Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Dwi Rahmana
"Tuntutan akan layanan jaringan internet yang lebih baik dan menarik semakin besar seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan jaringan. Dengan semakin banyaknya pengguna jaringan internet dan meningkatnya permintaan layanan layanan multimedia seperti Video on Demand, teleconterence, real time game ataupun audio streaming, rnengakibatkan kebutuhan akan ketersediaan bandwith jaringan semakin besar. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme transmisi data yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan jaringan. Transmisi data multicast adalah salah satu altematif yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan jaringan dan efektifitas biaya jaringan yang dipakai. Transnrisi data multicast dapat mengirimkan paket ke banyak penerima hanya dengan menggunakan satu aliran data, sehingga mengurangi beban jaringan secara keseiuruhan. Dalam skripsi ini dilakukan pengujian unjuk kerja transmisi data unicast dan multicast pada jaringan IPv4 dan IPv6, Hasil pengujian rnenunjukkan bahwa transmisi data multicast memberikan kinerja yang baik walaupun dilakukan pembatasan besar bandwlth dalam jaringan. Dengan transmisi data multiccst penurunan kinerja dari sisi throughput kurang dari 0,02 % pada jaringan IPv4 dan 0,006 % pada jaringan IPv6. Hal ini tentu saja sangat berbeda apabila dibandingkan dengan transmisi data unicast dimana terjadi penurunan kinerja yang signifikan dengan perlakuan yang sruna pada transrnisi data multicast."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S39294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitaloka Kusumawardhani
"Beberapa tahun belakangan ini, teknologi serta pemakaian jaringan Internet berkembang dengan pesat. Dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan jaringan Internet adalah Internet Protocol (IP) dan pemakaian aplikasi Word Wide Web (WWW). Perkembangan pemakaian aplikasi jaringan Internet memerlukan alamat IP global unik yang semakin banyak sehingga pengalamatan IPv4 dianggap kurang mencukupi untuk beberapa tahun mendatang. Untuk mengantisipasi hal ini Internet Engineering Task Force (IETF) merekomendasikan standar pengalamatan baru yang disebut IPv6. Namun, untuk mengganti seluruh titik IPv4 dengan IPv6 secara langsung adalah hal yang mustahil, sehingga diperlukan mekanisme transisi yang akan menjamin kelangsungan koneksi antar jaringan. Salah satu metode transisi yang dapat digunakan adalah metode Dual Stack.
Dalam skripsi ini, dilakukan pengujian untuk mengamati unjuk kerja web server pada jaringan lokal dengan metode Dual Stack. Sarana pengujian berupa test-bed yang terdiri dari empat buah PC yang terdapat pada Laboratorium Digital FTUI. Dari hasil pengujian, akan diamati parameter yang mewakili unjuk kerja web server berupa kecepatan transfer, jumlah koneksi per detik dan total waktu koneksi. Kemudian, hasil pengujian akan dibandingkan dengan unjuk kerja web server pada jaringan IPv4 dan IPv6.
Hasil pengujian unjuk kerja web server menunjukkan bahwa kecepatan transfer, jumlah koneksi per detik, dan total waktu koneksi pada jaringan dengan metode Dual Stack memiliki nilai unjuk kerja di antara jaringan IPv4 dan IPv6, yaitu kecepatan transfer rata-rata lebih baik 36,849 % dari jaringan IPv4 dan 2,729 % di bawah jaringan IPv6, jumlah koneksi per detik rata-rata lebih baik 28,378 % dari jaringan IPv4 dan 2,911 % di bawah jaringan IPv6, total waktu rata-rata lebih baik 33,953 % dari jaringan IPv4 dan 9,521 % di bawah jaringan IPv6.

Nowadays, Internet network technology has been grown up faster. Two important factors which influence Internet network development are Internet Protocol (IP) and World Wide Web application. The Internet network development need more unique global IP address so IPv4 addressing insufficient for few years later. To anticipate this Internet Engineering Task Force (IETF) recommended new addressing standard which called IPv6. In spite of, to change all IPv4 nodes with IPv6 directly is impossible. So that, transition mechanism that guarantee network connection is needed. One of them is Dual Stack method.
