Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vikram
"Terjadinya perkembangan pemakaian internet secara cepat telah menyebabkan protokol IPv4 tidak dapat lagi menampung user yang ada. Untuk mengatasi masalah keterbatasan alamat pada IPv4, maka dibuatlah Internet Protocol versi baru (IPng atau IPv6). Namun untuk penerapannya masih diperlukan waktu dan metode transisi dari IPv4 ke IPv6 tanpa mengganggu jaringan IPv4. Contoh metode transisi yang dikenal adalah 6to4, 6over4, ISATAP, dan DSTM.
Dalam skripsi ini akan diuji metode tunneling ISATAP dan 6to4. Untuk menguji performansi dari kedua metode tersebut dilakukan uji coba dengan menggunakan aplikasi video streaming. Sarana pengujian menggunakan jaringan test bed yang dibangun dari lima buah PC yang mengambil tempat di Lab Digital FT-UI.
Dalam pengujian akan dianalisa beberapa parameter untuk mengetahui unjuk kerjanya, diantaranya throughput, jumlah packet loss dan latency. Pada pengujian akan dilakukan perbandingan kinerja dari konfigurasi IPv4 murni, IPv6 murni, dengan metode tunneling ISATAP dan 6to4.
Dari hasil uji coba yang dilakukan didapatkan bahwa metode tunneling 6to4 dan ISATAP tidak mengurangi kemampuan jaringan dalam aplikasi video streaming. Dibandingkan dengan IPv4, metode tunneling ini mampu meningkatkan throughput sekitar 0.013% (6to4) dan 0.007% (ISATAP), serta dapat mengurangi packet loss sekitar 47.9% (6to4) dan 6.84% (ISATAP). Perbedaan latency yang terjadi hanya berbeda sekitar 0.73% (6to4) dan 0.045% (ISATAP) terhadap jaringan IPv4.
Sementara itu, pada topologi IPv6 murni didapatkan hasil kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode tunneling, dimana IPv6 mampu meningkatkan throughput sekitar 0.0723%, mengurangi packet loss sekitar 73.76%, dengan perbedaan latency sekitar 0.7% (dengan 6to4) dan 1.52% (dengan ISATAP)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riyanto
"Dengan perkembangan Internet yang pesat dan terus ditemukannya beberapa aplikasi jaringan seperti World Wide Web (WWW), e-mail serta perkembangan aplikasi yang memerlukan alamat IP global yang unik, pengalamatan IPv4 dianggap kurang mencukupi. Dilatarbelakangi kekurangan alamat IP inilah, IETF merekomendasikan IP generasi selanjutnya yang disebut IPv6. Dengan kelebihan utama berupa alamat IP 128 bit, IPv6 mampu mengalamatkan 2128 host atau setara dengan 3,4 x 10
Dalam skripsi ini, diujikan salah satu metode transisi dengan tunneling, yaitu ISATAP. Pengujian dilakukan untuk mengamati unjuk kerja web server pada jaringan ini. Sarana pengujian berupa test-bed yang terdiri dari lima buah PC yang terdapat pada Laboratorium Digital FTUI. Dari hasil pengujian, akan diamati parameter yang mewakili unjuk kerja web server berupa kecepatan transfer, jumlah koneksi per detik dan total waktu koneksi. Kemudian, hasil pengujian akan dibandingkan dengan unjuk kerja web server pada jaringan IPv4 dan IPv6.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kecepatan transfer dan jumlah koneksi per detik yang dihasilkan oleh konfigurasi jaringan dengan tunneling ISATAP memiliki unjuk kerja yang paling baik (kecepatan transfer lebih baik 2,958% dari jaringan IPv4 dan lebih baik 4,047% dari jaringan IPv6, sedangkan jumlah koneksi per detik lebih baik 5,965% dari jaringan IPv4 dan lebih baik 8,139% dari jaringan IPv6). Dalam hal total waktu koneksi, total waktu koneksi pada jaringan dengan tunneling ISATAP lebih lama 8,095% dari jaringan IPv4 dan lebih lama 2,399% dari jaringan IPv6."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Internet Protocol yersion 6 (IPV6) telah menjadi standar baru bagi internet
di masa yang akan datang, untuk itu diperlukan metode transisi yang dapat
membantu pergantian protokol standar ini secara bertahap. Salah sam melodc
transisi yang dikenal adalah reling, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6
berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPV4. Terdapat
beberapa macam metode tunneling, dua di antaranya adalah 6over4 dan 6to4.
