Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aziz Oktrianto
"Indonesia melalui akselerasi upaya penghapusan penyakit dan infeksi menular pada generasi balita sejak tahun 1995 dengan melaksanakan pekan imunisasi nasional yang pertama. Pemberian imunisasi tersebut sangat penting untuk masa depan anak-anak Indonesia, karena imunisasi dapat mencegah penyakit dan infeksi yang menular dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh. Laboratorium Perpindahan Kalor DTM-FTUI telah mengembangkan vaccine carrier atau alat pembawa vaksin yang menggunakan elemen peltier ganda berpendingin air untuk menjaga temperatur ruang pendingin vaksin agar selalu konstan. Vaccine carrier tersebut sudah dapat bekerja pada kisaran temperatur hidup vaksin polio (2 - 8_C), akan tetapi alat ini sulit dibawa kemana-mana karena berat dan memiliki komponen tambahan berupa sistem pendingin air untuk mendinginkan sisi panas peltier. Sistem pendingin air ini memiliki pompa air, selang, dan water block yang terpisah dari vaccine carrier, sehinga membuat vaccine carrier tersebut menjadi rumit dan tidak ringkas karena memiliki banyak Komponen. Sebagai solusinya digunakanlah heatsink-fan sebagai pendingin sisi panas peltier untuk menggantikan sistem pendingin air. Penelitian yang dilakukan adalah ingin mengetahui unjuk kerja vaccine carrier apabila heatsink-fan digunakannya heatsink-fan karena bentuk dan dimensinya yang ringkas sehingga sesuai untuk aplikasi vaccine carrier yang portable. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil penting bahwa vaccine carrier dengan peltier ganda berpendingin udara mampu mendinginkan ruang vaksin hingga dibawah 8_C dalam waktu 10 menit, dapat menjaga konstan temperatur 0_C selama lebih 3 Jam, dan memiliki desain serta unjuk kerja yang lebih baik dari vaccine carrier berpendingin air.

Indonesia has started eradication of disease and infection on children by held Pekan Imunisasi Nasional (PIN) in 1995. Immunization can prevent children from disease and infection by raised the antibody. For supporting the national immunization. Heat Transfer Lab on Mechanical Engineering University of Indonesia has developed vaccine carrier which is an equipment/or carrying vaccines. The vaccine carrier uses water-cooled double pettier to cool the vaccine's cabin and to keep the temperature constant. The vaccine carrier has successfully worked at the temperature range of 2-8_C, which is where polio vaccines live. But this equipment is not easily portable because it is heavy and has an additional component which is the water cooling system that consists of water pump, hose, and water block that are separated from it. As a solution, heatsink-fan is used to cool the pettier's hot side as a replacement of the water cooling system. The research is to know the equipment's cooling performance if heatsink-fan is used to cool the peltier 's hot side and to compare it with water cooling system. The main consideration/or using heatsink fan is because its shape and dimension that are compact so that it is appropiate for a portable vaccine carrier. The results of the research are vaccine carrier with air-cooled double peltier can lower the vaccine cabin's temperature to under 8_C in 10 minutes, it can keep the temperature constantly at 0_C for over 3 hours, and it has better design and performance than water-cooled vaccine carrier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Imunisasi sangat penting untuk masa depan anak-anak Indonesia, karena dapat mencegah penularan penyakit dan infeksi dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh. Untuk mendukung Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) khususnya di daerah terpencil yang sulit dijangkau, Laboratorium Perpindahan Kalor DTM-FTUI telah mengembangkan vaccine carrier atau alat pembawa vaksin yang menggunakan peltier
elemen ganda sebagai pompa kalor dan heatsink-fan sebagai pendingin sisi panas peltier untuk menjaga temperatur ruang vaksin pada kisaran temperatur hidup vaksin polio ( 2 ? 8oC ). Pengembangan yang
dilakukan pada penelitian ini adalah merancang dan membuat vaccine carrier agar mudah dibawa, memiliki estetika, bobot yang ringan, dan hemat energi dengan tetap memiliki kemampuan pendinginan
yang baik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka tetap digunakan peltier ganda sebagai pompa kalor solid. Acrylic digunakan sebagai bahan casing dan polyurethane sebagai isolator ruang pendingin vaksin. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui unjuk kerja vaccine carrier. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil penting bahwa vaccine carrier dengan peltier ganda berpendingin udara mampu mendinginkan ruang vaksin hingga dibawah 8oC dalam waktu 10 menit, dengan konsumsi energi 24 Watt.

