Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Dharma Kurnia
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wambra Aswo Nuqramdha
"Daerah prospek panasbumi Arjuno-Welirang terletak di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu. Daerah prospek ini berada di lingkungan geologi yang didominasi oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Manifestasi permukaan yang terdapat di daerah prospek ini berupa fumarol ? Solfatar yang terletak di puncak Gunung Welirang serta mata air panas yang berada di sebelah barat dan baratlaut Gunung Welirang. Mata air panas ini bertipe bicarbonate, dengan suhu berkisar antara 39,4 ? 55 0C.
Dari hasil perhitungan geothermometer Na-K, suhu reservoir area prospek ini sekitar 310-314 0C. Untuk mengetahui informasi bawah permukaan daerah prospek panasbumi Arjuno-Welirang, dilakukan survey magnetotelurik. Selanjutnya hasil dari data MT akan di integrasikan dengan data geologi dan geokimia. Data magnetotelurik diolah dari time-series data hingga mendapatkan kurva resistivitas versus frekuensi, dan fase, lalu dilakukan filtering, rotasi dan koreksi static shift untuk mendapatkan kurva MT yang lebih representatif. Selanjutnya dilakukan inversi 2-dimensi dan divisualisasikan secara 3-dimensi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan lapisan konduktif (<15 ohm-m) dengan ketebalan sekitar 1 km, diindikasikan sebagai clay cap dari sistem panasbumi. Lapisan yang berada di bawah clay cap dengan nilai resistivitas sedikit lebih tinggi (>30 ohm-m), diindikasikan sebagai zona reservoir. Updome shape dengan nilai resistivitas yang tinggi (±1000 ohm-m), mengindikasikan hot rock, yang berada di bawah Gunung Welirang dan masih meluas kearah Selatan dan Tenggara. Model konseptual dibuat dengan mengintegrasikan data MT, geologi dan geokimia, sebagai pedoman dalam melakukan pengeboran eksplorasi.

Arjuno-Welirang geothermal prospect area is located in the district of Malang, Mojokerto, Pasuruan, dan Batu Town. The prospect area is located in the geological environment that is dominated by Quaternary volcanic rocks. Surface manifestations occurred in this prospect area are fumaroles-solfatara found on the top of Mount Welirang and hot springs located on the West and Northwest of Mount Welirang. These hot springs are bicarbonate types, with temperature range between 39.4 to 55 0C.
From the calculation of Na-K geothermometer, the temperature of the reservoir is about 310-314 0C. To understand the subsurface information of the Arjuno-Welirang geothermal prospect for further development, a magnetotelluric survey was carried out. The result was then integrated with geological and geochemical data. The Magnetotelluric data was processed from the time-series data to obtain resistivity and phase versus frequency. Further processing were filtering, rotation and static shift correction to obtain a more representative MT curve. The final processing was two-dimensional inversion and 3-D visualization.
The results show a conductive layer (<15 ohm-m) with a thickness of about 1 km, indicating a clay cap of the geothermal system. A slighty higher resistivity values (>30 ohm-m) is found below the clay cap, indicating as reservoir zone. An updome shape of high resistivity zone (± 1000 ohm-m) is encountered below the indicated reservoir zone. This resistive zone indicating the hot rock is located below the Mount Welirang cone and is still expanding towards the south and southeast. A conceptual model of the geothermal system was then developed on the basis of the MT data, integrated with geological and geochemical data. This model could be used for a guidance in conducting exploration drilling.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S911
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani
