Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Putri Nagari
"Dilihat dari perkembangan telekomunikasi sampai saat ini, telekomunikasi jelas telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern. Di Indonesia, layanan telekomunikasi dilayani oleh jaringan yang secara urnum dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu, jaringan PSTN, jaringan bergerak, dan jaringan internet. Masing-masing jenis jaringan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tantangan yang harus dihadapi adalah penggelaran jaringan baru yang memiliki kelebihan-kelebihan tersebut tanpa mengabaikan kekurangan yang ada. Tantangan tersebut dijawab oleh infrastruktur jaringan baru yang disebut dengan Next Generation Network. NGN menawarkan solusi yang dapat melayani berbagai jenis layanan dengan ukuran yang besar melalui saluran transmisi berkapasitas broadband dan pengiriman informasinya berbasis paket namun memiliki jaminan QoS yang tinggi sehingga transmisi yang efektif dan efisien dapat dicapai. Untuk merealisasikan NGN, migrasi jaringan yang masih menerapkan circuit-switched menjadi jaringan berbasis paket perlu dilakukan. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai langkah-langkah migrasi jaringan PSTN menuju NGN. Pada tahapan migrasi akan dikhususkan pada tahapan penambahan komponen utama NGN - softswitch. Dalam hal ini, jaringan PSTN existing akan diperbaharui menjadi jaringan berbasis paket yang siap menerapkan NGN. Hal ini dilakukan dengan mengganti beberapa switching point dengan softswitch. Data jaringan PSTN existing akan diambil data pada operator PSTN PT. X untuk wilayah II. Dari data tersebut akan dianalisis kesenjangan antara target NGN Telkom dengan data jaringan eksisting berdasarkan kapasits El dan BHCA di Trunk Gateway dan konvergensi internet/telephony. Setelah itu, penulis memberikan rekomendasi langkah-langkah yang harus dilakukan berikutnya untuk mencapai target NGN.

User interface on this system are installed on user's handholds. The programming language that is used on creating this user interface is Java 2 Micro Edition (J2ME), which is a development of JA VA programming language that has been adjusted to cope with the resource limitation of handheld. The handheld that were referred here are smart phones that have been equipped with Bluetooth connection. Smart phones are selected as the user interface for this system because its familiarity to users from all ages. VeRAS meets the requirements of pervasive computing generally, which demands minimum user interaction to the system, but maintain its maximum benefit for the user while holds the principal of good user interface. This is proven by the profile feature of the system so that VeRAS accomplish user tasks on specific time, given the user is within the server's Bluetooth area. The simple yet intituitive VeRAS user interface is capable of controlling lamps and TV easily The system performance analysis shows that the system requires around 15 seconds to detect user's present and establishes connection. However, if the whole system has already connected, the system performs in real time manner.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosarini Hidayati
"Kebutunan masyarakat untuk saling bertukar informasi sudah menjadi hal yang sangat penting. Penggunaan Internet sudah semakin luas, tidak hanya digunakan untuk aplikasi email dan teks di browser saja. Namun sudah berkembang kepada pertukaran informasi dengan menggunakan aplikasi muitimedia. Salah satunya dengan memanfaatkan jaringan VoIP (Voice over Internet Protocol). Salah satu faktor yang penting dalam komunikasi dengan menggunakan jaringan VoIP adalah konfigurasi jaringan IP yang berupa konfigurasi core jaringan IP dan konfigurasi Endpoint. Konfigurasi dilakukan untuk mendapatkan kualitas layanan yang baik. Parameter kualitas dari suatu aplikasi real time multimedia yang digunakan dalam analisis jaringan VoIP adalah MOS (Mean Opinion Score), delay, jitter dan packet loss. Analisis yang dilakukan menggunakan metode E-model yang telah direkomendasikan pada G, 107 ITU-T. Pada Tugas Akhir ini akan disimuiasikan mengenai kualitas layanan pada jaringan VoiP dengan menggunakan perungkat lunak Telchemy- IP Network Impairment Simulator VI.2. Hasil simulasi yang didapat akan dianalisis sehingga didapatkan data yang menggambarkan Quality of Service dari jaripgan VoIP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumentut, Marvy Arnold
"Komunikasi suara lewat jaringan PSTN dilakukan secara circuit swirching sangat tidak efisien dalam utilisasi bandwidth jaringan dan biayanya mahal_ Kemajuan teknologi menyebabkan teknologi packet switching yang semula digunakan untuk komunikasi data, sekarang ini dapat diterapkan untuk komunikasi suara. Komunikasi suara secara packet switching disc-but juga teknologi packet voice. Tcknologi packer voice mempunyai keuntungan biaya yang relatif murah untuk long distance call dibanding Iewat PSTN. Dengan demikian teknologi ini sangat cocok diterapkan bagi pcrusahaan yang mempunyai masalah dengan tagihan telepon interlokal/intemasional yang besar.