In this thesis, experiment was done to investigate web server performance in local network with Dual Stack method. The experiment tool is test bed which consists of four PC at FTUI Digital laboratory. From the experiment result, the parameters will be investigated are transfer rate, connection per second, and total connection time. Then, the experiment results will be comparing with web server performance in IPv4 and IPv6 network.
Web server performance experiment result showing that transfer rate, connection per second, and total connection time in Dual Stack network have performance value between IPv4 and IPv6 network. The transfer rate better 36,849 % than IPv4 network and less 2,729 % than IPv6 network. The connection per second better 28,378 % than IPv4 network and less 2,911 % than IPv6 network And total connection time better 33,953 % than IPv4 network and less 9,521 % than IPv6 network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Thiotrisno
"Stream Control Transport Protocol (SC 7 P) merupakan protokol lapisan transport yang handal, connection-oriented (berbasis pada message-oriented dan message-stream. Walaupun awalnya ditujukan untuk kebutuhan bidang telekomunikasi, tetapi berbagai fitur SCTP memungkinkan SCTP menjadi alternatif protokol jaringan komputer.
Fitur-fitur SCTP antara lain: multihoming, multistreaming, fast retransmit, fast recovery, error control, congestion control, SACK dan reliable transmission. Mekanisme pengiriman paket SCTP dianalogikan sebagai multiple stream sehingga dapat mencegah terjadinya Head of Line HiOL) Blocking Finn multihomfng dapat mendeteksi dan mengantisipasi kegagalan jalur transmisi dengan menyediakan jalur alternatif. Mekanisme congestion control, fast retransmit dan SACK memunglrinlfan SCTP meryaga lcyu throughput, menangani kehilangan puke! secara efisien dan ekkljf dan mencapaf rhrrmghpm' yang lebih ringgi dibandinglran TCP.
Pada simulasi ini, SCTP mampu mencapai throughput yang lebih tinggi dibandingkan TCP dengan persentase 30%-100% pada trafic CBR dan 100%-300% pada aplikasi FTP dengan tingkat fairness yang cukup tinggi yaitu 0. 70-0. 99. Peningkatan waktu simulasi menghasilkan nilai parameter unjuk kerja jaringan yang lebih stabil Peningkatan delay propagasi jalur bottleneck menyebabkan peningkatan RIT sehingga total throughput, packet loss rate dan ulilisasi jalur menurn.
Peningkaran jumlah sesi pada kapasitas bandwidth kecil menghasilkan peningkatan total throughput dan utilisasi jalur mencapai 90%-99%, tetapi menyebablfan peningkatan PLR hingga 12% dan penurunan indeks fairness hingga 0. 70. Penerapan SCTP bersama TCP dalam sam jaringan unicast umumnya tidak menurunkan unjuk kerja jaringan maupun TCP dan menghasilkan tingkat fairness yang cukup tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. James D. Soemarto
"Trafik yang padat dalam jaringan multicast akan memicu hilangnya paket yang mengalir karena tetjadi kemacetan Sebuah protokol reliabel multicast diharapkan dapat mengantisipasi hilangnya paket tersebut dengan pengiriman paket perbaikan sebagai pengganti. Hal ini telah memicu perkembangan protokol reliabel multicast dari kelas receiver initiated untuk dapat berperan sebagai protokol standar dalam jaringan multicast. Cisco System pada tahun 1998 telah mengeluarkan profokol baru yaitu Pragmatic General Multicast (PGM) yang menawarkan konsep berbeda dalam penerapannya pada jaringan, yaitu dengan penggunaan router khusus sebagai elemen jaringan yang ikut berperan aktif dalam pengaturan trafik. PGM dikatakan memiliki kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dalam pemakaian resource jaringan tanpa mengurangi