"Saat ini prospek geotermal Lahendong dioperasikan 80 MW terdiri dari Unit-1, 2, 3 dan 4 masing-masing 20 MW. Dengan management reservoir yang baik dan step wise development LHD-A adalah sumur eksplorasi yang ditargetkan ke sesar Lengkoan di dekat gunung Lengkoan, sebagaimana rekomendasi dari model konseptual awal dalam penyusunan well tergetting. Tujuan utama pengeboran sumur LHD-A adalah sebagai sumur deliniasi untuk konfirmasi batas reservoir di sebelah SW tepat di bawah gunung Lengkoan dan sebagai sumur make-up untuk buffer ketersediaan uap. Hasil pengeboran didapatkan bahwa LHD-A merupakan sumur Cyclic, low pressure dan tidak dapat masuk kesistem penyaluran uap dalam mensuplai kecukupan uap. Dilakukan update model konseptual dengan Analisa terintegrasi semua data yang ada dengan runutan kaidah kajian eksplorasi dan eksploitasi lapangan geotermal propek Lahendong. Update model konseptual dilakukan sebagai acuan dalam rencana pengelolaan dan pengembangan lapangan kedepan. Dalam studi juga dilakukan evaluasi permasalahan sumur LHD-A, direkomendasikan untuk dilakukan acidizing guna memperbaiki kondisi cyclic dan meningkatkan produktifitas sumur. Dilakukan juga kajian dan perhitungan pemanfaatan sumur low pressure LHD-A ini untuk pembangkitan small scale power plan dengan kapasitas 1 – 5 MW menggunakan berbagai scenario hasil perbaikan acidizing dan penentuan jenis teknologi power plan yang tepat untuk digunakan. Dengan dimanfaatkan secara baik sumur LHD-A maka akan meningkatkan keekonomian proyek terutama mengurangi dampak kerugian biaya pengeboran. Small scale Power plan juga dapat direkomendasikan untuk dikembangkan pada blok Utara prospek Lahendong dimana reservoir memiliki karakter low pressure. Usulan pengeboran di sebelah Timur prospek gunung Kasuratan dapat dilakukan setelah dilakukan kajian yang konfrehensif terkait dampak penyerapan yang cukup besar di daerah tersebut.

Currently, the Lahendong Geothermal Prospect is operating at 80 MW consisting of Units 1, 2, 3 and 4 each of 20 MW. With good reservoir management and step wise development LHD-A is an exploratory well targeted at the Lengkoan fault near Mount Lengkoan, as recommended by the initial conceptual model in preparing the well targeting. The main purpose of drilling the LHD-A well is as a delineation well to confirm the reservoir boundary in SW below Mount Lengkoan and as a make-up well to buffer steam availability. The drilling results show that LHD-A is a Cyclic well, low pressure and cannot enter the existing steam gathering system in supplying sufficient steam. Updating the conceptual model with an integrated analysis of all existing data with the sequence of study principles of Exploration and Exploitation of the Lahendong proyek geothermal field. Conceptual model updates are carried out as a reference in future field management and development plans. The study also evaluated the problem of the LHD-A well, it was recommended that it be acidized to improve cyclic conditions and increase well productivity. A study and calculation of the utilization of the LHD-A low pressure well was also carried out for generating a small-scale power plan with a capacity of 1 – 5 MW with various scenarios resulting from acidizing improvements and determining the right type of power plan technology to be used. By properly utilizing the LHD-A well, it will increase the economics of the proyek, especially reducing the impact of losses on drilling costs. A small-scale power plan can also be recommended for development in the North block of the Lahendong prospect where the reservoir has a low-pressure character. Proposals for drilling to the east of the G. Kasuratan prospect can be carried out after a comprehensive study has been carried out regarding the relatively large absorption impact in the area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ahmad Syafii
"Keberadaan sistem panas bumi dapat diperkirakan dengan melihat manifestasi yang muncul di permukaan tanah akibat adanya struktur geologi, seperti sesar/patahan pada daerah potensi panas bumi. Untuk mengetahui keberadaan struktur patahan di lapangan ?DAS? digunakan metode gravitasi. Dalam metode gravitasi terdapat metode lanjutan untuk mengidentifikasi patahan, yaitu FHD (First Horizontal Derivative) dan SVD (Second Vertical Derivative). Metode tersebut memanfaatkan turunan dari nilai anomali gravitasi. Output dari metode tersebut adalah peta kontur yang menunjukkan keberadaan suatu patahan.