Ada dua teknologi packet voice yang cukup populer, yaitu Voice over IP (VoIP) -yang popular sckarang ini- dan pendahulunya Voice over ATM (VOATM). Kedua telmologi ini memang jelas berbeda dari basis teknologinya, yang sam berbasis IP dan yang lain berbasis ATM. Melalui perbandingan pada aspek protokol, signalling message flow, format paket, konsumsi bandwidth, akan terlihat perbedaan kedua tcknologi itu secara spesifik.
Setelah perbedaan yang spesifik tersebut dianalisa dapat diketahui alasan-alasan yang mendasari perbedaan-perbedaan iw. Pembandingan kedua teknologi tidak dimaksudkan untuk mencari teknologi mana yang Iebih baik, tetapi hanya unluk diketahui perbedaan spesitik itu dan alasan yang mendasarinya sehingga dapat di jadikan acuan untuk penyempurnaan kedua teknologi itu lebih lanjut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Yuda Kristiawan
"Pengukuran quality of experience (QoE) layanan voice over internet protocol (VoIP) dan/atau voice over LTE (VoLTE) merupakan suatu kewajiban bagi operator telekomunikasi yang dinyatakan dengan nilai MOS. Pengukuran QoE saat ini dilakukan dengan menggunakan metode intrusif, baik secara subyektif maupun obyektif dimana metode ini membutuhkan banyak sumber daya serta biaya. Pada penelitian ini diusulkan suatu metode non-intrusif untuk perhitungan QoE dengan menggunakan model prediksi MOS yang berbasiskan pada parameter quality of service (QoS) jaringan yaitu packet loss, delay, dan jitter. Penelitian ini menggunakan 2 jenis codec yaitu AMR 12,2 dan iLBC yang masing-masing digunakan pada VoLTE dan proyek WebRTC milik Google. Penggunaan kedua codec tersebut bertujuan untuk mengetahui dapat atau tidaknya QoE dari layanan VoLTE maupun VoIP secara umum dimodelkan. Berdasarkan sampel pada pengujian di laboratorium, diperoleh model prediksi MOS sebagai fungsi packet loss dan standar deviasi jitter. Pada penelitian ini, dengan menggunakan model prediksi MOS yang dihasilkan sebelumnya, dapat diperoleh penghematan CAPEX maupun OPEX bagi operator telekomunikasi dalam mengukur QoE VoLTE.