standar reliabilitas yang ada. Simulasi dan analisa akan dilakukan pada skripsi ini untuk melihat kinerja PGM dalam meningkatkan unjuk kerja jaringan, dengan membandingkan kinerja protokol saat diterapkan pada jaringan dengan lingkungan router khusus PGM dan non-PGM. Dari simulasi yang dilakukan. didapatkan hasil yang memmjukkan bahwa PGM mampu bekerja secara baik dalam topologi yang berbeda. Kinerja protokol ini akan menjadi maksimal saat diterapkan dalam lingkungan router khusus PGM, dengan simulasi menunjukkan nilai delay 21% lebih kecil, tingkat terjadinya duplikasi paket ada 77% lebih rendah, dan presentase throughput yang lebih baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S39304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Isa
"Mekanisme transisi IPv6 diperlukan untuk menjamin interoperabilitas jaringan antara IPv6 dengan IPv4 selama masa migrasi. Network Address Translation (NAT) dan sifatnya pada sebuah jaringan akan menjadi hambatan tersendiri bagi sebagian besar metode transisi IPv6, atau dikenal dengan istilah proto-41 forwarding. Diperlukan metode transisi khusus yang dapat menembus NAT untuk memberikan konektivitas IPv6 melalui infrastruktur IPv4. Teredo dan IPv6 VPN, dimana keduanya menggunakan tunneling berbasis UDP, merupakan solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui metode dengan performa yang lebih baik antara Teredo dan IPv6 VPN, serta sejauh mana perbedaannya terhadap jaringan IPv4 murni (existing). Untuk itu dilakukan beberapa pengujian menggunakan jaringan test-bed secara lokal. Pengujian meliputi koneksi TCP dan UDP untuk memberikan gambaran umum performa jaringan, serta koneksi FTP untuk memberikan gambaran khusus performa aplikasi jaringan. Parameter yang diamati selama pengujian adalah throughput TCP, frame loss dan jitter UDP serta latency, transfer time, dan throughput FTP.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa IPv6 VPN memiliki performa yang lebih baik di seluruh parameter pengujian, dibandingkan Teredo. Perbedaan yang terjadi berkisar antara 286.18% - 458.64% untuk throughput TCP, 23.64% - 2088.69% untuk jitter UDP, 168.07% - 267.57% untuk latency FTP, 279.41% - 447.36% untuk transfer time FTP, dan 257.35% - 391.21% untuk throughput FTP. Selain itu, metode IPv6 VPN memiliki performa yang tidak jauh berbeda dengan jaringan IPv4 murni. Hal ini menjadikan metode IPv6 VPN sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan metode Teredo, dalam memberikan konektivitas IPv6 bagi jaringan private yang berada dibalik NAT melalui infrastruktur jaringan IPv4.

Transition mechanism is required to guarantee IPv4 and IPv6 interoperability during the migration period. Network Address Translation (NAT) and its behaviour would become a drawback to some usual IPv6 transition mechanism, this problem also known as proto-41 forwarding. Specific transition mechanism is required to pass NAT and gave IPv6 connectivity through current IPv4 backbone infrastructure. Teredo and IPv6 VPN, both are based on UDP tunneling mechanism, could exceed this problem.
This paper was made to examine which methods, between Teredo and IPv6 VPN, would have better performance. This paper also made to examine the effect of each method compare to existing IPv4 network. To answer that, some testing that based on local test-bed have been done. The test includes TCP and UDP connection to give an illustration of general network performance, and FTP connection to give an illustration of spesific internet application performance. Parameters to watch during the test are TCP throughput, UDP frame loss and jitter, then FTP latency, transfer time and throughput.
