Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Saepul Anwar
"Penelitian ini membahas mengenai fenomena bubble plume di dalam cairan diam. Bubble plume merupakan kumpulan bubble yang tementuk di dalam cairan. Percobaan dilakukan pada suatu tangki air berukuran 30 x 30 x 60 em. Karakteristik bubble plume yang meliputi karakterislik geometri, bubble CO!Illtituent, dan suara yang dihasilkan diamati. Pengambilan data dilakukan pada tekanan udara ko!llltan dengan memvariasikan laju aliran udara dan jumlah nosel/diameter ring pada air tawar dan air !aut. Data yang didapat adalah gamharlfoto atau viden pergerakan buhblelbubble plume dan suara bubble plume yang diukor dengan Sound Level Meter. Geometri bubble dan plume diukor pada basil print out sebingga didapatkan gambaran fisik dati bubble/bubble plume secara detail seperti diameter, bentuk, maupun dinarnik:a gelembung mulai dati pembentukan bingga mencapai permuk:aan cairan. Hnsil yang didapat dari percobaan adalah bahwa perubahan diameter bubble terbadap ketinggian air cenderung rneningkat walaupun sangat keciL Pada laju aliran udara yang lebih besar, diameter bubble yang dihasilkan (pada air tawar) ratarata lebih besat. Sedangkan diameter bubble pada air !aut rata-rata lebih kecil (dengan ukuran yang lebih merata/seragam) dibanding pada air tawar pada laju aliran udam yang sama Penarnbahan jumlah ring nossel tidak signifikan mempenga.ruhi perubahan diameter rata·rata bubble. Dari foto dan basil perhitungan, diketahui hahwa bentuk bubble yang melintasi cairan pada pereobaan ini adalah elips. Semakin mendekati permukaan cairan, maka diameter bubble plume yang terjadi ukan semakin besat. Jika laju aliran udara ditambah, maka diameter bubble plume akan cenderung lebih keeil dengan bentuk bubble plume yang lebih lurus. Diameter bubble plume yang te~adi pada air !aut cenderung lebih kecil dibanding pada air tawar pada laju aliran udara yang sama. Dengan penambahan jundak noselldiameter ring maupun laju aliran udam, maka SPL bubble plume bertambab keras. SPL bubble plume pada air laur relatif lebih pelan dibanding pada air tawar pada laju aliran adara yang sama"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnanto Bayu Adi
"Penelitian ini membahas mengenai fenomena bubble plume di dalam cairan diam. Bubble plume merupakan kumpulan bubble yang terbentuk dj dalam cairan. Percobaan dilakukan pada suatu tangki air berukuran 30 x 30 x 60 cm. Karakteristik bubble plume yang meliputi karakteristik geometri, bubble constituent, dan suara yang dihasilkan diamati. Pengambilan data dilakukan pada tekanan udara konstan dengan memvariasikan laju aliran udara dan jumlah nosel/diameter ring pada air tawar dan air laut Data yang didapat adalah gambar/foto atau video pergerakan bubble/bubble plume dan suara bubble plume yang diukur dengan Sound Level Meter. Geometri bubble dan plume diukur pada hasil print out sehingga didapatkan gambaran fisik dari bubble/bubble plume secara detail seperti diameter, bentuk, maupun dinamika gelembung mulai dari pembentukan hingga mencapai permukaan cairan. Hasil yang didapat dari percobaan adalah bahwa perubahan diameter bubble terhadap ketinggian air cenderung meningkat walaupun sangat kecil. Pada laju aliran udara yang lebih besar, diameter bubble yang dihasilkan (pada air tawar}rata­ rata lebih besar. Sedangkan diameter bubble pada air !aut rata-rata lebih kecil (dengan ukuran yang lebih merata/seragam) dibanding pada air tawar pada laju aliran udara yang sama. Penambahan jumlah ring nossel tidak signifikan mempengaruhi perubahan diameter rata-rata bubble. Dari foto dan hasil perhitungan, diketahui…"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sahala David
"Pada proses flotasi terdapat 3 sub-proses penting, yaitu penipisan interverensi dari lapisan fluida menjadi ketebalan kritis, pecahnya lapisan liquid terinterverensi dan pembentukan formasi kontak tiga fasa, serta ekspansi garis kontak tiga fasa mencapai kestabilan agregat. Kestabilan agregat menentukan keberhasilan proses separasi. Kestabilan agregat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu reagent, geometri dan ukuran partikel.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh geometri dan ukuran partikel terhadap stabilitas agregat. Eksperimental setup terdiri dari kolom flotasi dengan ukuran 9x9x26 cm dilengkapi dengan bubble generator, particle feeding system, dan video kamera berkecepatan tinggi (high speed video camera). Bubble generator berupa single nozzle berdiamater 0,3 mm yang dihubungkan ke programmable syringe pump. Particle feeding system terbuat dari pipet. Partikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel hasil tambang tembaga dengan bentuk sub-angular dengan ukuran antara 38-300 μm. Hasil rekaman high speed video camera diolah dan dianalisa dengan menggunakan image processing software. Hasil penelitian diharapkan akan menambah pemahaman pengaruh geometri dan ukuran partikel pada interaksi bubble-particle khususnya stabilitas agregat.