Quality of experience measurement of voice over internet protocol (VoLTE) and/or voice over LTE (VoLTE) service is an obligation for telecommunication operators which represent by MOS score. QoE measurement currently performed using subjective and/or objective intrusive method in which these methods require a lot of resources and costs.On this research proposed a non-intrusive method to measure QoE using MOS prediction model based on network quality of service (QoS) which are packet loss, delay, and jitter.This research use 2 types of codec, those are AMR 12,2 and iLBC which used for VoLTE and Google’s WebRTC project respectively.The use of these 2 types of codec aims to determine whether the QoE of VoLTE and VoIP service in general can be modeled or not. Based on semaples of laboratory test, it could be obtained MOS prediction model as a function of packet loss and standard deviation of jitter. On this research, by using MOS prediction model generated previously, can be obtained CAPEX and OPEX saving for telecommunication operators on VoLTE QoE measurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Wadi
"Perkemhangan Teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat, sehingga memerlukan Ragulasi untuk mengatur penyelenggaraan jasa-jasa baru yang berkembang, internet telephony dengan sistem clearinghouse adalah salah satu dari perkembangan jasa layanan internet, jasa ini dapat diaplikasikan untuk penggunaan jasa layanan telepon (suara). Clearinghouse adalah suatu lembaga yang mengatur routing maupun akses untuk interkoneksi antar penyelenggara jasa internet telephony, yang sekaligus juga tempat informasi bagi para penyelenggara, tentang trafik yang keluar maupun yang masuk oleh masing-masing penyelenggara (service providers). Pada kontek penyusunan regulasi, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan peraturan tentang penyelenggaraan jasa telekomunikasi di bidang internet telephony, yaitu :
a. Apabila penyelenggara jasa internet, akan ikut menyelenggarakan jasa internet telephony, penyelenggara harus mempunyai ijin penyelenggaraan.
B. Penyelenggara jasa internet telephony diharuskan melakukan pembayaran kontribusi, seperti untuk subsidi akses ke telepon lokal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Arifin
"Voice over Internet Protocol (VOIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan Internet Protocol (IP). Pada Tugas Akhir ini di buat rancangan konfigurasi, implementasi dan analisa kinerja gatekeeper, dimana dalam jaringan VoIP gatekeeper merupakan pusat serta titik fokus dari semua call yang terjadi pada jaringan H.323. Analisa kinerja di fokuskan pada pengamatan waktu proses call setup, serta pengaruh kompresi G.723.1 terhadap konsumsi bandwidth dalam jaringan VOIP menggunakan free software 'OpentI323 Gatekeeper' berbasis Linux.
Dari pengambilan data dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi waktu proses call setup koneksi antar terminal melalui gatekeeper adalah faktor jarak, bandwidth dan pembebanan koneksi terminal pada gatekeeper. Berdasarkan hasil pengamatan, perbandingan waktu proses call setup untuk kondisi gatekeeper sebelum terbebani dengan kondisi gatekeeper setelah terbebani oleh koneksi antar terminal adalah untuk koneksi terminal dari Kelapa Gading ke Bogor lebih lama 36,4 %, untuk koneksi terminal dari Kelapa Gading ke Tangerang lebih lama 22,2 % sedangkan untuk koneksi antar terminal di Kelapa Gading adalah 0 %. Berdasarkan analisa data maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi bandwidth yang dibutuhkan untuk melakukan satu koneksi antara dua buah terminal menggunakan kompresi G.723.1 adalah sebesar 1280 bps."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Sjach
"Antrian pada router muncul pada saat paket data diterlma melalui interface router dan pada saat proses transmisi paket. Delay antrian berpengaruh besar terhadap delay variasi paket data dan menjadi sangat penting pada komunikasi data real-time seperti Voice over Internet Protocol (VOIP), sehingga pemilihan metode antrian yang tepat akan memperbaiki karakteristik delay jaringan dan meningkatkan tingkat kualitas layanan VoIP.
Penulisan skripsi ini bermjuan untuk mcngetahui sejauh mana metode Weighted Fair Queuing (WFQ) dapat memenuhi rekomendasi ITU-T G.l I4 tentang one-way deiay maksimum, dan rekomendasi ITU-T G.l07 tentang E-model yang digunakan sebagai pendekatan matematis terhadap kualitas transmisi, pada topologi jaringan yang disimulasikan.