Overall result from the test indicates that IPv6 VPN gave a better performance than Teredo at all testing parameters. The differences occurred around 286.18% - 458.64% for TCP throughput, 23.64% - 2088.69% for UDP jitter, 168.07% - 267.57% for FTP latency, 279.41% - 447.36% for FTP transfer time and 257.35% - 391.21% for FTP throughput. IPv6 VPN’s performances also closed enough comparing to the existing native IPv4 network performances. From this paper and the test result, gave indication that IPv6 VPN would become a better solution than Teredo in relations to give IPv6 connectivity for a private network that stand behind NAT devices through IPv4 network infrastructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40498
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nanda Nur Ibrahim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51054
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syafrudin
"Tujuan utama pengembangan IPv6 adalah untuk memenuhi kebutuhan alamat IP untuk jangka panjang sekaligus menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada pada IPv4. Dengan hadirnya IPv6 maka dibutuhkan routing protocol yang mendukung jaringan IPv6 diantara RIPng dan OSPFv3. Routing protocol berfungsi untuk menghubungkan antar jaringan, dan memilih jalur atau rute untuk mencapai jaringan yang lain. Skripsi ini disusun untuk mengetahui kinerja dari routing protocol pada jaringan IPv6 yaitu RIPng dan OSPFv3. Pengujian dilakukan dengan analisa proses pemilihan jalur pada routing table, analisa paket header, dan pengujian dengan melakukan pengiriman paket pada masing-masing routing protocol. Metode yang digunakan adalah studi literatur, simulasi pada komputer, dan implementasi pada jaringan test-bed. Analisa data menunjukan bahwa secara umum kinerja RIPng dan OSPFv3 tidak jauh berbeda dengan routing protocol pendahulunya, yaitu RIP dan OSPF pada jaringan IPv4, perbedaan mendasar adalah dukungan terhadap pengalamatan 128-bit. Pada pengujian didapatkan kinerja OSPFv3 lebih baik karena kecepatannya dalam melakukan konvergen pada jaringan ketika terjadi link down dibutuhkan waktu sebesar 4,542 detik, jaluh lebih cepat daripada RIPng yang membutuhkan waktu 60,566 detik. Hasil pengujian throughput dengan window size paket TCP berukuran 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte didapatkan nilai rata-rata 92,8 Mbits/detik untuk routing protocol RIPng, dan pada OSPFv3 didapatkan nilai rata-rata throughput 85,3Mbits/detik untuk windows size 2, 4, 8 Kbyte dan 92,9Mbits/detik untuk window size berukuran 16 dan 32 Kbyte. Pada pengujian jitter dengan paket UDP pada jaringan IPv6, didapat besar jitter dengan routing protocol RIPng rata-rata 1,196 ms dan dengan dengan OSPFv3 rata-rata sebesar 1,106 ms.

The main objective of the development of IPv6 (Internet Protocol Version 6) is to meet needs of IP addresses for the long term and improving the existing weaknesses in IPv4. With the presence of IPv6, also needed routing protocol that support IPv6 such as RIPng and OSPFv3. A routing protocol is a protocol that specifies how router communicate each other, select path or routes, and connect other network. This paper is arranged to determine the performance of RIPng dan OSPFv3 routing protocols. For the testing is done by analyzing the patch selection process in the routing table, packet header analysis, and testing by sending a packet. The method used is literature study, computer simulation, and implementation on the test-bed. Data analysis showed that the overall performance of RIPng and OSPFv3 are not much different from its predecessor routing protocol, RIP and OSPF on an IPv4 network, the fundamental difference is the support of 128-bit addressing. OSPFv3 on test performance showed better because the speed of convergence on the network do when it happens the link down it takes by 4.542 seconds, faster than the RIPng which took 60.566 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51305
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew, Wilson N.
"Internet Protokol versi 4 (IPv4) yang telah berusia hampir dua dekade dirasakan memiliki banyak kekurangan terutama dalam hal security. Internet Protokol versi 6 (IPv6) telah dipersiapkan untuk mengatasi hal tersebut dengan mengintegrasikan suatu mekanisme IP security (IPsec). Mekanisme IPSec terdir dari security protocol AH untuk layanan autentikasi dan security protocol ESP untuk layanan autentikasi dan enkripsi. Masing-masing security protocol ini dapat menerapkan algoritma autentikasi HMAC-MD5 dan HMAC-SHA1 sesuai kebutuhan. Melalui IPSec diharapkan dapat mencegah serangan dalam jaringan seperti serangan replay attack.
Dalam skripsi ini dilakukan pengujian mekanisme security IPSec dan mengukur serta membandingkan unjuk kerja jaringan pada saat IPSec tidak diterapkan dan diterapkan dalam jaringan IPv6 dengan menggunakan aplikasi ping dan video streaming.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa mekanisme IPSec dapat melakukan proteksi berupa autentikasi terhadap paket. Hasil analisa unjuk kerja menunjukkan bahwa penerapan mekanisme IPSec pada jaringan lokal IPv6 dalam hal penambahan overhead dan beban jaringan pada aplikasi video streaming sama baik dengan unjuk kerja jaringan tanpa penerapan mekanisme IPSec. Hasil ini diperoleh dengan melihat penambahan overhead yang terjadi pada jaringan sangat kecil sekali hingga mendekati 0 % dan penambahan beban jaringan yang juga kecil sebesar kurang lebih 2.3 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Arisandy
"Dalam penerapan IPv6 diperlukan suatu metode transisi agar tidak mengganggu kinerja jaringan yang saat ini masih menggunakan IPv4. Contoh metode transisi yang dikenal ialah metode dual stack, metode tunneling dan metode transalasi, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6 berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPv4.
