Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Djatikusumo S.
"Suatu bahan dengan kadar air yang tinggi memiliki sifat rentan terhadap pembusukan karena aktivitas bakteri pada kadar air tinggi cukup besar. Untuk itu perlu dilakukan proses pengeringan guna mengurangi kadar air larutan. Proses pengeringan yang paling umum digunakan dalam pengeringan bahan berbentuk larutan adalah Spray Drying. Pada umumnya spray dryer digunakan untuk industri makanan seperti pembuatan susu dan kopi instan. Pada proses ini larutan dikabutkan dengan menggunakan pengatom kemudian dikeringkan dengan menggunakan media panas.
Hasil dari pengeringan ini biasanya berupa serbuk dengan kadar air yang sedikit. Penelitian mengenai spray drying dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur pengeringan dan mass flow terhadap laju pengeringan dan efisiensi alat pengering. Data eksperimen dari penelitian ini menunjukkan bahwa laju penguapan dan efisiensi alat pengering akan meningkat sebanding dengan peningkatan mass flow bahan dan temperatur pengeringan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfakhri
"Indonesia dlkenal sebagai negara agraris, merupakan negara tropis yang kaya akan hasil bumi yang berlimpah ruah. Banyak sekali hasit buah-boahan yang dihasilkan di seluruh peolosok daerah, diantaranya adalah buah nangka, Namun dikarer.akan karakteristik buah nangka yang cepat busuk apabila kulitnya sudah terbuka dan harganya turun pada saat musim nangka maka petani enggan mencari alternatif dalarn mengolab buab nangka, Melalui proses pengeringan maka basil panen buah nangka yang berlimpah sebagian dapat diawetkan sehingga kerugian pasca panen, khususnya bagi petani buah nangka dapat dihind3li Pengeringan vakum merupakan salah satu telmik pengeringan yang sudah banyak dikenal orang, Dengan mernanfaatkan telmik pengeringan vakum, pengeringan buah nangka dapat dilakukan dengan pembuatan alat pengering valrum yang sederhana dan murah, Dalam percobaan ini temperatur udara yang masuk alat pengering valrum dan tekanan kevakuman divariasikan. Dari variasi tersebut akan diperoleh berapa jumlah massa air yang menguap dari basil pengukuran, Pengukuran yang dila1:ukan adalah dengan menimbang berat dari buab nangka segar yang sudah dibuang bijinya sebelum divakum dan sesudab divakum dalam waktu yang sudah ditentukan, Dengan peroohaan ini juga nantinya diberikan rekomendasi perbalkan alai pengering vakum sehingga nantinya diharapkan pengeringan nangka dapat berlangsung optimum,"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilis Kurniawan
"Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur pengeringan dengan laju pengeringan pada pengering semprot di Laboratorium Perpindahan Kalor dan Massa Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Variasi laju aliran udara sebesar 17,1; 24,2; dan 29,6 [m³/jam] diujicobakan bersama dengan tekanan nozzle 1 [bar], laju aliran bahan 0,15 [l/jam] , 0,3 [l/jam] dan 0,45 [l/jam] , dewpoint 10 , 17 , dan 23 (ambient) [0C], sebanyak 27 proses untuk vitamin C.
Dari percobaan yang sudah dilakukan, ternyata laju aliran udara mempengaruhi temperatur minimum pengeringan semakin besar laju aliran udara, maka semakin rendah temperatur pengeringan. Pada percobaan vitamin C pun laju aliran udara, dewpoint serta laju aliran bahan masuk mempengaruhi temperatur pengeringan dan kinerja pengeringan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui masalah - masalah apa saja yang timbul.

Tests conducted to determine the relationship between the drying temperature with air flow rate on the spray drying in Laboratory Mass and Heat Transfer Department of Mechanical Engineering, University of Indonesia. Variation of air flow rate of 17,1; 24,2; dan 29,6; [m³/hour] tested along with pressure pneumatic nozzle 1 [bar] 0,15 fuel flow rate [l/hour] 0,3 [l/jam] dan 0,45 [l/jam], dewpoint 10 , 17 , and 23 (ambient) [0C], 27 process for vitamin C.