Terdapat delapan patahan yang teridentifikasi oleh metode FHD dan SVD, tujuh patahan merupakan patahan normal dan satu patahan merupakan petahan naik. Hasil tersebut diintegrasikan dengan data pendukung, seperti data MT, geologi, geokimia, data sumur dan model sintetik. Dari data-data tersebut dapat dibuat model densitas dan model konseptual sistem panas bumi daerah ?DAS?. Model densitas menunjukkan densitas clay cap sebesar 2,25 gr/cm3, densitas reservoir sebesar 2,41 gr/cm3, dan densitas heat source sebesar 2,81 gr/cm3. Berdasarkan model konseptual, fumarol dan mata air panas SPG merupakan zona upflow, sedangkan mata air panas BB 1 dan BB 2 merupakan zona outflow.

The existence of geothermal system can be assessed by identifying distribution of manifestations that appears on the surface. The manifestations appear because of geology structure, like fault structure on geothermal potention area. Gravity method is used to knowing the exsistence of fault structure on ?DAS field. In gravity method, there are the advanced methods to identify fault. They are FHD (First Horizontal Derivative) and SVD (Second Vertical Derivative). Those methods use derivative of gravity anomaly value. The output of FHD and SVD is contour map that indicates the exsistence of fault.
There are eight faults identified by FHD and SVD, they are seven normal faults and a reverse fault. The FHD and SVD contour map will be integrated with other support data, such as resistivity section of MT, geology data, geochemistry data, thermal gradient data, and sintetic model. Those data result density model and conseptual model of ?DAS? field geothermal system. Density model show the density of clay cap is 2,25 gr/cm3, reservoir is 2,41 gr/cm3, and heat source is 2,81 gr/cm3. Base on conseptual model, fumarole and hot spring SPG are upflow zone, while hot springs BB 1 and BB 2 are outflow zone.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noval Suryadi
"

Dalam rangka upaya memenuhi target  bauran energi baru terbarukan terkait kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) pada tahun 2025 sebesar 7.200 MW, dengan potensi sumber daya panas bumi sebesar 23.060 MW baru sebesar 2.360 MW yang dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pada Wilayah Kerja Panas Bumi “XYZ” terdapat potensi cadangan panas bumi 464 MW, namun baru dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Panas Bumi sebesar 55 MW (12%). Untuk meningkatkan kapasitas pembangkit pada Wilayah Kerja Panas Bumi “XYZ” yang telah beroperasi dapat menurunkan tingkat risiko sumber daya panas bumi, menekan biaya investasi awal dan mengurangi waktu pembangunan pembangkit karena proses pengembangan panas bumi tidak dimulai dari tahap awal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menganalisis  dalam investasi pengembangan kapasitas pembangkit listrik panas bumi menggunakan Simulasi Monte Carlo dalam pengambilan keputusan, dengan memperhitungkan variabel-variabel ketidakpastian seperti faktor kapasitas, tingkat suku bunga, inflasi, pajak, proporsi pembiayaan ekuitas, dan jangka waktu pembangunan. Hasil analisis  menunjukkan bahwa skema investasi pengembangan kapasitas pembangkit dengan cara memaksimalkan cadangan panas bumi menghasilkan  peningkatan probabilitas Net Present Value bernilai positive.