Skripsi ini menganalisa tingkat kualltas layanan VoIP dengan menggunakan metode antrian Weighted Fair Queuing (WFQ). Analisa dilakukan pada simulasi yang dibangun dengan menggunakan piranti Iunak Network Simulator. Parameter kualitas layanan yang digunakan adalah parameter yang ditetapkan oleh ITU-T.
Pada topologi jaringan dan skenario yang disimulasikan, metode antrian WFQ mampu memenuhi syarat delay maksimum sesuai dengan rekomendasi G.l 14. Dan berdasarkan perhitungan konversi nilai R faktor ke MOS dengan menggunakan E-Model, WFQ dapat memberikan nilai MOS Iebih dari 4 (empat), yang berarti nilainya balk. Sehingga layanan VOIP layak untuk diimplementaslkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S39993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Contents :
- Table of Contents by Author
- Acronym Guide
- The IP-Everywhere Reality
- Service Bureaus and ASPs: A Market Perspective on Outsourcing Models
- IP/AIN Convergence: A Global View
- The Market-Driven Economics of Voice over Internet Protocol
- Trends Pushing Networks toward Packet Technologies
- An Overview of Next-Generation Internet Projects: Demand and Business
Models for the Future Commercial Internet
- End-User Demand, Business Applications, and the Emerging Internet
- The Future of Business on the Internet and the Next-Generation Network
- Companies Vie for Market while Defining the Role of ASPs
- The Business Case for IP Usage
- The IP Local Exchange and Its Role in the Service-Provider Environment
- Network Convergence: A Level 3 Perspective
- Internet Telephony Architectures for New and Existing Service Providers
- DSL Access Configuration: An End-to-End Perspective
- Optical Networking Trends
- Integrating IP Services and Networks with the PSTN and Legacy
Networks
- Solutions for the Next Generation
- Next-Generation IP Networks
- The Drive to IP on Optics
- IP QoS Architecture
- IP over Optical: Efficient Transport Solutions for IP Networks
- Building a Successful Converged Network
- An RBOC Assessment of Next-Generation Networks
- I2N: A Middleware Platform for Intelligent Internet Telephony Services
- Real-Time OSS for Next-Gen Service Management
- Mediation: IP versus Traditional
- Outsourcing versus ASP Delivery Models
- The ASP Model: Carrier-Class Delivery of IP-Based Applications and
Services
- The Evolution of IP Service-Billing Technologies and Their Impact on
Service Providers
- Scaling VoIP to PSTN Levels
- Enhanced Services Made Possible through Internet-Based
Communication Systems
- Development of QoS Services
- Wireless Access and End-to-End Service Delivery
- IP Telephony
- Integrating IP with PBX Systems
- Interoperability and Network Management
- Current Trends in the IETF and Voice over IP
- An Applied Perspective on Some Pending Government Public-Policy
Issues Affecting the Internet
- Quality of Service for Voice over Internet Protocol
- Carrier-Class Voice over IP: Business Issues and Technologies That
Affect Service-Provider Competitiveness and Profitability
- IP Telephony and Some Factors That Influence Speech Quality
- QoS Issues and Network Convergence
- QoS/Policy/Constraint-Based Routing
- New Technology and Its Effects on Customer Service and Care
- Current and Changing Standards in Modern Telephone Networks
- Understanding Latency in IP Telephony
- Internet Customer Care: The Shift to Consumer Self-Testing
- Corporate Customers Wary over Secure Access to the Internet "
Chicago: International Engineering Consortium, 2000
e20451483
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Adiwinata
"Masalah utama yang dihadapi layanan Voice over IP adalah besarnya delay dan packet loss yang dihasilkan. Kontribusi delay terbesar adalah pada saat paket-paket VoIP mengantri pada router. Sistem antrian FIFO tidak memiliki pengaturan terhadap trafik yang melewatinya. Semua paket dianggap sama, tidak ada prioritas dan alokasi bandwidth khusus untuk kelas tertentu. Sehingga apabila paket VoIP ikut diantrikan pada sistem ini maka delay yang dihailkan akan sangat besar. Diperlukan suatu metode yang dapat mengatur penjadwalan paket-paket pada router sesuai dengan kelas dan prioritasnya.