From the experiments that have been carried out on the water, it turns the air flow rate affects the minimum temperature the greater the drying air flow rate, the lower the drying temperature. Then experiments on vitamin C, intake air flow, dewpoint of air and flow rate of vitamin C, also affects the drying temperature. This test aims to determine any issue that arises.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman Al Yusra
"Alat pengering semprot pada umumnya memiliki efisiensi energi kurang dari 50%. Untuk meningkatkan efisiensinya, dalam penelitian pengering semprot dikombinasikan dengan pompa kalor. Pompa kalor berfungsi untuk mengeringkan udara pengering pada evaporator dan memanaskannya pada kondensor. Udara yang kering dan panas akan dialirkan ke ruang pengering melalui pemanas listrik.
Pada sistem pengering dan pemanas udara (pompa kalor), konsumsi energi kompresor menambah konsumsi energi sistem. Namun ada beberapa kondisi yang menjadikan konsumsi energi sistem lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Keuntungan terbesar didapatkan pada tekanan kondensor 16.85 [atm] (temperatur kondensor 60 [℃]) dan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 [℃] yaitu 34.9% dengan rasio 0.651.
Pada temperatur udara pengering yang tidak terlalu tinggi (60 [℃], 80 [℃], 100 [℃]) laju pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara pengering secara signifikan, sedangkan pada temperatur yang tinggi (120 [℃], 140 [℃]) laju pengeringan lebih dipengaruhi oleh temperatur udara pengering tersebut.
Kinerja total dari kombinasi pengering semprot dan pompa kalor menunjukkan keuntungan terbesar sistem dicapai pada tekanan kondensor 21.3 atm dengan kondisi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda (temperatur titik embun 10 [℃]), laju udara 450 [lpm], dan temperatur udara 60 [℃]. Pada kondisi ini, rasio konsumsi energi spesifik total adalah 0.222, artinya keuntungan energi terbesar yang diperoleh sebesar 77.8.

Generally, spray dyer has less than 50% energy efficiency. To increase it, spray dryer is combined with an heat pump. The heat pump functions are dehumidifying the air in the evaporator, and increasing the temperature of the air in the condenser. The hot and dry air will be distributed to the drying chamber through the air heater.
The extra energy consumption from the heat pump generally increases the overall system energy consumtion, but for the drying process, it gives a significant energy saving. The biggest advantage from the use of the heat pump will be gained at 16.85 [atm] condenser pressure (at 60 [℃] condenser temperature), and air humidity at 10 [℃] Dew Point temperature, which is 34.9% at 0.651 ratio.
At the moderate air temperature (60 [℃], 80 [℃], and 100 [℃]), the drying rate is affected by the humidity of the dryer air significantly, whle at higher temperature (120 [℃] and 140 [℃]), drying rate is mostly affected by the air temperature itself.
The total work of the combination of the spray dryer and the heat pump shows that the biggest advantage of the system is reached at 21.3 atm condenser pressure with 0.00763 kgv/kgda air humidity (10 [℃] Dew Point temperature), 450 [lpm] air flow, and 60 [℃] air temperature. At this condition, the specific energy consumption is 0.22 and the percentage of energy advantage reached is 77.8%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mustajab
"Spray dryer adalah salah satu alat yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan bahan, baik produk makanan atau produk farmasi yang sebagian besar materi penyusunnya sensitive terhadap panas. Pada penelitian awal untuk belimbing, spray dryer tanpa sistem refrigerasi evaporator dan kondensor membutuhkan suhu udara pengering 110 o C, temperature tersebut dapat merusak vitamin C pada bahan sampai 50%, sehingga nilai gizi produk menurun.
Tingginya temperature udara pengering yang mencapai 110°C , karena kondisi udara depok memiliki kelembaban yang tinggi sekitar 85 %. Untuk mengatasinya maka didesain spray dryer dengan memanfaatkan evaporator dan kondensor suatu sistem refrigerasi, dengan harapan bisa menurunkan kelembaban tersebut dengan mengalirkan udara lingkungan ke sistem refrigerasi evaporator dan kondensor, sehingga udara yang memasuki spray dryer relative sudah kering.