Metode tunneling 6over4 dan 6to4 ini diuji coba pada sebuahjaringan rest
bed IPv6 yang dibuat terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan adalah
bagaimana pengaruh penerapan metode I zfrrr :eling terscbut dibandingkan dcngan
penggunaan IPv4 yang sudah ada sekarang dan IPv6 yang akan digunakan di
masa mendalang. Parameter yang .diamati adalah rhroughpnt dan laiency pada
aplikasi pengiriman file menggunakan File Transfer Protoco! (FTP).
Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara dua host yang terletak
di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat
dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet
yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada empat konfigurasi jaringan rest
bed, yailu IPv4 mumi, IPv6 mumi, metode 6over4 dan metodc 6to4. Data diambil
dari transfer rate dan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan file. Pada
penelitian ini digunakan enam buah file dengan jenis dan ukuran yang berbeda
untuk saling ditukarkan melalui FTP.
Hasil uji coba menunjukkan penggunaan metode tunneling 6over4 dan
6to4 tidak mcngurangi kemampuan jaringan dalam hal pengiriman dam melalui
FTP, bahkan dapat meningkatkan throughpnr dan mengurangi latency jika
dibandingkan dengan menggunakan IPv4. Peningkatan yang diperoieh metode
60ver4 dan 6to4 jika dibandingkan dcngan IPv4 nyaris sama yaitu :t 4,64% untuk
throughput dan pengurangan +_ 2,92% untuk latency Penggunaan IPv6 secara
penuh juga meningkatkan kemampuan jaringan dalam hal throughput dan
Iatency, yaitu +_ 9,0S% untuk throughput dan :t 9,12 % untuk infancy."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Irfan
"IPv6 adalah internet protokol generasi terbaru yang diciptakan oleh IETF untuk menggantikan IPv4. Kebanyakan jaringan saat ini masih menggunakan IPv4, dimana persediaan IPv4 sudah semakin menipis. Untuk mengatasi hal ini, IETF menciptakan IPv6 untuk mengatasi kekurangan IPv4 dan mengantisipasi kebutuhan jaringan internet masa depan. Walaupun IPv6 lebih unggul dalam hal routing, konfigurasi otomatis, keamanan, QoS dan mobilitas dibandingkan IPv4, peralihan menuju IPv6 tidak dapat dilakukan dengan instan. Jaringanjaringan yang ada saat ini akan melalui masa transisi yang akan memakan waktu hingga bertahun-tahun. Untuk itu diperlukan suatu cara agar masingmasing jaringan, IPv6 dan IPv4, dapat saling berkomunikasi. Ada banyak metode transisi yang telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Metode transisi yang utama adalah dual stack, tunneling, dan translation.
Skripsi ini akan menguji dan membandingkan unjuk kerja salah satu metode transisi, yaitu metode tunneling teredo, berdasarkan unjuk kerja aplikasi spesifik web server Apache. Parameter utama pengujian pada skripsi ini adalah total request/second, transfer rate, dan total waktu koneksi. Aplikasi pengujian yang digunakan yaitu perangkat lunak ApacheBench. Uji coba dilakukan pada jaringan test-bed lokal di Departemen Elektro FTUI dengan menggunakan 4 buah PC. Pengujian dilakukan dengan dua cara untuk mengetahui unjuk kerja teredo dibandingkan IPv4 murni dan IPv6 murni. Pengujian pertama dilakukan berdasarkan jumlah koneksi tertentu, dan pengujian kedua dilakukan berdasarkan waktu tanggapan maksimum tertentu.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa total request/s teredo lebih rendah 13.537% dibandingkan dengan IPv4 murni, dan lebih rendah 10.943% dibandingkan IPv6 murni. Transfer rate teredo didapat lebih rendah 17.036% dibandingkan IPv4 dan lebih rendah 15% dibandingkan IPv6. Pengujian juga memperlihatkan bahwa total waktu koneksi teredo lebih tinggi 24.164% dibandingkan dengan IPv4 dan lebih tinggi 13.605% dibandingkan IPv6. Walaupun hasil uji coba menunjukkan unjuk kerja paling rendah pada topologi teredo, hal ini masih dapat diterima mengingat teredo merupakan solusi terakhir konektivitas IPv6 bagi host IPv4 yang berada dibelakang NAT.