In order to meet the renewable energy mix target related to the installed capacity of Geothermal Power Plants (PLTP) in 2025 of 7,200 MW, with the potential of geothermal resources of 23,060 MW, only 2,360 MW has been utilised as a Geothermal Power Plant. In the Geothermal Working Area "XYZ" there are potential geothermal reserves of 464 MW, but only 55 MW (12%) has been utilised as a Geothermal Power Plant. To increase the generating capacity in the "XYZ" Geothermal Working Area that has been operating can reduce the risk level of geothermal resources, reduce initial investment costs and reduce plant construction time because the geothermal development process does not start from the initial stage. The purpose of this study is to evaluate and analyse the investment in geothermal power plant capacity development using Monte Carlo Simulation in decision making, by taking into account uncertain variables such as capacity factor, interest rate, inflation, tax, proportion of equity financing, and construction period. The results of the analysis show that the investment scheme for developing generating capacity by maximising geothermal reserves results in an increase in the probability of a positive Net Present Value.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elgar Dimaspria Widodo
"Geokimia dalam eksplorasi geotermal memiliki peran yang sangat penting, termasuk memprediksi suhu reservoir sebagai penilaian potensi suatu lapangan geotermal. Daerah Penelitian merupakan salah satu lapangan geotermal di Indonesia yang berada dalam perbatasan dua sistem geotermal, dimana penelitian lebih lanjut akan dilakukan di bagian selatan lapangan yang memiliki sistem dominasi air dan daerah yang kurang tereksploitasi. Metode yang umum digunakan untuk menentukan suhu adalah geotermometer, dimana perkiraan suhu didasarkan pada ketergantungan kesetimbangan kimia yang telah didefinisikan persamaan kesetimbangannya untuk suhu itu sendiri. Pada kenyataannya reaksi kimia antara fluida dan mineral batuan dari reservoir ke permukaan mengalami beberapa gangguan yang harus dianalisa lebih mendalam.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui estimasi kesetimbangan kimia antara batuan dan fluida yang terjadi di reservoir geotermal sebelum terjadinya proses cooling, boiling, dan mixing. Estimasi ini dilakukan dengan metode CO2 Discharge Method yang membentuk asam karbonat di reservoir, yang muncul di permukaan dan digunakan sebagai perhitungan pH aktual di reservoir. Nilai pH dihitung dari koefisien aktivitas ion hidrogen yang sangat bergantung pada suhu. Dalam reaksi kesetimbangan fluida-batuan, terjadi proses hidrolisis mineral hidrotermal dimana energi bebasnya dapat dihitung menggunakan hukum termodinamika Gibbs dan menghasilkan perbandingan ion Na+ dan K+ dengan ion hidrogennya. Hasilnya pH fluida reservoir adalah cukup basa pada 290 °C, dan rasio Na+ dan K+ sangat tidak sensitif terhadap perubahan suhu. Model plotting data menunjukkan tiga kelompok mineral hidrotermal yaitu kelompok Kaolinit, kelompok K-Mica/K-Feldspar, dan kelompok Albit/Kuarsa, dengan kestabilan aktivitas ion yang tinggi. Hal ini menunjukkan perhitungan geotermometer Na-K-Ca menjadi valid yaitu 290°C. Dari hasil perhitungan geotermometer, pH fluida, dan letak reservoirnya menunjukkan area tengah-selatan Daerah Penelitian layak untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut.

Geochemistry in geothermal exploration has a very important role, including predicting reservoir temperature as an assessment of the potential of a geothermal field. The Research Area is one of the geothermal fields in Indonesia which lies within the borders of two geothermal systems, where further research will be carried out in the southern area of the field which has a water-dominated system and less exploited area. The common method used to determining the temperature is geothermometer, where the approximate temperature is based on chemical equilibrium dependence which has defined its equilibrium equation for the temperature itself. In fact, the chemical reaction between fluids and rock minerals from reservoir to the surface experiences some disturbances that must be analyzed more comprehensively.
This study was made to determine chemical equilibrium estimation between rocks and fluids that occur in the geothermal reservoir before the occurrence of the cooling, boiling, and mixing processes. This estimation is carried out using CO2 Discharge Method which forms carbonic acid in the reservoir, that appears on the surface and is used as a calculation of the actual pH in the reservoir. The pH value is calculated from the coefficient of hydrogen ion activity which is very dependent on temperature. In the reaction of fluid-rock equilibrium there is a hydrolysis process of hydrothermal minerals where its free energy can be calculated using Gibbs' law of thermodynamics and makes a ratio of Na+ and K+ ions with their hydrogen ions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Indah Lestari