Abstract
Immunization is very important for the new generation, because it can prevent contagious disease and infection by raised the antibody. For supporting the national immunization program, Heat Transfer
Laboratory Department of Mechanical Engineering University
of Indonesia has developed vaccine carrier box which used two stage Peltier elements as the heat pump for maintaining the temperature
inside the vaccine box in the range of 2-8oC and heat sink fan as a cooler on the hot side of peltier element. Some considerations were taken for new design of vaccine Carrier box, the vaccine box should
be portable, light, compact, esthetic, saver. This research has also aim to know the performance of the vaccine carrier box. The results of the research were that vaccine carrier box double peltier element
with heat sink fan are able to chill the temperature inside the box below 8oC in 10 minutes with energy consumption 24 Watt."
[Fakultas Teknik UI, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Idam Bariyanto
"Imunisasi sangat penting untuk masa depan anak-anak Indonesia, karena dapat mencegah penyakit dan infeksi yang menular dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh. Untuk mendukung Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin FTUI telah mengembangkan vaccine carrier atau alat pembawa vaksin yang menggunakan peltier ganda berpendingin air untuk menjaga temperatur ruang vaksin pada kisaran temperatur hidup vaksin polio . Akan tetapi alat ini sulit dibawa kemana-mana karena berat dan memiliki komponen tambahan berupa sistem pendingin air untuk mendinginkan sisi panas peltier. Sistem pendingin air ini memiliki pompa air, selang, dan water block yang terpisah dari vaccine carrier, sehingga membuat vaccine carrier tersebut menjadi tidak ringkas. Sebagai solusinya digunakanlah heatsink-fan sebagai pendingin sisi panas peltier untuk menggantikan sistem pendingin air. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah ingin mengetahui unjuk kerja vaccine carrier apabila heatsink-fan digunakan sebagai pendingin sisi panas peltier. Pertimbangan utama digunakannya heatsink-fan karena bentuk dan dimensinya yang ringkas sehingga sesuai untuk aplikasi vaccine carrier yang portable. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil penting bahwa vaccine carrier dengan peltier ganda berpendingin udara mampu mendinginkan ruang vaksin hingga dibawah 8_C dalam waktu 10 menit, dapat menjaga konstan temperatur 0_C selama lebih dari 3 jam, dan memiliki desain serta unjuk kerja yang lebih baik dari vaccine carrier berpendingin air.

Immunization is very important because it can prevent children from disease and infection by raised the antibody. For supporting the national immunization. Heat Transfer Laboratory on Mechanical Engineering University of Indonesia has developed vaccine carrier that uses water-cooled two-stage pettier to cool the vaccine's cabin. The vaccine carrier has successfully worked at the temperature range of 2-8_C, which is where polio vaccines live, but this equipment is not easily portable because it is heavy and has an additional component which is the water-cooled system that consists of water pump, hose, and water block that are separated from it. As a solution, heatsink-fan is use to cool the pe liter's hot side as a replacement of the water cooling system. The objective of this research is to know cooling performance of vaccine carrier if heatsink-fan is use to cool the hot side of peltier. The main consideration for using heatsink-fan is because its shape and dimension are compact so that it is appropriate for a portable vaccine carrier. The results of the research are vaccine carrier with air-cooled double peltier can lower the vaccine cabin's temperature to under 8_C in 10 minutes, it can keep the temperature constantly at 0_C for over 3 hours, and it has better design and performance than water-cooled vaccine carrier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Pattas P.