IPv6 is the next generation protocol designed by the IETF to replace the current version of the Internet Protocol, IPv4. Most of today's Internet uses IPv4, which have fundamental problems in todays network, specifically the growing shortage of IPv4 addresses. As a result, IETF defined IPv6 to fix the problems in IPv4 and to add many improvements to cater for the future Internet. These improvements come in different areas such as routing, autoconfiguration, security, QoS, and mobility. Despite of IPv6’s improvements, the migration to IPv6 will not happen over night. Many network will go through a transition period that might last several years. In this case communication should be possible across the boundary of the coexisting networks. Many transtition mechanism has been developed to make this communication possible. The main transition mechanisms are Dual Stack, Tunnelling and translation.
This research will evaluate the performance of one of the available tunneling mechanism, that is teredo, based on specific application Apache web server. The primary performance metrics in this research is the total request per second, transfer rate, and total connection time. ApacheBench is used for measuring performance. This research conducted using local network test-bed at Electrical Engineering Department, University of Indonesia, using 4 PC. The experiments were conducted in two ways to compare the performance of teredo with native IPv4 and native IPv6. First the performance metrics is measured based on maximum request. Second the performance metrics is measured based on maximum timelimit.
Experimental result from this research show that the teredo’s total request per second is lower by 13.537% compared with IPv4 and lower by 10.943% compared with IPv6. Furthermore, teredo transfer rate’s is lower by 17.036% compared with IPv4 and lower by 15% compared with IPv6. The experiment also show that teredo total connection time is higher by 24.164% compared with IPv4 and higher by 13.605% compared with IPv6. Despite of teredo’s lower performance, this value is still acceptable considering teredo is the last resort of getting IPv6 connectivity from IPv4 host behind NAT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson N. Andrew
"Internet Protokol versi 4 (IPv4) yang telah berusia hampir dua dekade dirasakan memiliki banyak kekurangan terutama dalam hal security. Internet Protokol versi 6 (IPv6) telah dipersiapkan untuk mengatasi hal tersebut dengan mengintegrasikan suatu mekanisme IP security (IPsec). Mekanisme IPSec terdir dari security protocol AH untuk layanan autentikasi dan security protocol ESP untuk layanan autentikasi dan enkripsi. Masing-masing security protocol ini dapat menerapkan algoritma autentikasi HMAC-MD5 dan HMAC-SHA1 sesuai kebutuhan. Melalui IPSec diharapkan dapat mencegah serangan dalam jaringan seperti serangan replay attack.