"Data magnetotellurik biasanya masih dihimpun dan ditampilkan dalam bentuk profil dan diinterpretasi menggunakan inversi 1-dimensi (1-D) atau 2-dimensi (2-D). Asumsi yang digunakan dalam inversi 1-D dan 2-D dapat menyebabkan kesalahan interpretasi dikarenakan kondisi riil di bawah permukaan adalah 3-D. Oleh karena itu dilakukan pengujian inversi 1-D, 2-D, dan 3-D (full tensor impedance dan off diagonal elements) profil data sintetik 3D untuk menganalisis pengaruh efek 3D dan efek tepi. Hasil dari inversi 1D dan 2D memperlihatkan ketidakmampuan dalam mempertahankan geometri model sintetik 3D terutama dalam memperlihatkan batas tepi model sintetik 3D. Dengan menggunakan inversi 3-D, terlihat memberikan hasil yang lebih baik dalam memperlihatkan geometri model sintetik 3D. Pentingnya penggunaan on diagonal elements (Zxx dan Zyy) dalam proses inversi diperlihatkan melalui hasil data sintetik yakni menambah keakuratan dalam hasil inversi terutama pada profil bagian tepi dari benda konduktif dan resistif. Hal ini diperlihatkan melalui hasil plot nilai impedansi Zxx dan Zyy. Oleh karena itu penggunaan seluruh komponen tensor impedansi penting digunakan dalam inversi 3-D untuk menginterpretasi profil data. Arah strike juga terlihat sangat mempengaruhi hasil inversi 2-D. Analisis terhadap inversi multidimensi profil data dilakukan terhadap data riil magnetotelurik daerah prospek panas bumi Tawau, Malaysia. Dari hasil inversi1-D, 2-D, dan 3-D pada data riil didapatkan kemiripan pola distribusi zona resistivitas rendah dan tinggi pada hasil inversi 1-D dan 3-D dikarenakan hasil kedua inversi tidak dipengaruhi oleh arah strike serta hasil ini mendukung kesesuaian pada hasil model sintetik di mana hasil inversi 1-D dapat mencitrakan resistivitas bawah permukaan dengan baik pada kedalaman dangkal.

Magnetotelluric data is usually still collected and displayed in profile data and interpreted by using 1-dimensional inversion (1-D) or 2-dimensional inversion (2-D). The assumption that is used in 1-D and 2-D may lead potential pitfall during interpretation because real condition beneath the surface is 3-D. Therefore, inversion 1-D, 2-D, and 3-D (full tensor impedance and off diagonal elements) is tested in 3D synthetic profile data for analyzing the influence of 3D effect and edge effect. 1-D and 2-D inversion result shows an inability to maintain the geometry of 3D synthetic model, mainly in imaging edge border of 3D synthetic model. By using 3-D inversion profile synthetic data MT, it is proven that the use of 3-D inversion gives better result in showing the geometry of 3D synthetic model. The importance of on diagonal elements (Zxx and Zyy) in the inversion result is shown by the result of synthetic data which increase the accuracy of inversion result, particularly at edge of conductive and resistive feature. This is shown by the result of impedance value (Zxx and Zyy) ploting. Therefore, using all components of tensor impedance is important in 3D inversion to interpret profile data. Strike direction is also seen affect the result of 2D inversion. Analysis of multidimension inversion of profile data is then performed on real magnetotelluric data in Tawau geothermal prospect area. From 1-D, 2-D, and 3-D inversion result, it is obtained that there is similarity in distribution pattern of low and high resistivity zone because both of the inversion are not influenced by strike direction and this result supports the suitability of synthetic model result where 1-D inversion can image subsurface resistivity at shallow depth well.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ditujukan untuk mendapatkan model geofisika prospek
geothermal Metta. Pelaksanaan penelitian dimulai pada pertengahan bulan
Januari – April 2007 di kantor Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan
memodelkan penampang inversi dua dimensi magnetotellurik (MT) dan
pengolahan data pendukung. Interpretasi dan penggambaran model geofisika
dilaksanakan di kampus Universitas Indonesia (UI) hingga awal Juni 2007.
Ketiga penampang pemodelan MT menunjukkan keberadaan sistem
geothermal dilihat dari kontras nilai resistivitas batuan. Hasil ketiga model
menunjukkan lokasi up flow, yaitu berada di bawah titik pengukuran MT 15 –
MT 16 pada model satu, MT 21 pada model dua, dan MT 27 pada
penampang tiga. Luas areanya adalah ± 20 km2. Lokasi out flow menuju
sebelah NW dari seluruh titik MT. Prospek Geothermal Metta perlu
pembuktian dengan melakukan pemboran hingga kedalaman 2,5 km tepat
diatas lokasi up flow untuk mendapatkan temperatu reservoir sebesar 350°C."
Universitas Indonesia, 2007
S28891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Claudiya A.
"Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.

Heat source is the important parameter in geothermal system which is will heats fluid or meteoric water that is contained in the earth. Basically, geothermal system formed as a result of heat transfer from heat source to the surrounding by conduction and convection. Geothermal manifestation occurs because of the propagation of heat from below the surface. The emergence of manifestations at the surface due to the fault that connects the reservoir to the earth rsquo s surface. Therefore, it is important to know where the location of the reservoir, the location of the fault, and the structure of the fault when exploration used gravity method. In general, analysis of gravity data only focus to determine the reservoir . Tilt angle or tilt derivative is a dervative method that can be used to determine the depth of the hot rock. Tilt angle utilizing comparison between vertical derivative with horizontal derivative. The zero contours of the tilt angle correspond to the boundaries of geologic discontinuities and are used to detect the linear features in gravity data. The half distance between 4 and 4 radians is equal to the depth of top of heat source. This research is expected that can we know the depth of top of heat source of geothermal system at Mt. Lawu using tilt derivative.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizanissa Purnama Sari
"Lapangan geotermal X merupakan salah satu lapangan di Flores, Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi geotermal dan masih dalam tahap pengembangan. Pada Tahap eksplorasi, diperlukan pemahaman yang sangat baik terhadap sistem geotermal yang dapat digambarkan melalui model konseptua. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model konseptual yang terintegrasi data geofisika, geologi, geokimia, dan data sumur. Hal ini digunakan untuk meminimalisir kegagalan dalam pemboran. Model konseptual merupakan informasi awal untuk menentukan lokasi pengeboran. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan analisis inversi 3D magnetotellurik (MT) dan 2D gravitasi yang dikorelasikan dengan data sumur. Hasil geotermometer menunjukan temperatur reservoir berkisar 225-250ºC. Berdasarkan korelasi data tersebut dapat dilihat bahwa lapisan dibawah permukaan X dibagi menjadi 3 yaitu argilik, transisi, dan propilitik. Zona argilik diidentifikasikan sebagai clay cap dengan resistivitas ≤ 10 ohm-m dengan temperature 200ºC. Sedangkan zona transisi merupakan batas dari reservoir dan clay cap yang memiliki suhu sebesar 200-210ºC dan resistivitas 10-20 ohm-m. Zona propilitik merupakan zona reservoir yang kaya mineral illit dengan resistivitas 20-100 ohm-m dan temperature ≥ 210ºC. Luas area prospek lapangan geotermal X sebesar 3.4 km2 dengan potensi tertinggi di bagian utara daerah penelitian. Rekomendasi pengembangan yaitu 3 sumur produksi ke arah utara dan 2 sumur injeksi ke arah selatan. Disimpulkan bahwa model konseptual yang dihasilkan berkorelasi dengan baik dengan data sumur.

The X Geothermal field is one of the fields in Flores, East Nusa Tenggara that has geothermal potential and is still under development. At the exploration stage, understanding the geothermal system is important can be described through a conceptual model. This study aims to build an integrated conceptual model with geophysical, geological, geochemical, and well data. It is used to minimize failures in drilling. This is used to minimize failure in drilling. The geothermal conceptual model is the initial information for determining the drilling location. Modeling was carried out using inverse 3D magnetotelluric (MT) and 2D gravity analysis which was correlated with well data. The results of the geothermometer show that the reservoir temperature ranges from 225-250ºC. Based on the data correlation, it can be seen that the subsurface layer X is divided into 3 namely argillic, transitional, and propylitic. The argillic zone is identified as a clay cap with a resistivity of ≤ 10 ohm-m at a temperature of 200ºC. While the transition zone is the boundary of the reservoir and clay cap which has a temperature of 200-210ºC and a resistivity of 10-20 ohm-m. The prophylactic zone is a reservoir zone rich in illite minerals with a resistivity of 20-100 ohm-m and a temperature of ≥ 210ºC. The prospect area for the X geotermal field is 3.4 km2 with the highest potential in the northern part of the study area. Development recommendations are 3 production wells to the north and 2 injection wells to the south. It was concluded that the resulting conceptual model correlated well with the well data."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>