"Penanganan vaksin dalam transportasi maupun penyimpanannya untuk mencapai lapisan masyarakat terbawah di lapangan memerlukan suatu alat portabel yang memiliki kapasitas yang cukup dan teknolngi pendinginan yang maju untuk menjaga vaksin pada temperatur 2 °C - 8 °C, agar tidak rusak oleh panas yang berlebihan atau pembekuan sesampainya di tujuan. Selama ini di Indonesia alat terkecil yang digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan (posyandu) adalah vaccine carrier dan tennos yang menggunakan ice pack atau es batu sebagai media pendingin di dalamnya. Kemajuan teknologi termoelektrik terbukti telah berkembang pesat dengan adanya produk-produk modul termoelektrik yang juga dikenal sebagai elemen peltier yang sudah mulai bisa ditemukan di pasaran. Banyak juga produk-produk pendingin portabel yang menggunakan teknologi termoelektrik. Elemen peltier sebagai media pendingin memiliki dimensi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan ice pack, hal ini memungkinkan kapasitas ruang yang lebih besar untuk penyimpanan vaksin. Di samping itu penggunaan elemen peltier memungkinkan pengaluran temperatur di dalam alat portabel yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengcnali elemen peltier dari segi karakteristiknya, baik daya listrik yang dibutuhkan, kemampuan pendinginannya maupun teknologi praktis yang dibutuhkan untuk membuat suatu sistem pendingin termoelektrik. Dalam tugas ini digunakan heat exchanger yang menggunakan air sebagai media pendingin pada sisi elemen peltier yang panas untuk menjaga temperatur operasi dari elemen peltier, sekaligus untuk mengamati pengaruhnya terhadap proses pendinginan pada sisi dingin peltier dengan rnengambil data-data temperatur pada bagian-bagian tenentu dalam sistem tersebut. Dengan menganalisa hasil pengamatan tersebut tentunya akan dapat dibuat suatu sistem pendingin termoelektrik yang baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Maarif
"Penukar kalor merupakan salah sam alat yang panting sekali dalam industri terutama pada industri petrokimia. Ada banyak sekali penukar kalor, salah satunya adalah penukar kalor pendingin udara (Air Cooler Heat Exchanger). Perhitungan desain penukar kalor pendingin udara rnelibatkan banyak persamaan. Masing-masing variabel pada persamaan-persaman itu saling keterkaitan satu sama lain, disatu persamaan mungkin salah satu variabel yang diinginkan berbanding lurus tapi di persamaan lain berbanding terbalik. Variabel yang menentukan sekali dalam mendesain penukar kalor pendingin udara adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), karena koefisien perpindahan panas menyeluruh merupakan salah satu variabel yang meneniukan besar atau tidaknya laju perpindahan panas pada suatu penukar kalor. Pemrograman ini memberikan perkiraan variabel-variabel apa saja yang sangal berpengaruh terhadap variabel koefisien perpindahan panas menyeluruh. Dengan mengetahui variabel-variabel tersebut maka dapat mempersingkat waktu dalam perhitungan desain penukar kalor pendingin udara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrurrachman
"Proses perbandingan antara sistem chiller absorpsi nap efek tunggal pembakaran tak langsung dengan chiller sentrifugalgal satu tingkat berpendingin air bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangaxmya masing-masing, baik itu dari faktor teknologi, faktor kinerja sistem, faktor ekonomi, serta faktor lainnya baik itu dari segi kehandalan, kenyamanan, dan operasionalnya.
Data-data yang dibutuhkan diambil dari studi kasus instalasi tata udara pada sebuah pusat perheianjaan yang menggunakan chiller absorpsi uap sebagai Air HancL'ing Tbzit (AI-IU)-nya. Analisa ini dilakukan dengan mclakukan perhitungan-perhitungan termodinamika untuk mengukur Iaju aliran massa fluida kerja dan laju perpindahan energi kalor di dalam sistem unmk mengukur koefisien prestasi sistem secara keseluruhan. Perhilungan ulang dengan tahap yang sama dilakukan untuk menganalisa sistem chiller sentrifugal dengan rnengideaiisasikan beberapa data yang diperoleh dari spesiiikasi pada chiller absorpsi uap.
