Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S37995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [date of publication not identified]
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hanekung Titisari
"Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit yang banyak diderita anak-anak. Sedikitnya 70% anak usia kurang dari I5 tahun pernah mengalami I episode. Kecenderungan menderita OMA berhubungan dengan belum matangnya (Immature) sistem imun dan rnudahnya bakteri masuk ke telinga tengah, karena anatomi tuba eustachius yang masih relatif pendek dari meadataur. Beberapa faktor risiko terjadinya otitis media pada anak-anak adalah lingkungan perokok, anak yang dititipkan ke penitipan anak-anak, penggunaan dot (kempengan) dan minurn susu botol.
Beberapa penelitian melaporkan sebagian besar anak-anak sekurang-kurangnya mengalami satu episode OMA pada masa kanak-kanak. Antara 19-62 % anak mengalami paling sedikit 1 episode pada usia I tahun. Pada usia 3 tahun sekitar 50-84% anak mengalami paling sedikit 1 episode OMA Di Amerika, insiders OMA tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada waktu berumur 5 tahun, bersamaan dengan anak mulai masuk sekolah.
Puncak usia anak mengalami OMA didapatkan pada pertengahan tahun pertama sekolah, kemudian angka kejadian menurun pada anak usia 7 tahun. Ingvarsson dkk seperti yang dikutip oleh Casselbrant pada tahun 1971-1983 di Swedia mendapatkan 16.611 anak menderita OMA, dengan kejadian OMA terbanyak pada usia 7 tahun. Alho dkk seperti yang dikutip oleh Casselbrant pada tahua 1985-1986 di Finlandia Utara mendapatkan 2431 dan berapa subyek anak menderita OMA, dengan angka kejadian OMA terbanyak pada usia 3 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginza Tania Widowati
"Skripsi ini membahas Frekuensi Distribusi Celah Bibir dan Langitan di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Pada Tahun 1996 dan 1999. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa celah bibir dan langitan mayoritas berjenis kelamin laki-laki paling banyak ditemukan. Usia pasien saat datang terbanyak berusia 0-1 tahun. Faktor resiko yang paling banyak mempengaruhi pada tahun 1996 adalah faktor trauma tidak langsung dan tahun 1999 yaitu faktor multi yaitu obat/jamu dan trauma tidak langsung. Mayoritas wilayah tempat tinggal pasien berada di Tangerang dan Jakarta Barat. ;The focus of this study is the distribution and frequency of cleft lip and palate in RSAB Harapan Kita Jakarta period 1996 and 1999.

This research is a quantitatative with descriptive design. The result cleft lip and palate mostly found in male. Age patient when first came at 0-1 years old. In 1996, risk factor that mostly influence is mechanical forces but in 1999 mechanical forces and drugs mostly found. Location of patient mostly found at Tangerang and West Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Erlianda
"Skripsi ini membahas tentang Distribusi Frekuensi Celah Bibir dan Langitan di Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta Tahun 1998 dan 2000. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data didapat dari rekam medis pasien Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 1998 dan 2000 pasien celah bibir dan langitan di kawasan Jabodetabek adalah 85 dan 105 pasien serta paling banyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas pasien datang adalah saat usia 0-1 tahun. Tipe celah yang terbanyak adalah celah bibir dan langitan satu sisi dan dari berbagai kasus menunjukkan bahwa kelainan tersebut dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor risiko. Berdasarkan wilayah tempat tinggal pasien, paling banyak ditemukan adalah di Tangerang dan Jakarta Barat.

