. Selain itu juga untuk mendapatkan karakteristik dari ruang absorber dan mempelajari peranan zeolit sebagai dehumidifier dalam ruang absorber.
Metode yang dipakai adalab simulasi dengan program Computational Fluid Dynamic Fluent 5.3 dan pengujian. Tahapan penelitian yang dilakukan pertama kali adalah memvalidasikan basil simulasi dengan basil pengukuran data kecepatan dan temperarur tanpa melibatkan zeolit Setelah mendapatkan basil yang baik, pengujian dilakukan untuk memperoleh data RH dan ftaksi massa H 20 da!am jangka waktu 30 menit pada titik inlet, tengah dan outlet Data tersebut digunakan untuk simulasi selanjutnya yang melibatkan transfer massa dengan zeolit Kemudian dilalrukan pula simulasi untuk melihat pengarab kecepatan terhadap hasil RH keluaran dari ruang absorber untuk memberikan batasan dimana kecepatan yang baik yang dapat diterapkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Kurniawan
"Proses pengeringan merupakan suatu cara pemeliharaan terhadap suatu produk bahan pangan. Pengeringan secara alami, yaitu menggunakan sinar matahari langsung dirasakan kurang efektif karena membutuhkan waktu yang lama untuk proses pengeringan yang dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat pengering yang dapat meminimalkan waktu pengeringan. Modullar Air Dryer (MAD) adalah sebuah alat pengering yang dilengkapi kolektor plat datar dan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama. Sinar matahari yang dapat digunakan secara gratis menjadikan MAD sebagai alat pengering yang murah dengan perawatan yang mudah. Pembuatan MAD ini disesuaikan dengan cuaca di negara kita yang memiliki intensitas matahari cukup tinggi. Selain itu, hasil pertanian yang besar di negara kita menjadi salah satu alasan pembuatan MAD.
Pengujian MAD kali ini adalah untuk mengetahui kesetimbangan massa dan energi dalam proses pengeringan bahan pangan. Untuk pengujian kali ini digunakan bawang merah sebagai bahan uji. Persiapan awal yang dilakukan adalah meletakkan MAD pada tempat yang mendapatkan intensitas matahari cukup tinggi. Bawang merah yang akan dikeringkan diletakkan pada rak-rak yang tersedia dengan menggunakan wadah. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit. Data yang didapat dari pengujian antara lain temperatur udara masuk dan keluar ruang kolektor, temperatur ruang kolektor, temperatur ruang pengering, kelembaban relatif ruang pengering, massa bawang merah, intensitas matahari, dan temperatur lingkungan. Sedangkan, kecepatan aliran udara yang melalui ruang kolektor dan ruang pengering tidak berubah.
Data yang didapat dari hasil pengujian diolah dan didapatkan hasil bahwa secara ideal, proses pengeringan dalam MAD tidak setimbang karena terjadi perbedaan antara aliran massa uap air dan aliran energi yang masuk dan keluar sistem. Untuk aliran massa uap air, dari tiga kali pengujian, perbedaan yang terjadi adalah - 0.1251g/s, - 0.3967g/s, dan 0.0753g/s. Sedangkan, untuk aliran energi perbedaan yang teijadi adalah 0.254kJ/s, - 0.404kJ/s, dan 0.958kJ/s. Perbedaan ini sangat kecil bila dibandingkan dengan besamya aliran massa dan energi yang masuk dan keluar sistem. Sehingga, sistem pengeringan MAD dianggap memiliki kesetimbangan massa dan energi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Yuniarcho
"Modullar Air Dryer (MAD) dirancang untuk mengeringkan berbagai macam hasil pertanian seperti padi, bawang merah dan lain sebagainya dengan sumber energi matahari. Alat pengering ini sangat bergantung kepada cuaca yang cerah, dengan sinar matahari yang terik.
Peneliti kali ini mencoba meneliti bagaimana perjformance MAD ketika cuaca kurang baik (berawan) atau sinar matahari sebagai sumber energi utama kurang maksimal, dan pengaruh ditempatkannya silica gel pada solar collector terhadap performance dari MAD. Prosedur penelitian yaitu dengan mencatat perubahan massa dari bawang merah dan silica gel dengan selang waktu tiap 10 menit pada setiap rak bawang merah dan wadah dari silica geI. Kemudian melakukan pencatatan perubahan temperatur pada solar collector dan ruang pengeiing pada 18 titik, serta mencatat perubahan kelembapan relatif yang terjadi pada ruang pengering untuk selang waktu yang sama yaitu 10 menit.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa efisiensi MAD ketika cuaca kurang balk dengan bantuan silica gel tidak jauh berbeda ketika cuaca sangat cerah tanpa bantuan silica gel. Nilai efisensi yang didapat berkisar 9.5 % - 16.6 %. Selain itu, laju pengeringan yang didapat 0.09 - 0.39 gram/menit. Rak F memiliki nilai laju pengeringan yang lebih baik dibandingkan rak lainnya. Sedangkan k tiap rak pada ruang pengering hampir sama, yaitu berkisar antara 0.053-0.055 menit-1.