Hasil eksperimen menunjukkan stabilitas agrgegat bubble-partikel dan waktu induksi (waktu partikel melekat pada bubble) dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar probabilitas terbentuk agregat yang stabil dan semakin panjang waktu induki. Partikel berukuran 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm mamapu membentuk agregat stabil sehingga melekat pada gelembung. Sedangkan, partikel berukuran 150 μm dan 300 μm tidak mampu membentuk agregat stabil sehingga tidak melekat pada gelembung.

There are three sub-proces on flotation. These processes are intervening liquid film intu critical thickness, rupture of liquid film forming three phase contact line, and expansion three phase contact line forming agregate stability. Agregate stability determines flotation efficiency. Agregate stability has some important factors such as reagent and particle geometry.
This research focus on understanding effect of particle geometry to agregate stability. Experimental setup consists of 9x9x26 cm flotation coloumn made of glass, bubble generator, particle feeding system, and high speed video camera. Bubble generator made from single nozzle with 0,3 mm diameter attached to programmable syringe pump. Particle feeding system made of pipette. Particle used in this research is taken from open pit Grasberg in timika, Papua. Parcile has sub-angular size and varies between 38-300 μm. Recordings from high speed video camera analyzed using image processing software.
Experiment result shows thet agregate particle-bubble and induction time depends on particle size. The smaller particle size, the higher probability attachment, agregate stability, and iduction time. Particle with size 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm able to form stable agregate. While, particle with size 150 μm and 300 μm unable to form stable agregate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrohman
"Limbah Batik dapat menaikkan kekeruhan, warna dan Total Suspended Solid (TSS) cairan yang terkontaminasi olehnya, sehingga diperlukan suatu teknik untuk memisahkan limbah Batik dari cairan agar kekeruhan, warna dan TSS cairan menurun. Telah dilakukan penelitian flotasi menggunakan elektrolisis untuk pemisahan limbah pewarna sintetik hasil pewarnaan Batik. Penelitian dilakukan dengan elektrolisis dengan elektroda stainless steel 316L, di dalam sebuah pipa akrilik dengan tinggi 100 cm, dan diameter dalam 8,4 cm dengan variasi tegangan 10, 15 dan 20 volt. Tawas sebagai reagen untuk menggumpalkan limbah Batik ditambahkan sebanyak 1 gram tiap 10 mL limbah Batik. Limbah Batik dicampur terlebih dahulu dengan aquades. Frother yang digunakan adalah etanol murni sebanyak 0,1% v/v. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa flotasi limbah Batik dapat digunakan untuk pemisahan limbah Batik dengan penambahan tawas terlebih dahulu untuk menggumpalkan limbah Batik. Tawas terbukti mampu berperan seperti collector dalam pemisahan limbah Batik jenis ini. Etanol sebagai frother yang digunakan terbukti mampu membuat froth yang terbentuk stabil dan menaikan efisiensi pemisahan.