Dalam skripsi ini dilakukan pengujian mekanisme security IPSec dan mengukur serta membandingkan unjuk kerja jaringan pada saat IPSec tidak diterapkan dan diterapkan dalam jaringan IPv6 dengan menggunakan aplikasi ping dan video streaming.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa mekanisme IPSec dapat melakukan proteksi berupa autentikasi terhadap paket. Hasil analisa unjuk kerja menunjukkan bahwa penerapan mekanisme IPSec pada jaringan lokal IPv6 dalam hal penambahan overhead dan beban jaringan pada aplikasi video streaming sama baik dengan unjuk kerja jaringan tanpa penerapan mekanisme IPSec. Hasil ini diperoleh dengan melihat penambahan overhead yang terjadi pada jaringan sangat kecil sekali hingga mendekati 0 % dan penambahan beban jaringan yang juga kecil sebesar kurang lebih 2.3 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Agung Trihasto
"Perkembangan internet yang tumbuh pesat, menyebabkan kebutuhan akan alamat IP semakin tinggi. Keterbatasan IPv4 mendorong penelitian dan pengembangan IPv6 sebagai sebuah solusi jangka panjang terhadap kelangkaan IPv4. Perubahan secara bertahap amat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan jaringan internet yang telah ada, untuk itu diperlukan berbagai metode transisi agar perpindahan menuju IPv6 berjalan mulus. Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara client dan server yang terletak di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada tiga konfigurasi jaringan test bed, yaitu IPv4 murni, IPv6 murni, metode ISATAP. Dalam skripsi ini konfigurasi IPv4 dan IPv6 digunakan sebagai pembanding terhadap metode ISATAP. Pengujian dilakukan untuk meneliti unjuk kerja dari metode ISATAP. Parameter yang diuji adalah throughput dan latency, sebagai tolak ukur utama dalam memberikan quality of service (QoS) yang baik. Pada pengujian untuk aplikasi file transfer protocol (FTP) didapatkan hasil bahwa metode ISATAP memiliki unjuk kerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan IPv4 murni. Perbaikan yang dihasilkan untuk throughput adalah sebesar 16,05 % terhadap IPv4 murni, sementara perbaikan yang dihasilkan untuk latency adalah sebesar 28,54 % terhadap IPv4 murni."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Setiawan
"Teknologi mobile IPv6 adalah teknologi yang memungkinkan suatu host tetap dapat dialamati meskipun host tersebut berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain tanpa mengubah alamat IPnya. Pada skripsi ini dilakukan pembuatan jaringan uji {Test bed) untuk sistem mobile IPv6 dengan tujuan membandingkan efek dari route optimization maupun bidirectional tunneling baik dari sisi routing maupun untuk kualitas layanan untuk video streaming. Test bed ini terdiri dari beberapa node yang berperan sebagai komponen utama, yaitu Mobile Node, Home Agent, Router, Access Router dan Correspondent Node.
Dua buah skenario dilakukan untuk mengamati routing dan kualitas layanan. Proses pengiriman paket dalam bentuk video streaming dikirimkan dari correspondent node ke mobile node. Data-data untuk routing ditangkap dengan menggunakan tcpdump dan data-data kualitas layanan diambil dengan menggunakan software tambahan, yaitu ethereal dan Iperf.
Pada komunikasi dengan route optimization, dimungkinkan penggunaan jalur terpendek untuk pengiriman paket. Hal ini dikarenakan pengiriman paket dilakukan langsung ke mobile node tanpa melalui home agent dari mobile node, sedangkan dengan bidirectional tunneling, paket yang dijalurkan ke mobile node harus melalui home agent dari mobile node.
Parameter-parameter kualitas layanan yang diamati adalah throughput, packet loss, delay (latency), dan jitter. Dari hasil pengukuran yang telah didapatkan, penjaluran paket pada route oprimization memiliki packet loss yang lebih kecil. Throughput dipengaruhi oleh jumlah paket yang diterima dan total waktu pengiriman paket. Latency dipengaruhi oleh rata-rata paket yang diterima. Jitter dipengaruhi oleh delay antar paket berurutan yang tak dapat diukur sehingga tidak dapat di prediksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pramana
"ABSTRAK
IP (Internet Protocol) adalah protokol lapisan tiga OSI (network layer) yang digunakan di jaringan Internet. Salah satu hal penting dalam implementasi IP dalam jaringan adalah perancangan dan penerapan routing protocol pada jaringan tersebut.
Routing adalah suatu proses untuk menentukan kemana kita harus mengirim paket data yang ditujukan ke suatu alamat yang berada di luar segmen jaringan lokal kita. Dalam hal ini, perangkat router membuat dan memelihara (me-maintain) informasi routing agar dapat mengirimkan dan menerima paket data. Secara konseptual, informasi routing tersebut disimpan dalam sebuah routing table. Router harus dapat membuat dan memelihara routing table tersebut secara dinamik, untuk mengakomodasi perubahan pada konfigurasi jaringan. Pemeliharaan routing table tersebut diatur dengan sebuah protokol yang dinamakan routing protocol.