CBQ merupakan mekanisme penjadwalan yang menyediakan link-sharing diantara kelas-kelas yang menggunakan link fisik yang sama. Metode ini memungkinkan pembagian alokasi bandwidth dari output port router sesuai dengan class atau jenis trafficnya. Apabila terjadi kongesti, maka class-class tersebut akan menerima alokasi bandwidth minimum sebagaimana yang telah direservasi sebelumnya. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan metode CBQ menghasilkan nilai delay yang mampu memenuhi standar rekomendasi ITU-T G.114 mengenai one way delay maksimum 150 ms.
Pada kapasitas link yang kecil (512 Kbps), CBQ mampu memberikan karakteristik loss yang jauh lebih baik dari pada FIFO. Sedangkan pada kapasitas link yang relatif besar (1Mbps dan 2 Mbps), metode CBQ berhasil menghilangkan efek paket loss sebagaimana yang diihasilkan metode FIFO. Melihat nilai MOS yang dihasilkan metode CBQ yaitu sebesar 4.13, secara umum metode CBQ layak digunakan dalammm mengaplikasikan layanan VoIP pada jaringan IP walaupun kualitas suara yang dihasilkan masih dibawah kualitas jaringan PSTN yang dapat menghasilkan nilai MOS antara 4.5 s.d 4.7. Sedangkan metode FIFO hanya menghasilkan nilai MOS sekitas 3.5 yang berarti kualitas suara yang dihasilkan rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqie Joko Prabowo
"Tujuan dari penelitian ini adalah menginvestigasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhi adopsi teknologi Hyper-Converged Infrastructure dari organsiasi yang ada di Indonesia. Teknologi ini berupa infrastruktur dengan arsitektur software-centric yang mengintegrasikan sumber komputasi, penyimpanan, jaringan penyimpanan, virtualisasi dan teknologi lain yang dikemas dalam satu box yang didukung oleh satu vendor. Adopsi teknologi ini masih rendah baik di dunia maupun di Indonesia. Penelitian ini mengintegrasikan kerangka kerja Task-Technology Fit TTF , Technology Acceptance Model TAM dan Technology, Organization and Environment TOE . Dari survei berbasis kuesioner didapatkan data valid dari 113 responden pelanggan PT. XYZ . Hasil uji 17 hipotesis menggunakan PLS-SEM terdapat 10 hipotesis yang diterima dan 7 hipotesis yang tidak ditolak. Faktor technology characteristics, task-technology fit dalam TTF memengaruhi perceived ease of use, top management support, technology readiness dalam konteks organisasi memengaruhi perceived ease of use, competitive pressure, vendor support dan perceived ease of use memengaruhi Intention to Use teknologi HCI.

The purpose of this study is to investigate the factors that affect the adoption of Hyper Converged Infrastructure technology from organizations in Indonesia. This technology is an infrastructure with software centric architecture that integrates computing, storage, storage, virtualization and other technologies packed in one box supported by one vendor. The adoption of this technology is still low both in the world and in Indonesia. This research integrates the Task Technology Fit TTF , Technology Acceptance Model TAM and Technology, Organization and Environment TOE frameworks. Questionnaire based survey obtained valid data from 113 respondents customers PT. XYZ . Result of test of 17 hypothesis using PLS SEM have 10 hypothesis accepted and 7 hypothesis not accepted. Technology characteristics factor, task technology fit in TTF affect perceived ease of use, top management support, readiness technology in the organizational context affect perceived ease of use, and competitive pressure, vendor support and perceived ease of use affect on Intention to Use Hyper Converged Infrastructure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>