Batik waste can increase turbidity, color and Total Suspended Solid (TSS) of a liquid contaminated by it, so we need a technique for separating Batik from the liquid so that its turbidity, color and TSS decrease. Flotation studies have been conducted using electrolysis to produce the bubbles to separate synthetic dye waste result of Batik staining. Research carried out by electrolysis with 316L stainless steel electrodes, inside an acrylic pipe with a height of 100 cm, and 8,4 cm in diameter with a voltage variation of 10, 15 and 20 volts. Alum as a reagent is added to coagulate Batik waste as much as 1 gram per 10 mL of Batik waste. Batik waste mixed with distilled water beforehand. Frother used was pure ethanol as much as 0.1% v/v. From the research it was discovered that waste flotation Batik can be used for waste separation Batik with the addition of alum to coagulate prior Batik waste. Alum proved capable of acting as collector in this type of waste Batik separation. Ethanol as frother used proved capable of making stable froth formed and increase the separation efficiency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Antonio Nathan Bulangan
"Flotasi merupakan suatu pemisahan zat atau unsur kimiawi pada partikel di dalam cairan/larutan memanfaatkan gelembung sebagai teknologi terbaharukan. Partikel yang bersifat hidrofilik karena pengaruh reagent akan berinteraksi pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan. Tidak hanya itu, agregat ini kemudian bergerak dengan vektor yang fluktuatif karena sifat gelembung yang bergolak dengan kacau. Pengaruh gelembung yang bergerak atau dinamis dari nozzle akan menghasilkan perubahan profil aliran di kisaran gelembung, sehingga agregat yang terletak, khususnya di bagian atas dan bawah gelembung akan terganggu oleh vortex di sekitar gelembung. Namun arah aliran dari fluida yang terbentuk dari vortex pada partikel dapat mengacaukan proses pelekatan partikel pada gelembung Dalam proses simulasi, nilai kecepatan aliran di bagian atas partikel berkisar antara 51.5 ? 54.2 mm/s dimana valid dengan kecepatan gelembung yang berkisar 35 ? 37 mm/s. Tidak hanya itu, arah vektor fluida yang ditunjukkan pada hasil simulasi menggunakan Computational Fluid Dynamic menunjukkan besarnya perilaku untuk partikel menggelinding (rolling), meluncur (sliding) atau bertumbuk (bouncing) ke arah samping baik kiri maupun kanan. Selain itu, bentuk partikel juga dapat merubah profil medan aliran kisaran gelembung sehingga pergerakan gelembung akan membentuk profil yang diakibatkan adanya partikel yang melekat pada gelembung.

Flotation is a separation of a substance or chemical elements in the particles in fluid / solution utilizing the bubble as renewable technologies. Particles hydrophilic due to the influence of reagent will interact on air bubbles and will carried to the surface of the solution. Not only that, the aggregate is then moved by the vector fluctuating due to the volatile nature of the chaotic bubbles. The influence of bubbles moving or dynamic of the nozzle will produce a change in the flow profile in the range of bubbles, so that the aggregate located, especially at the top and bottom of the bubble will be disturbed by the vortex around the bubble. But the direction of flow of the fluid formed of the vortex in the particle can disrupt the process of attachment of particles on the bubble in the simulation process, the value of the flow velocity at the top of the particles ranging between 51.5 - 54.2 mm / s where the bubbles are valid at speeds ranging from 35-37 mm / s. Not only that, the direction vector fluid shown in the simulation results using Computational Fluid Dynamic shows the behavior of the particles rolling (rolling), sliding (sliding) or fight (bounces) in the direction of either left or right side. In addition, particle shape as well can alter the flow field profile so that the range of movement of the bubbles will bubble forming a profile that caused the particles are attached to the bubble."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Hari Nugroho
"Kolom gelembung pancaran merupakan salah satu alat yang berfungsi sebagai alat kontak/perpindahan massa antara fasa gas dan fasa cair yang telah banyak digunakan di industri kimia dan petrokimia, bahkan di industri pengolahan air limbah. Hal pokok yang penting diketahui dalam proses ini adalah tinjauan untuk mempelajari hidrodinamika dan kinetika absorpsi CO2.
Pada penelitian ini, yang ingin ditentukan adalah gas entrainment, holdup fasa gas, ukuran diameter gelembung, dan luas area spesifik antarfasa untuk studi hidrodinamika. Sedangkan untuk studi kinetika absorpsi CO2 yang ditentukan adalah konstanta kinetika reaksi.