Dari pengolahan data tersebut diperoleh hasil bahwa pada kondisi beban reiiigrasi operasional rata-rata yang sama laju perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan kondensor chillcr sentrifiigai lebih efekiif dan koeisien prestasi sistem yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan chiller absorpsi nap, namun dengan selisih perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Kemudian perhitungan dilanjutkan untuk membandingkan biaya konsumsi energi dan biaya oparasional tahunan kedua sistem. Untuk chiller absorpsi dilakukan perhitungan terhadap biaya konsumsi energi listrilc, biaya konsumsi bahan bakar, dan biaya pemakaian air. Sedangkan untuk chiller sentrifugal dilakukan perhitungan terhadap biaya konsumsi energi iistrik, biaya pemakaian air, dan biaya perawatan sistem pelumasan. Hasil yang diperoleh adalah chiiler absorpsi uap memerlukan biaya pemakaian air yang lebih tinggi daripada chiller sentriiiigal, sedangkan chiiler sentrifirgal memerlukan biaya konsumsi energi listrik yang lebih tinggi daripada chiller absorpsi uap. Secara keseluruhan jika ditotal dengan biaya-biaya Iainnya, biaya operasional tahunan chiller absorpsi nap jauh Iebih murah jika dibandingkan dengan biaya operasional chiller sentrifugal.

The comparison process between indirect-fired single effect steam operated abso;pticn chiller with water-cooled single stage cenrifugal Chiller is to know the surplus and the laclc of each systems, either rain technologicalbv, perforvnance capability, economically. and some other factors such as reliability, connortability, and operationalhi.
The required datas taken from a case study of shopping center air conditioner installation using absorption chillerfor its Air Handling (bait MHKD. The anabisis conducted by theimoaynamic calculations to measure the massjlow of work fluid and the heat transfer in the .system in order to jind the value of .gistein Coefficient of Performance (COP). Re-calculating process with the some steps fo analyze centryitgal chiller .9/stem conahtcted by idealize some datas from absorption chiller specification.
The analysis results are, in the same average operational cooling load the heat transfer in the evaporator and condenser of the centrifugal chiller are more ejective and higher system COP, when compared with absorption chiller, however with small differences. Then the calculations continued to compare the cost of energy consumption and annualbw operational both systems. For absorption chiller conducted by calculating the cost of electricity consumption, water usage, and_)9tel consumption, and for centrifugal chiller by calculating the cost of electricity consumption, water usage and lubrication system maintenance. The results are, absorption chiller needs water usage higher than centrifugal chiller, and ceutrintgai chiller needs electricity consumption higher than absorption chiller. Generally, the total annualbt operational cost of absorption chiller is lower than centriyitgal chiiler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Maria Veranika
"Perubahan pasar global yang cepat menyebabkan industri memerlukan strategi baru untuk merespon kebutuhan konsumen dan memuaskan kebutuhan pasar agar lebih efisien dan lebih cepat. Hal ini dilakukan dengan mengimplementasikan peralatan teknik untuk lebih cepat dalam menyediakan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif terhadap kebutuhan konsumen.
Proses assembling merupakan proses yang memakan waktu yang cukup besar dalam proses manufaktur (53% dari total waktu produksi dan 22% ongkos buruh). DFA adalah salah satu sistem perencanaan assembling, yang menganalisa desain komponen maupun produk secara keseluruhan, yang dimulai dari awal proses desain, sehingga kesulitan-kesulitan assembling dapat diatasi sebelum komponen diproduksi. Sistem ini bertujuan untuk mempermudah proses perakitan sehingga waktu dan cost assembling dapat diturunkan. Keuntungan dari DFA ini adalah mengurangi jumlah perubahan desain dan secara tidak langsung mengurangi biaya dan waktu. Pada saat yang sama, memenuhi kebutuhan pelanggan.
Untuk itu pada penelitian ini dilakukan perancangan dan pengembangan produk vaccine carrier yang mempertimbangkan metode Product Design dan Design For Assembly pada perancangan vaccine carrier tersebut. Dari hasil perancangan dan analisa DFA pada produk vaccine carrier, didapat total waktu assembling untuk desain awal adalah 519,34 detik dengan nilai efficiency 18% sedangkan total waktu assembling untuk redesain adalah 405,63 detik dengan nilai efficiency 24%.

Global marketplace is changing so rapidly that industrialist need to adopt new strategy to respond customer requirement and in order to satisfy the market needs more efficiency and quickly. That is reason to implement engineering tools quickly in supplied high quality product with competitive price to meet costumer requirement.