Evaporator berfungsi sebagai dehumidifier sedangkan kondensor berfungsi sebagai heater, sehingga panas yang diberikan oleh udara di evaporator akan diambil kembali oleh udara tersebut. Berdasarkan riset terdahulu (simulasi), maka penambahan komponen evaporator dan kondensor pada spray dryer akan menghasilkan udara pengering dengan kelembaban spesifik 0.0066 (berasal dari udara dengan kelembaban spesifik 0,0182). Dengan demikian pengeringan bisa bekerja dengan lebih cepat dan pada temperature yang rendah sehingga produk yang dihasilkan akan berbentuk serbuk kering atau caramel dengan vitamin C dan gizi yang lainnya tidak terlalu rusak karena pemanasan.

Spray dryer is one of the devices can be processed to make material organic more longer for kept, both the food product or pharmacy product which is most of the component sensitive with heating process. From the research previously for fruit product "belimbing", Spray dryer without refrigeration system need temperature for drying 110 o C, with that high temperature can be damage vitamin content around 50%, so the gizi product decreased.
The reason high temperature for drying 110°C, because of the humidity indepok so high around 85%, to handle that need to design Spray dryer with using evaporator & condenser of refrigeration system, with goal can be decreased the humidity with flow the environment air to that refrigeration system, so the air which entering the Spray dryer has been dried.
The evaporator working as dehumidifier and condenser as heater, so the heat given by air in evaporator will be used again. Based on the research previously from simulation, the effect of adding component evaporator &condenser on Spray dryer will produce dry air with the specific humidity 0,0066 (come from air specific humidity 0,0182). So then the spray dryer can work more fast & low temperature make the product as dry dust or caramel with the vitamin C & other organic material In good condition, not damage because of drying process with low temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T29972
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Jefrie Ronald
"Pada proses pengeringan semprot apabila temperatur pengeringan terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan sensitif terhadap panas, terutama pada vitamin C dan B1. Meskipun demikian, jika temperatur terlalu rendah dapat menyebabkan laju pengeringan produk sangat lambat. Variasi dari debit bahan , debit udara masuk serta temperatur udara pengering diharapkan mampu mengeringkan bahan secara efisien di mana kerusakan produk paling rendah dengan konsumsi daya paling efisien pada pengering semprot. Debit bahan menentukan banyak produk yang akan dikeringkan namun jika terlalu besar maka pengeringan tidak tercapai, sedangkan debit udara menentukan kapasitas pengeringan dimana banyaknya udara panas yang digunakan untuk mengeringkan produk.
Untuk temperatur pengeringan sangat penting pada laju pengeringan namun dapat menyebabkan kerusakan bahan. Analisa perhitungan dan pengujian yang didapat pengeringan dengan tingkat kerusakan terbesar produk vitamin C dan B1 adalah 14.6% pada temperatur 60°C dan 27.5% pada temperatur 140°C. Hal sangat dipengaruhi waktu kontak dari pengeringan meskipun dengan temperatur rendah sekalipun. Dan energi konsumsi paling rendah adalah yang menggunakan dehumidifier dengan temperatur 10°C, temperatur udara 120°C, dan debit udara 450 lpm.

In the spray drying process when the drying temperature is too high can cause damage to heat-sensitive materials, especially in vitamins C and B1. However, if the temperature is too low can lead to a very slow rate of drying products. Variations of material flow rate, air flow rate and air drying temperature are expected to drying materials efficiently in which the lowest damage to the product with the most efficient of energy consumption in the spray dryer. Material flow rate determines the product to be dried a lot but if it is too high then it can not be achieved by drying process, while the air flow rate drying determines drying capacity which the amount of hot air used to dry the product.