Data yang diambil pada percobaan hidrodinamika adalah laju gas entrainmeni (gas yang terhisap), tekanan statik yang berupa tinggi cairan aerasi (Hf) dan tinggi cairan (hf), tekanan cairan, pengambilan gambar dengan menggunakan kamera pada 3 daerah. Dimana data tersebut diambil pada tiap kondisi operasi laju alir volumetrik cairan dan ukuran diameter nozzle yang divariasikan serta jarak antara permukaan cairan dengan ujung pelepasan kolom downcomer atau pipa downcomer yang tercelup (Z) yang konstan. Data ini kemudian diaplikasikan kedalam persamaan masing -masing untuk mendapatkan harga holdup fasa gas, ukuran diameter gelembung, dan luas area spesifik antar fasa. Sedangkan untuk kinetika absorpsi C02 yang diambil pada percobaan ini adalah data perubahan konsentrasi larutan NaOH dalam kolom gelembung pancaran persatuan waktu. Data ini kemudian diaplikasikan kedalam laju reaksi pseudo first orde reaction untuk menghitung nilai konstanta kinetika reaksi.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada panjang pipa downcomer yang tercelup konstan, semakin besar kecepatan pancaran cairan dan ukuran diameter nozzle, maka semakin besar gas yang terhisap, holdup fasa gas, dan luas area spesifik antar fasa. Sedangkan ukuran diameter rata - rata gelembung semakin kecil. Pada panjang pipa downcomer yang tercelup semakin pendek, maka semakin besar harga konstanta kinetika reaksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Liswanti Pertiwi
"Mikroalga sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku berbagai produk komersil, namun terkendala dalam efisiensi produksi biomassa. Hal tersebut dapat ditingkatkan dengan mempelajari pencampuran di dalam fotobioreaktor melalui teknologi computational fluid dynamic (CFD). Dalam penelitian ini, fotobioreaktor pencahayaan dalam untuk kultivasi mikroalga dimodelkan secara 3 dimensi yang mencakup neraca momentum, neraca massa fasa cair dan fasa gas. Model divalidasi dengan data penelitian dari jurnal Pegallapati dan Nirmalakhandan (2012) untuk simulasi selama 8 hari dengan pengaturan parameter μmax dan kd. Parameter μmax dan kd yang digunakan dalam model adalah sebesar 1,2 hari-1 dan 0,6 hari-1, dengan persen error hasil simulasi paling rendah 6,30% dan paling tinggi 38,64%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konsentrasi alga terus meningkat hingga 25,9 mol/m3 pada hari kedelapan, tidak berbeda jauh dengan hasil eksperimen sebesar 28,37 mol/m3. Profil konsentrasi alga cenderung untuk menyebar merata, menunjukkan adanya pencampuran di dalam reaktor. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 terlarut berkisar di angka -1 x 10-4 mol/m3 dan 1 x 10-4 mol/m3 pada 4 hari pertama serta di angka -1 x 10-17 mol/m3 dan 1 x 10-16 mol/m3 di 4 hari selanjutnya, menunjukkan adanya kenaikan kemampuan fiksasi CO2. Persebaran konsentrasi CO2 terlarut cenderung mengikuti perpindahan massa CO2 dari fasa gas ke fasa cair.

Microalgae have many potential as raw material for several commercial products, but still lacking in biomass production efficiency. The efficiency can be increased by studying mixing phenomena in photobioreactor using computational fluid dynamics (CFD) technology. In this research, an internally-illuminated bubble column photobioreactor is modeled in 3 dimensions which consist of momentum balance and mass balance in gas and liquid phase. The model is validated using experimental data from Pegallapati and Nirmalakhandan (2012) for eight days of cultivation with an adjustment in μmax and kd value. The model is using μmax value of 1.2 d-1 and kd value of 0.6 day-1 which has an error percentage of 6.30% at the lowest and 38.64% at the highest compared to the experimental data. Simulation shows that algae concentration increases everyday and reaching the value of 25.9 mol/m3 in the eighth day, compared to 28.37 mol/m3 algae in the experiment. The algae concentration has a tendency to spread evenly throughout the reactor, showing that there is mixing in the reactor. Simulation also shows that dissolved CO2 concentration value is ranging from -1 x 10-4 mol/m3 to 1 x 10-4 mol/m3 in the first four days, while its value is ranging from -1 x 10-17 mol/m3 to 1 x 10-16 mol/m3 in the next four days, showing increase in CO2 fixation ability. Dissolved CO2’s concentration spreading tends to follow the spreading of CO2 mass transfer from gas phase to liquid phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari hidrodinamika dan kinetika absorpsi CO2 dalam suatu kolom gelembung pancaran (jet bubble column). Proses ini dilakukan secara sinambun g dalam loncatan pancaran cairan kolom bergelembung pancaran. Udara dan air diumpankan dari atas kolom dan diikuti terjadinya proses penggelembungan yang berbentuk seperti awan. Proses penggelembungan ini terjadi adanya akibat dari tekanan air yang berkecepatan pancaran bertumbukan dengan air stagnan yang berada dalam kolom. Proses tumbukan tersebut akan mengakibatkan masuknya udara pada celah ? celah permukaan pada kedua cairan, dan udara akan terperangkap didalam cairan. Proses tumbukan ini juga akan menimbulkan arus pusaran (eddy current) yang terjadi didalam kolom downcomer dan dapat sebagai energi pencampuran. Diameter gelembung semakin kecil akan mengakibatkan luas area permukaan sentuhan semakin besar. Variabel yang dipelajari meliputi variabel desain dan variabel proses. Variabel desain meliputi diameter kolom dan diameter downcomer yang telah ditetapkan. Sedangkan variabel proses meliputi laju alir volumetrik cairan, diameter nozzle, dan jarak pipa downcomer yang tercelup. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan pengaruh kecepatan pancaran cairan dengan berbagai diameter nozzle terhadap laju gas entrainment dan holdup gas didalam kolom absorpsi. Disamping hasil uji kinetika absorpsi diharapkan dapat dapat memenuhi formulasi pseudo first order reaction.