Saat ini, ada beberapa jenis routing protocol yang digunakan untuk suite IP. Routing protocol untuk IP secara umum dibagi atas dua kategori, yaitu interior gateway protocol (IGP) dan exterior gateway protocol (EGP). IGP biasanya digunakan untuk routing antar jaringan yang masih dalam satu pengelolaan administrasi, sementara EGP digunakan untuk routing antar jaringan yang berbeda pengelolaan administrasi. Protokol yang termasuk ke dalam interior diantaranya adalah Routing Information Protocol (RIP), Hello, Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) dan Open Shortest Path Protocol (OSPF). Sedangkan protokol yang termasuk ke dalam eksterior diantaranya adalah Exterior Gateway Protocol (EGP) dan Border Gateway Protocol (BGP).
PT RMI bergerak di bidang jasa pelayanan internet (ISP - internet service provider), dimana hampir seluruh jaringannya menggunakan IP di lapisan tiga OSI-nya. Dengan arsitektur jaringan yang cukup luas di tiga kota besar di Indonesia, banyak masalah routing yang dialami oleh PT RMI, yang membutuhkan perancangan dan perencanaan routing protocol yang baik. Hal ini disebabkan arsitektur jaringan PT RMI yang cukup kompleks, dimana selain mempunyai kantor cabang di Surabaya dan Bandung, PT RMI juga mempunyai banyak POP {point of presence) di beberapa titik lokasi di Jakarta.
Tesis ini melakukan tinjauan terhadap arsitektur jaringan internet PT RMI, serta menganalisa masalah-masalah yang terjadi pada jaringan tersebut. Berdasarkan analisa masalah, dilakukan analisa kebutuhan dari jaringan tersebut, yang akan lebih dikhususkan kepada kebutuhan akan routing protocol di jaringan PT RMI. Tesis ini akan melakukan perancangan dan penerapan routing protocol yang paling tepat untuk diimplementasikan di jaringan PT RMI, berdasarkan macammacam jenis routing protocol yang tersedia, untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi.

ABSTRACT
IP (Internet Protocol) is an OSI third layer (network layer) protocol, which is widely used on the internet. One of the most important things in implementing the IP on a network is the design and implementation of routing protocol on the network.
Routing is a process of determining where to send data packets destined for addresses outside the local network segment. In this case, routers gather and maintain the routing information to enable the transmission and receipt of such data packets. Conceptually, the routing information takes the form of entries in a routing table. Routers should be able to create and maintain the routing table dynamically, to accommodate any network changes. The maintaining of the routing table is handled by a protocol called routing protocol.
Right now, there are many routing protocols used for IP suite. IP routing protocols are broadly divided into two classes: interior gateway protocol (IGPs) and exterior gateway protocol (EGPs). IGP is usually used for routing networks that are under a common network administration, while EGP is usually used to exchange routing information between networks that do not share a common administration. Some of the IGPs include Routing Information Protocol (RIP), Hello, Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) and Open Shortest Path First (OSPF), while some of the EGPs include Exterior Gateway Protocol (EGP) and Border Gateway Protocol (BGP).
PT RMI is an internet service provider, which almost all of its network are using IP on the OSI third layer. With a big network architecture covering three big cities in Indonesia, there are many routing problems on PT RMI's network, which will need a good design and implementation of routing protocol. This is due to PT RMI's quite complex network architecture, which instead of having branch offices in Surabaya and Bandung, PT RMI also have many POPs (point of presences) in some location point in Jakarta.