For drying temperature on the drying rate is very important but can cause material damage at high temperature. Analysis of the calculations obtained by drying with the highest product damage level of vitamin C and B1 is 14.6 % at temperature 60°C and 27.5 % at temperature 140°C. It is really affected by drying contact time even with low temperature. And the lowest energy consumption is which use dehumidifier at temperature 10°C, air temperature at 120°C, and air flow rate at 450 lpm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rachman
"Pada proses pengering semprot apabila menggunakan temperatur tinggi dapat menyebabkan degradasi pada material sensitif panas seperti vitamin A padaa buah tomat. Dengan demikian temperatur harus diturunkan untuk menghindari degradasi tersebut namun akan berdampak pada lambatnya pengeringan. Untuk mengatasi ini dapat digunakan dehumidifier untuk menurunkan kelembaban udara pengering sehingga laju pengeringan menjadi lebih cepat. Namun, penambahan dehumidifier ini membutuhkan daya tambahan yang akan meningkatkan konsumsi energi spesifik dari sistem. Dehumidifier pada penelitian ini menggunakan sistem refrigerasi yaitu memanfaatkan evaporator sebagai dehumidifier dan memanfaatkan sebagian panas yang dibuang di kondensor untuk preheater. Dari penambahan sistem refrigerasi ini harus dilakukan penelitian pula untuk konsumsi energi spesifiknya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa vitamin A pada tomat mengalami kerusakan yang sangat signifikan diantara suhu 90°C dan 120°C. Dan konsumsi energi spesifik terendah terjadi saat kelembaban udara minimun, debit udara pengering maksimum dan suhu pengeringan maksimum pada penelitian ini yaitu suhu keluaran evaporator 10°C, debit 450 lpm dan suhu heater 120°C.

In spray drying process if the air drier temperature is high, it can degrade heat sensitive materials like vitamin A on tomato. Hence, the temperature must be lowered to avoid the degradation, however, it makes drying rate slower. To overcome this problem, dehumidifier can be used to low the air humidity so the drying rate faster. However, the addition of dehumidifier need the more power increasing the specific consumption energy of the system. The dehumidifier in this research, used refrigeration system to utilize evaporator as dehumidifier and used the heat rejected on condensor to preheat the air drier. This addition need to be evaluated on the specific energy consumption. The result of this research shows that vitamin A on tomato degrades significantly between temperature 90oC and 120°C. And the minimum specific energy consumption occurs when the humidity is minimum, the air drier flow rate is maximum, and the temperatur of air drier is maximum. In this research the humidity is when the outlet temperatur of air drier from evaporator is 10°C, the flow rate is 450 lpm, and the temperatur of air drier is 120°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Glen Sudaryanto
"Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan, sehingga di Indonesia negara yang beriklim tropis dan memiliki kelembaban udara yang tinggi kinerja pengering semprot menjadi rendah. Penelitian ini membuat simulasi kommbinasi pengering semprot dengan pipa kalor dua kondensor seri dan pemanas listrik. Variabel dalam penelitian ini adalah temperature dan laju udara pengering pada dew point udara pengering 10 [ C], serta temperatur kondensor. Pada sebagian besar dari variasi tersebut, sistem pompa panas dengan dua kondensor yang dipasang seri memiliki Konsumsi Energi Spesifik yang tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Namun bila dikombinasikan dengan pengering semprot dan pemanas listrik konsumsi energi spesifiknya dapat menurun karena udara yang dialirkan dari pompa kalor jauh lebih kering. Ada pun pada sistem pompa kalor dua kondensor kondisi dengan kinerja paling baik terdapat pada temperatur kondensor 60 [ C]. Simulasi pada drying chamber ruang pengeringan didapatkan kinerja laju penguapan paling baik pada dew point 10 [ C] dengan temperatur udara penguapan 60 [ C]. Diketahui juga karakteristik laju penguapan pada temperatur udara pengeringan dibawah 60 [ C], laju penguapan dalam ruang pengering drying chamber sangat dipengaruhi oleh perubahan titik embunya. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa kinerja alat paling baik dicapai pada titik embun 10 [ C] dengan tekanan kondenser 23,1 atm.