Assembling process is take production time more than 50% from manufacture process (assembling process is 53% from total production time and 22% from labor cost). DFA is one technique of assembling planning system that analyzed component design and overall product from beginning to complete product. DFA is use to simplified assembling process and reduce assembling cost to meet consumer requirement.
This thesis is design and develops product design of vaccine carrier that used Product Design and Design For Assembly method in design product of vaccine carrier. The results of the research are operation time for fisrt design is 519.34 second with design efficiency about 18% and the operation time for redesign is 405.63 second with design efficiency about 24%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isaq Murmarianto
"Kotak bagasi (carrier box) merupakan salah satu aksesori sepeda motor yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang bawaan sehingga bermanfaat dalam jasa pengiriman menggunakan sepeda motor. Untuk menambah nilai fungsional dari carrier box, maka dibuat suatu produk yang dapat menyimpan barang dalam suhu dingin atau kondisi refrigerasi seperti minuman atau buah-buahan. Adapun sistem pendinginannya menggunakan prinsip termoelektrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi temperatur pada kotak pendingin (cool box) berpendingin elemen Peltier menggunakan software komputer sehingga dapat menentukan desain optimum posisi elemen Peltier. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa desain cool box dengan posisi elemen di samping kanan dan kiri lebih baik daripada desain cool box dengan posisi elemen pada satu sisi.

Carrier box is one of motorcycle accessories which having ability to keep the luggage that very useful in system of delivery using motorcysle. In added of the functional value of carrier box, hence wishing to make a carrier box that keep the product like fruits or beverages in cold temperature or condition of refrigeration. The system used the principal uf thermoelectric. The aim of the research using computer software is to know the temperature distribution in cool box to define the optimum design of the position of Peltier elements. The result showed that the design of cool box using Peltier elements in both of right and left side was better than the design of cooling box using Peltier elements in one side."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Farabi
"ABSTRAK
Pembangunan bidang kesehatan terus dilakukan agar kualitas kesehatan sumber daya manusia Indonesia semakin membaik. Salah satunya adalah program imunisasi. Imunisasi merupakan program penting yang harus terus dilakukan, karena dapat mencegah penularan penyakit dan infeksi dengan cara meningkatkan kekebalan imun tubuh. Penyebaran imunisasi harus merata di seluruh bagian Indonesia termasuk wilayah terpencil. Pengembangan vaccine carrier terus dilakukan perbaikan sistem pendingin agar vaksin yang ada di dalam kabin bisa tetap hidup dalam transportasi. Suhu yang diperlukan vaksin agar tetap hidup berkisar pada range 2 – 8oC . Selain sistem pendingin yang terus dikembangkan, aspek estetika juga dilakukan pengembangan meliputi pengurangan bobot menjadi lebih ringan, pemilihan sumber daya yang lebih tahan lama dan lebih kecil secara dimensi. Perancangan pendingin sisi panas elemen peliter pada vaccine carrier menggunakan vapor chamber dan coral tabulate sebagai sumbu kapile. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efek sistem pendinginan vapor chamber bila dibandingkan dengan heatsink. Dari pengujian yang telah dilakukan, hasil yang didapat vapor chamber dapat menurunkan suhu sampai 1.160 C dalam waktu 1 jam dengan beban penuh.

ABSTRACT
Development in the health sector continues to be done so that the quality of human resources health in Indonesia is getting better. One of the programs is immunization. Immunization is an important program that should be done, because it can prevent the transmission of disease and infection by enhancing the immune system of the body. Immunization range must be evenly distributed throughout Indonesia, including remote areas. Cooling system improvement of the vaccine carrier is continued in order to keep the vaccine in the cabin alive when carried in a transportation. Required temperature range of vaccines in order to stay alive in the range of 2 - 8oC . The development of the solid state thermoelectric cooling system has permitted newly developed packages that are capable of meeting the requirements and applications where environmental concern, size, weight, performance, and noise are an issue. This research describes the combination of a thermoelectric module and a vapor chamber in the cooling system of the vaccine carrier. The position of the vapor chamber as a heat sink on the hot side of the thermoelectric module will enhance the thermoelectric performance. From this experiment, the minimum temperature in the cabin of the vaccine carrier box reached 1.160 C in an hour with 8 vaccine tubes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>