The phenomenon of plunging jet gas-liquid contact occurs quite often in nature, it's momentum carries small air bubbles with it into the reactor medium. The momentum of the liquid stream can be sufficient to carry small bubbles completely to the bottom of the vessel. A stream of liquid falling toward a level surface of that liquid will pull the surrounding air along with it. It will indent the surface of the liquid to form a trumpet-like shape. If the velocity of the stream is high enough, air bubbles will be pulled down, i.e. entrained into the liquid. This happens for two main reasons: air that is trapped between the edge of the falling stream and the trumpet-shaped surface profile and is carried below the surface. This study investigates the potential of a vertical liquid plunging jet for a pollutant contained gas absorption technique. The absorber consists of liquid jet and gas bubble dispersed phase. The effects of operating variables such as liquid flowrate, nozzle diameter, separator pressure, etc. on gas entrainment and holdup were investigated. The mass transfer of the system is governed by the hydrodynamics of the system. Therefore a clear and precise understanding of the above is necessary : to characterize liquid and gas flow within the system, 2. Variation in velocity of the jet with the use of different nozzle diameters and flow rates, 3. Relationship between the liquid and entrained airflow rate, 4. Gas entrainment rate and gas void fraction."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitry Ratulangie Ichwan
"Penerjemahan home secara fenomenologi cenderung berkonotasi romantik, di mana home menjadi sumber keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Kesimpulan mengenai home ini bermasalah, mengingat bila ketiga aspek tersebut sudah tidak ada di tempat yang kita nobatkan sebagai sumber privasi maksimal, home akan menghilang. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi peleburan cakrawala ini melihat bagaimana home dapat dicermati melalui pemahaman fenomenologi dan naturalisme, sebuah pendekatan baru yang mempertimbangkan hukum alam dalam penghayatan manusia terhadap ruangwaktu tertentu. Melalui pendekatan ini, home terbentuk melalui hubungan positif antara seorang subjek dengan sebuah tempat di ruangwaktu tertentu. Memori dan pengalaman subjek terhadap tempat memperboleh gelembung home yang selalu dibawa oleh manusia melebur dengan gelembung yang ada di lingkungan. Semakin banyaknya peleburan gelembung yang terjadi, subjek akan memiliki akses ke waktu yang lebih variatif. Dengan itu, melalui perspektif fenomeno-naturalis ini, home dilihat sebagai sebuah gelembung yang bersifat dinamis, transformatif, serta memiliki kemampuan untuk merumahkan keberadaan fisik maupun metafisik.

A phenomenological interpretation of home is usually done in a romantic manner, in which home is thought to be a source of safety, comfort, and security. This conclusion of home is problematic, considering that if all of these components do not exist in a certain place, home will dissipate. This research, which was conducted by using fusion of horizon method, aims to see if the concept of home can be understood through a new approach which weighs in natural law in human perception towards a certain spacetime. Through this method, home is formed via positive connection between a subject with a certain place in a certain space time. The memories and experience of a subject towards a place allows their home bubble that is always carried by them to merge with the bubbles present in the environment. The more frequent this merger happens, the subject will have access to more time. Hence, through this phenomeno-naturalistic perspective, home is defined as a bubble that is dynamic, transformative, and has the ability to house physical and metaphysical entities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>