The focus of this study is the distribution and frequency of cleft lip and palate in RSAB Harapan Kita Jakarta period of 1998 and 2000. This research is a quantitative with descriptive design. The data were collected used medical record in Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta. The result prove that in Jabodetabek found 85 patient in 1998 and 105 patient in 2000 for cleft lip and palate cases and mostly in male. Majority, patients came in 0-1 years old. Type of cleft mostly is unilateral cleft lip and palate and many cases shows that these deformity is caused by more than one risk factor. According to where patients live it is found that Tangerang and West Jakarta is the most area.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Regina Marliau
"Latar belakang: Modified Blalock-Taussig Shunt (MBTS) merupakan terapi paliatif untuk pasien dengan penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik, namun memerlukan tatalaksana antikoagulan pascaoperasi agresif untuk mencegah komplikasi oklusi shunt dan perdarahan yang berujung pada kematian. Penelitian ini menilai efektivitas pemeriksaan koagulasi alternatif yaitu Activated Clotting Time (ACT) yang lebih mudah dan cepat dihasilkan dibandingkan dengan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) untuk regulasi antikoagulan yang lebih agresif untuk mencegah komplikasi pascaoperasi MBTS.
Metode: Desain penelitian adalah retrospektif longitudinal. Semua pasien yang menjalani MBTS di periode Januari 2017 hingga Mei 2018 dibagi menjadi dua kelompok, yang menggunakan ACT setiap jam dan kelompok APTT yang diperiksa setiap empat jam. Kedua kelompok dievaluasi selama perawatan pascaoperasi adanya kejadian oklusi shunt, perdarahan, operasi ulangan, dan kematian
Hasil: Total subjek adalah 174 pasien yang menjalani MBTS, sebanyak 59 pasien dilakukan regulasi heparin pascaoperasi dengan ACT dan 115 pasien dilakukan pemeriksaan APTT. Angka kejadian operasi ulangan lebih rendah signifikasn pada kelompok ACT dibandingkan APTT sebesar 6,77% (p= 0,023).Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada kejadian oklusi (p=0,341; OR 0,571 IK95% 0,178-1,834), perdarahan pascaoperasi (p= 0,547; OR 0,563 IK95% 0,149-2,128), dan kematian (p=0,953; OR 0,975 IK95% 0,369-2,554). Kelompok ACT menunjukkan kecenderungan protektif terhadap kejadian-kejadian morbiditas pascaoperasi MBTS.
Simpulan: Regulasi dosis heparin menggunakan pemeriksaan ACT nenurunkan kejadian operasi ulangan dan menunjukkan hasil protektif terhadap morbiditas pascaoperasi MBTS lainnya sehingga dapat dipertimbangkan penggunaannya.

Background: Modified Blalock-Taussig Shunt (MBTS) is a palliative treatment for cyanotic congenital heart disease (CHD) which needs postoperative anticoagulant treatment to prevent shunt occlusion and postoperative bleeding. This study was to find out the effectivity of alternative coagulation test of Activated Clotting time (ACT) which is faster and easier to produce compared to Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) for a more aggressive anticoagulant regulation to prevent postoperative complcations.
Methods: The study design is retrospective longitudinal study. All patients that underwent MBTS from January 2017 to Mei 2018 is deviden into 2 groups, first using ACT to regulate heparin and the second group using APTT. Both groups are studied for the incidence of shunt occlusion, bleeding, redo operation, and death.
Results: Total subjects who underwent MBTS were 174 patients. Postoperative heparin is regulated using ACT in 59 patients and APTT in 115 patients. There are less shunt occlusion in ACT group (6,78%) compared to APTT (11,03%) but statistically insignificant (p = 0,341). Bleeding is less in ACT group (5,08%) compared to APTT (8,69%) but statistically insignificant (p= 0,547). Mortality is lower in ACT group (11,86%) compared to APTT (12,17%) but statistically insignificant (p = 0,953). Redo operation is significantly lower in ACT group (6,77%) compared to APTT (20%) with p = 0,023. Although statistically insignificant, ACT group showed clinically significant lower shunt occlusion, bleeding, and mortality.
Conclusion: No significant difference between ACT and APTT in shunt occlusion, bleeding, and mortality, but redo operation is significantly lower in ACT group. ACT might be considered as alternative test for easier and faster method to regulate postoperative MBTS heparin dose.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Febriana Mega Puspita
"Praktek kerja profesi apoteker di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan kita bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian di rumah sakit. Sedangkan tugas khusus yang berjudul "Analisa Kesesuaian Penyimpanan Obat Sesuai Prosedur di Depo Farmasi Rawat Inap Instalasi Farmasi Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita" bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penyimpanan obat sesuai prosedur di Depo Farmasi Rawat Inap Instalasi Farmasi Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.

Pharmacists professional practice at RSAB Harapan Kita aims to understand the main duties, functions and role of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and to provide an opportunity for prospective pharmacists to adapt directly to the actual working environment of pharmacy in hospital. Given special assignments titled "Analysis of Drug Storage Compliance Procedures in accordance Depo Pharmacy Installation Anak dan Bunda Harapan Kita Hospital". The purpose of this special task is to determine the suitability of medicines storage according to the procedure in Depo Pharmacy Installation Anak dan Bunda Harapan Kita Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>