Humidity rate is certainly a key factor in drying process. Indonesia with its tropical climate have a very high humidity rate. Humidity rate adjustment on a drying process in tropical climate can greatly increase the efficiency of spray dryer. The CFD simulation with the variation of heater temperature 60 C, 80 C, 100 C, 120 C, air flow velocity 0.03 m3 s, 0.06 m3 s dan 0.09 m3 s, and specific air humidity of 10 C, 15 C, 20 C and 27 C with 0,2 gr s of steady drying material. From all the variation that have been simulated, some of the heat pumps coefficient of performance, shown disadavantages, though if the heat pump combine with the spray dryer the performance show great advantages. This investigation also shown the drying chamber performace reach it peaks at dew point 10 C. Properties of the evaporation flow also can be identified during the drying process inside drying chamber, which in low dry air temperature 60 C the dew point affect greatly to evaporation rate of the materials. The efficiency of the combination between spray dryer and dehumidifier system reached its peak at 10 C specific humidity rate with 23,1 atm condenser pressure. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S70298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Deby Palupi
"Pemanfaatan energi panas bumi masih didominasi oleh pemanfatan secara tidak langsung, yaitu pemanfaatan energi panas bumi dengan terlebih dahulu mengkonversi ke bentuk energi lain, pengaplikasiannya adalah dalam sistem pembangkitan tenaga listrik. Namun, di sisi lain energi panas bumi juga dapat dimanfaatkan secara langsung (direct use). Pemanfaatan panas bumi secara langsung umumnya menggunakan sumber panas bumi enthalpi rendah (<150°C), salah satu pengaplikasian panas bumi enthalpi rendah adalah untuk proses pengeringan. Pengeringan merupakan metode penanganan pasca panen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk pertanian dengan cara menghilangkan sebagian kandungan air sampai dengan batas yang dianjurkan dan aman, dimana mikroorganisme tidak dapat hidup. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kegiatan produksi kopi yang semakin meningkat perlu diimbangi oleh kesiapan teknologi dan sarana pasca panen yang tepat dan sesuai untuk menjaga kualitas kopi agar kualitasnya sesuai dan memenuhi standar mutu biji kopi. Saat ini, proses pengeringan dengan metode konvensional penjemuran langsung di bawah sinar matahari masih menjadi salah satu metode yang masih banyak digunakan oleh para petani. Metode ini memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang lama karena bergantung terhadap kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi dan kurang stabil. Pemanfaatan panas bumi untuk proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi alat penukar panas berupa heat pipe jenis thermosiphon. Pada penelitian ini, metode Computational Fluid Dynamics (CFD) digunakan untuk mengetahui pola distribusi temperatur dan aliran udara di dalam ruangan pengering. Proses simulasi dilakukan dengan melakukan variasi pada temperatur panas thermosiphon (50,60, dan 70°C) dan kecepatan inlet udara (0.2, 0.4, dan 0.6 m/s). Hasil simulasi menunjukkan profil distribusi sebaran temperatur dan aliran udara di dalam ruangan pengering tersebar secara merata ditandai dengan keseragaman nilai temperatur di dalam ruangan pengering. Semakin tinggi temperatur thermosiphon, maka temperatur udara pengering akan semakin meningkat. Serta, seiring dengan bertambahnya kecepatan aliran udara akan menyebabkan temperatur udara di dalam ruangan pengering menurun. Temperatur udara tertinggi di dalam ruangan pengering adalah 57.72°C dengan kondisi thermosiphon 60°C kecepatan 0.2 m/s dan terendah terjadi pada temperatur thermosiphon 50°C dengan kecepatan 0.6 m/s, yaitu 36.61°C. Kemudian hasil simulasi dibandingkan dengan hasil eksperimen dari penelitian sebelumnya, menghasilkan nilai rata – rata error temperatur sebesar 6.83%. Kebutuhan kalor terbesar untuk proses pengeringan dari hasil simulasi adalah 118.79 kJ/kg dan yang terendah adalah 117.41 kJ/kg pada kecepatan 0.2m/s dan temperatur 70°C.