Modular Air Dryer (MAD) for drying many kinds of agricultural plants such as paddy, shallot, etc. with using sun as the heat source. This dryer rely on the sunny and hot temperature.
Researcher tried to find out how is the MAD's performance when the weather is cloudy and seeing the effect of silica gel's placement info into collector to the MAD's performance. The procedures in doing the experiment are write down the mass change of shallot and silica gel with 10 minute interval in each rack of shallot and silica gel. Then record changes of temperature on solar collector and place of silica gel on 18 points, and also record the changes of relative humidify in MAD's with 10 minute interval.
The resulls of this experiment indicated that the efficiency of MAD's silica gel in cloudy weather had similarly in common with the efficiency of M AD 's in sunny and hot temperature without silica gel. The efficiency value within 9.5% to 16.6 %. Besides that the drying rate within 0.09 - 0.39 gram/minute. Rack F had higher drying rate among the others. Moreover, the value of k on each rack in MAD's had the same value within 0.053-0.055 menit -1.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Dwipa M
"Penghisapan udara oleh pompa vakum menyebablcan berkurangnya jumlah uap air dalam tabung vakum. Hal tersebut berakibat pada menurunnya nilai relative humidity (RH) dalam tabung vakum. Akibatnya, tercapai suatu kondisi dimana udara memiliki kemampuan untuk menyerap lebih banyak air. Kondisi tersebut meningkatkan potensial pengeringan dalam tabung vakum. Potensial pengeringan tersebut akan menurun seiring dengan meningkatnya kadar air udara tabung vakum.
Suatu saat akan tercapai suatu kondisi di mana kandungan air kayu berada dalam keseimbangan dengan kadar air udara tabung vakum pada suatu nilai yang disebut equilibrium moismre conienr (EMC). EMC kayu perhitungan bergantung pada RH dan temperatur lingkungan. Rumus EMC Hailwood-Horrobin digunakan untuk menghitung nilai EMC kayu perhitungan pada kondisi RH dan temperatur tertentu.
Masalah yang dikaji pada lugas akhir ini adalah mengenai analisa EMC kayu perhitungan pada proses pemvakuman Pengambilan data dilakukan untuk mencatat nilai RH pada penurunan tekanan dengan variasi temperatur. Hasil yang didapat, penumnan tekanan menurunkan nilai EMC kayu perhitungan karena RH menurun selama penurunan tekanan. Pada tekanan tertentu, nilai EMC kayu perhitungan akan lebih rendah pada temperatur yang lebih tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianto M. Munir
"Sampah dimanapun selalu menimbulkan masalah. Ini disebabkan luasnya dampak negatif yang ditimbulkan serta casa penanganannya. Dampak negatif yang kentara diantara kita adalah berupa gangguan terhadap keseimbangan alam dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanganannya yang relatif aman serta tidak membahayakan dampak yang dihasilkan.
Salah satu alternatif penanganan tersebut adalah dengan membakar sampah yang dapat dilakukan di suatu tempat yang jauh dari segal kegiatan. Namun pembakaran tersebut terkadang sukar dikendalikan. Hal ini disebabkan bila terdapat angin yang cukup kencang sehingga sampah, asap, debu, arang, dan api itu sendiri terbawa ke tempat-tempat sekitar yang dapat menimbulkan kerugian serta dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan suatu instalasi pembakaran yang dapat menanggulangi hal tersebut. Instalasi pembakaran tersebut disebut insinerator.
Proses pembakaran di dalam insinerator disebut insinerasi. Dalam insinerasi, karakteristik sampah, terutama kandungan airnya dapat mempengaruhi lamanya pembakaran serta jumlah pemakaian bahan bakar. Pengeringan perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dikerjakan dalam insinerator. Pengeringan ini dapat dikerjakan sekaligus dengan pengontrolan suhu dan waktu pengeringan. Untuk sampah yang mengandung air (moisrure) tinggi, pengerlngan dilakukan di Iuar insinerator. Berarti instalasi pengeringan atau alat pengering dipasang di Iuar konsturksi insinerator.