This thesis reviews the PT RMI's internet network architecture, and analyzes the problems on the network. Based on the problem analyzes, the thesis also does a need analyzes of the network, which will be concentrated on the needs of routing protocols in PT RMI's network. This thesis will design and implement the best routing protocol to be implemented in PT RMI's network, based on the list of the routing protocols available, to solve all the routing problems."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
T40238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Adi Purwanto
"Perusahaan yang memiliki unit ? unit usaha di lokasi tertentu tentunya ingin agar unit - unit usaha tersebut tersambung satu sama lain dalam satu jaringan dan dapat berbagi informasi penting untuk menunjang kelangsungan bisnis perushaan tersebut. Namun aspek privasi dari tiap unit ? unit usaha tersebut tentunya tidak boleh dikesampingkan sehingga aktifiitas penggunaan jaringan oleh suau unit usaha tidak mengganggun unit usaha lain. Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah penggunaan VPN. Dimana sumber daya jaringan dapat dipakai bersama namun aspek privasi antar unit usaha tidak dikesampingkan.
Salah satu alternatif pengimplementasian VPN adalah dengan L3VPN. Sesuai dengan namanya, backbone untuk menunjang L3VPN ini adalah divais yang beroperasi pada layer-3 yaitu router. Sehingga untuk mempesiapkan jaringan yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan L3VPN perlu disiapkan sebuah jaringan backbone yang tersusun dari router ? router yang walaupun tidak tersambung fisik tetapi harus tersambung secara logika. Ketersambungan secara logika ini dapat diakomodasi oleh routing protocol.
Dengan studi kasus dimana PT. Indonesia Comnets Plus bermaksud untuk membuat jaringan antar unit usaha PLN di Kota Palembang. Maka akan dilakukan perancangan jaringan yang dapat mendukung pengimplementasian L3VPN dengan memakai routing protocol OSPF yang akan dikonfigurasi menggunakan IOS command pada router.

Enterprise that has several branch unit within area surely wants so that its branch units can connect to each other within one network and share important information in order to support its business operations. Under that constraint, privacy among each branch units may not be neglected so the activity of network using won?t bother other unit branch?s activity. One solutin can be used is to implement VPN, on which network resources can be shared among unit branch and privacy aspect is still considerated.
One of the alternative for implementing VPN is to implement L3VPN. Backbone network used for supporting L3VPN is using layer-3 devices, which is router. So, in order to prepare a ntework to ready for L3VPN implementation it needs a backbone network which consist of routers, which are although not physically connected but logically connected. This logical connection between routers can be achieved using routing protocol.
With a case study on which PT. Indonesia Comnets Plus want to build network among PLN unit branch at Palembang, a network planning will be carried, under constraint that the network to be designed has to be able to support L3VPN implementation using OSPF dan EIGRP routing protocol configures using IOS command.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40449
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Widyaningrum
"Routing protocol pada Mobile Ad hoc Network (MANET) merupakan salah satu isu penting dalam melakukan komunikasi antar node. Pemilihan routing protocol yang tepat sangat diperlukan untuk menentukan rute data yang efisien. Penelitian ini menganalisis kinerja routing protocol pada MANET yakni AODV, OLSR dan TORA di lingkungan IPv6 dengan melihat dampaknya terhadap stabilitas jaringan. Simulasi dijalankan dengan menggunakan simulator OPNET Modeler versi 14.5, dimana setiap routing protocol diuji dengan variasi jumlah node, variasi kecepatan gerak node, menjalankan aplikasi HTTP dan voice serta penambahan node yang melakukan serangan blackhole. Hasil simulasi menunjukkan bahwa routing protocol AODV memiliki kinerja terbaik dibandingkan dengan kedua routing protocol lainnya pada skenario variasi jumlah node, variasi kecepatan dan penerapan aplikasi HTTP dan voice. Packet end-to-end delay AODV yang dihasilkan berkisar antara 0,00048-0,00055 s dan nilai rata-rata network load yang dihasilkan AODV merupakan yang paling rendah dengan maksimum yang didapat sebesar 26.076 bits/sec. Namun pada kondisi terdapat serangan blackhole, routing protocol yang terkena dampak paling kecil adalah routing protocol OLSR dengan perubahan throughput sebesar 5,25%, packet end-to-end delay sebesar 1,52% dan network load sebesar 5,25%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>