Utilization of geothermal energy is still dominated by indirect use for electricity generation, on the other hand geothermal energy can also be used for direct application. Direct use application mostly using a low enthalpy geothermal resources (<150 ° C), one of the applications of low enthalpy geothermal energy is for drying process. Drying is a post-harvest method that aims to improve the quality of agricultural products by removing some of the water to an agreed and safe limit, while microorganisms unable to grow and multiply. Coffee is one of the great comodity which has an important role in financial activities in Indonesia. Increasing of coffee production need to be balanced by the readiness of technology and post-harvest facilities that are appropriate and suitable for coffee quality so that the quality will meets the standards of coffee beans. At present, the dry process with the conventional method of open sun drying is still one method that is l widely used by farmers. This method has a disadvantages, which is requires a long time because it is done in unpredictable and unstable conditions since the methods depends on the weather. Utilization of geothermal heat for the drying process can be done using thermosyphon. In this study, the Computational Fluid Dynamics (CFD) method is used to study temperature and air flow distribution patterns in the drying chamber. The simulation process is carried out by varying the thermosiphon temperature (50.60, and 70°C) and the air inlet velocity (0.2, 0.4, and 0.6 m/s). The simulation results were then validated with experimental results from previous studies, resulting in an average temperature error of 6.83%. Simulation show the pattern of temperature and air flow distribution in the dryer room are evenly distributed, marked by uniformity of temperature in the dryer room. The higher thermosiphon temperature, the drying air temperature will increase. Along with the increase air inlet velocity will cause the temperature in the drying chamber to decrease. The highest air temperature in the drying room is 57.72°C with a thermosiphon condition of 60 ° C with a speed of 0.2 m / s and the lowest occurs at a thermosiphon temperature of 50 ° C with a speed of 0.6 m / s, which is 36.61°C. Simulation results then compared with the experimental results from previous studies, resulting in an average temperature error of 6.83%. The greatest heat requirement for the drying process from the simulation results is 118.79 kJ/kg and the lowest is 117.41 kJ/kg at a speed of 0.2m/s with temperature of 70°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprianto Dwi Ulmansyah
"Dalam dunia pertanian, pengeringan merupakan salah satu proses terpenting untuk menjaga kualitas bahan basil pertanian dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ada beragam jenis pengering yang dapat digunakan untuk mengeringkan hasil-hasil pertanian, salah satunya adalah pengering tipe rotari atau berputar.
Teknis pengering yang akan diuji disini sangat sederhana sehingga diharapkan dapat dengan mudah diaplikasikan oleh banyak kalangan petani. Gambaran umuln pengering tipe rotari ini adalah material yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam sebuah silinder berongga yang berputar dengan menggunakan suatu mekanisme motor, kemudian dipanaskan dengan menggunakan kompor. Udara hasil pemanasan silinder dihembuskan ke dalam ruang pengering, dengan mekanisme tersebut diharapkan pengeringan akan terjadi secara kontinyu hingga mencapai titik jenuh di keluaran silinder. Lamanya proses pengeringan dapat diatur dengan merubah putaran silinder atau dengan menaikkan temperatur pemanasan silinder.
Jenis material yang digunakan sebagai contoh pengujian adalah berupa jagung pipilan yang divariasikan jumlahnya ketika masuk ke dalam silinder. Begitu juga dengan aliran udara panas yang ditiupkan ke dalam ruang silinder divariasikan untuk mangetahui efektifitas alat dalam pengeringan.

In agriculture, drying process is one of the most important processes to keep the quality of farrning’s crops good, There are many kind of dryer that can he used to dry farming’s crops; one of those is rotary dryer.
This type of dryer, which will he tested, is the simple one that farmer can use this machine easily. General description of rotary dryer is that material, which is wanted to be dried, is gotten into a rotary hollow pipe, than the pipe will be heated by some burner. The hot bumed air is blowed into drying space in order to make the process runs continuously until the air get saturated in the other side of pipe. The duration of drying process can be arranged by changing the rotary of pipe or by increasing the heating ofthe pipe.
Corn, will be used as the sample of the test. Quantity of material that enters the pipe will be variated. Also the heated airflow will be variated to know 'the eiifectivity of instrument in drying process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>