Alat pengering yang dapat digunakan sebagai pengeringan pendahuluan adalah Rotary Dryer. Alat ini berbentuk silinder yang dapat berputar dan di dalamnya terdapat sirip-sirip yang berfungsi sebagai pemisah atau pengayak, agar sampah tidak menggumpal. Alat ini juga dapat digunakan sebagai ruang masuk sampah ke dalam insinerator dan terdapat pula ruang untuk mengalirkan udara panas sebagai pengonuolan suhu dan media pengering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Andriadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prihatyo Herlambang
"Indonesia adahlh negara ~ris dengan basil pertanian yang beragam. Beberape bagian dari basil pertanian disimpen untuk diawetkan selringga dapat dikonsumsi untuk waktu yang akan datang. Pengeringan merupakan salah satu teknik pengawetan_ Slnar matahari masih menjadi pilihan rnasyarakat karena murah dan berlimpah. Tetapi kerugiannya terutam.a adalah sinar matahari yang sulit didapat pada musim hujan padahal mungkin saja peda saat itu sedang terjadi panen. Salah satu teknologi pengeringan adalah pengering vakum aliran kontinyu. Simulasi alat uji pengering vakum aliran kontinyu dimaksudkan untuk rnendapatkan gamba= dari pengering vakum aliran kominyu yang sesUllgguhnya. Konstruksi utamanya adalah ejektor, kompresor, selang 4 x 2,5 mm dan tabung vakum. Tekanan kompresor yang digunakan sebesar 15 bar. Dengan tekanan sebesar ilu, tekanan vakum pada tabung vakum dapat mencapai 0,626 bar. Tetapi efisiensi sistem secara keseluruhan masih sangat kecil, yaitu 0~129 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S36218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Arysenna Samudera
"Singkong memiliki potensi yang baik sebagai sumber makanan pokok ataupun menjadi bahan baku etanol. Sebagai bahan baku etanol, singkong memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan tanaman pati lainnya. Kekurangan dari singkong yaitu terletak pada massa simpan yang relatif singkat sehingga perlu dilakukan suatu proses agar singkong memiliki massa simpan yang panjang. Proses yang dimaksud adalah pengeringan, dimana dengan proses ini diharapkan air yang terkandung dalam singkong hilang sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembang pada tanaman singkong. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui nilai konstanta laju pengeringan k dan energi aktivasi berdasarkan variasi temperatur pengeringan dan rasio A/V serta kelembaban udara pengering sebagai referensi untuk merancang alat pengering singkong massal yang efektif dan efiesien. Pada penelitian kali ini, pengeringan singkong dikupas dan dipotong menjadi bentuk silinder dengan ketebalan 2mm dan 4mm serta bentuk balok untuk pengeringan konveksi bebas dan konveksi paksa tanpa pengaturan kelembaban udara sedangkan pada konveksi paksa, sampel yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 30 mm dan ketebalan 2 mm. Sampel dikeringkan dengan variasi temperatur pengeringan, mulai dari 60oC-100oC. Penelitian pengeringan singkong konveksi bebas menggunakan moisture analyzer dan menggunakan pengering tipe batch dryer dengan kombinasi refrigerasi untuk pengeringan konveksi paksa. Nilai energi aktivasi minimum pengeringan singkong terjadi pada pengeringan konveksi paksa dengan nilai kelembaban 0.0072 kg/kg pada singkong silinder diameter 30 mm dengan tebal 2 mm yang menpunyai nilai sebesar 6.71 kJ/mol sedangkan nilai energi aktivasi maksimum terjadi pada pengeringan konveksi bebas dengan singkong silinder diameter 30 mm dengan tebal 4 mm yang mempunyai nilai sebesar 24.21 kJ/mol.

Cassava has a good potential as a staple food source or a raw material of ethanol. As a raw material of ethanol, cassava has many advantages compared to other starch plants. The deficiency of cassava lies in a relatively short storage mass so an action is needed to make cassava have a long shelf mass. The process is drying, which by this process is expected that the water contained in cassava is lost so that microorganisms can not develop in cassava plants. The purpose of this research is to know the value of drying rate constant k and activation energy based on variation of drying temperature and A V ratio and drying air humidity as reference for designing effective and efficient cassava dryers. In this research, cassava drying is peeled and cut into cylindrical shape with thickness of 2mm and 4mm and beam shape for free convection drying and forced convection without air humidity regulation. While in forced convection, the sample used is cylindrical with diameter 30 mm and thickness 2 mm. Cassava samples were dried with variations of drying temperature, ranging from 60oC 100oC. Research on cassava cassava drying using free convection moisture analyzer and using batch dryer type dryer with combination of refrigeration for forced convection drying. The minimum activation energy value of cassava drying occurred at forced convection drying with humidity value 0.0072 kg kg on cylindrical diameter of 30 mm diameter with 2 mm thick which has a value of 6.71 kJ mol while maximum activation energy value occurred at free convection drying on diameter cylindrical cassava 30 mm with a thickness of 4 mm which has a value of 24.21 kJ mol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Hutama Putera
"ABSTRAK
Pengeringan yang dilakukan ditujukan untuk mengeringkan kadar air
yang terdapat dalam gula aren, yang terdiri dari free waterbond dan
bondwater, tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan hasil
dari variasi temperature udara yang digunakan, ketebalan tumpukan
gula aren, dan temperatur udara yang digunakan. Tiga hal ini sangat
berpengaruh dalam proses pengeringan. Tujuan dari percobaan ini
sendiri untuk mendapatkan gula aren yang kering dan dapat tahan
lama tanpa harus menggunakan pengawet, karena bakteri
membutuhkan air untuk berkembang.

ABSTRACT
Drying which conducted is aimed to dry out the moisture content
contained in palm sugar, that consists of free water-bond and boundwater.
The purpose of this experiment is to obtain the result of
variations in air temperature that used, the thickness of the pile of
palm sugar, and the air temperature that used. These three things are
very influential in the drying process. The purpose of this experiment
itself to get a dry palm sugar and can last longer without any
preservatives needed, because the bacteria needs water to thrive."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>