Dalam skripsi ini akan diuji metode Dual IP Stack dan metode ISATAP. Untuk menguji kinerja dari metode-metode ini, khususnya di dalam aplikasi video streaming, digunakan jaringan test bed yang dibangun dari empat buah PC. Parameter yang diamati di sini ialah throughput, jumlah paket yang dikirim dan latency. Di dalam uji coba ini akan dibandingkan kinerja dari konfigurasi IPv4 murni, IPv6 murni, metode Dual IP Stack dan metode tunneling ISATAP, khususnya di dalam aplikasi video streaming. Uji coba dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap file yang dikirimkan, sehingga terdapat 160 buah data untuk 4 buah file dan 4 konfigurasi jaringan yang diujicobakan.
Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa metode Dual IP Stack dan ISATAP tidak mengurangi kemampuan jaringan dalam aplikasi video streaming. Dibandingkan dengan IPv4, metode Dual IP Stack mampu meningkatkan throughput _ 1,45 % dan memiliki latency yang lebih baik sebesar _ 0,005 %. Sementara itu, metode ISATAP mampu meningkatkan throughput _ 11,93 % dan mengurangi latency sebesar _ 0,003 %. Namun, di lain pihak metode ISATAP menambah jumlah data yang dikirimkan sebesar _ 11,25 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Dwi Wijayanti
"IPv6 sebagai protokol internet generasi mendatang, diharapkan dapat menjadi teknologi IP masa kini dan mendatang untuk mengatasi segala keterbatasan, hambatan yang dihadapi dalam pengembangan dan penerapan layanan baru. Konvergensi sejauh mungkin ke arah teknologi yang berbasis IP sudah tidak dapat dihindari lagi. Dengan ruang alamat sebesar 128 bit, maka IPv6 meningkatkan jumlah alamat IP yang tersedia untuk layanan baru. Dalam penerapannya, Ipv4 pada jaringan MPLS harus dapat diintegrasikan dengan IPv6 untuk kemudian ditingkatkan menjadi IPv6.
Pada Skripsi ini dilakukan uji coba performansi jaringan MPLS dalam perbandingannya antara IPv4 dan IPv6 untuk aplikasi FTP. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur, perancangan dan implementasi kemudian melakukan pengujian. Parameter-parameter uji yang digunakan adalah delay paket, transfer time dan throughput.
Dari hasil pengujian didapatkan delay MPLS IPv4 lebih kecil 92.65% - 98.3% dibanding MPLS IPv6, transfer time MPLS IPv4 lebih cepat 95.26% - 105.15% dibanding jaringan MPLS IPv6, dan throughput MPLS IPv4 lebih besar 96.17% - 96.35% dibanding MPLS IPv6.

IPv6, as a next generation Internet Protocol, is promised to be the IP technology present and for the next future in order to overcome all of limitation and problems faced along the development and implementation of such new services. Converging as deep as possible to the new technology based on IP is can not be avoided. With a 128 bit of addressing, IPv6 increasing the amount of IP addressing that needed by new services. On the implementation,, IPv4 over MPLS network must be integrated with IPv6 protocol then it can be increased to the full IPv6 network.
In this final project, we doing performance comparison testbed over MPLS network in comparison with IPv4 and IPv6 packet for FTP application. This testbed is done by literature study, design and implementation then evaluating the network. The test parameter is delay packet, transfer time and throughput.
The result show that delay MPLS IPv4 92.65% - 98.3% better than MPLS Ipv6. Transfer time of MPLS IPv4 95.26% - 105.15% quicker than MPLS IPv6 and MPLS IPv4 throughput 96.17% - 96.35% higher than MPLS Ipv6.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>