Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169830 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhani Chandra Tirtalaga
"Daerah layanan (coverage area) dari suatu stasiun pemancar televisi merupakan daerah dimana sinyal yang dipancarkan oleh stasiun pemancar dapat diterima dengan baik, dengan ukuran nilai yang sesuai dengan standar tertentu. Dalam hal ini mengacu pada standar nilai yang telah ditentukan oleh Direktorat Jendral Pos dan Telekomunkasi.
Pola radiasi dari antena pemancar dapat membentuk suatu bentuk pola daerah layanan pada daerah geografis wilayah pemancar. Penentuan daerah layanan bagi stasiun televisi swasta ditentukan dalam segi bisnis atau target pasar. Hal tersebut dilakukan dengan survey pasar dengan tujuan untuk melihat daerah mana yang mempunyai potensi pasar yang bagus, pembangunan ekonomi yang baik dan populasi penduduknya.
Langkah-langkah dan pertimbangan-pertimbangan untuk penentuan hal-hal yang terkait dengan pembangunan stasiun pemancar dibahas dalam tulisan ini. Mulai dari penentuan penggunaan frekuensi kerja transmisi, penentuan lokasi tempat dibangunnya stasiun pemancar, besarnya daya pancar pemancar, ketinggian menara dan antena pemancar yang dipergunakan.
Dari Tugas Akhir ini dapat disimpulkan bahwa penentuan lokasi, besar daya pancar, pengarahan antena, dan ketinggian menara sangat menentukan daerah layanan yang akan dicakupi. Penentuan hal-hal tersebut juga terkait dengan efisiensi anggaran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedes Triono Putro
"Dalam tugas akhir ini dibuat perencanaan pembangunan stasiun pemancar televisi RCTI-SCTV-IVM untuk daerah Madiun dan sekitarnya. Stasiun pemancar televisi Madiun dirancang untuk memberikan layanan siaran televisi dari RCTI-SCTV-IVM bagi daerah Madiun dan sekitarnya. Dengan dipergunakannya satu lokasi yang sama dan satu sistim antena yang sama, maka diperoleh penghematan biaya serta diperoleh pola pancaran dan kuat medan yang sama di daerah-daerah sasaran. Lokasi dipilih di daerah Telaga Wurung dengan koordinat 7° 40' 47" Lintang Selatan dan 111° 14' 25" Bujur Timur. Dengan mempergunakan daya pemancar sebesar 5 kW dan penggunaan sistim antena pemancar yang tepat maka tidak saja daerah Madiun yang dapat diberikan layanan siaran televisi dari daerah tersebut, tetapi juga daerah Magetan, Ngawi, Cepu, Nganjuk, Bojonegoro, Ponorogo dan Sarangan. Pada bagian akhir diberikan perkiraan kuat medan yang akan diterima di daerah-daerah sasaran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, Ronnyko J.
"Stasiun relay TRANS7 berfungsi sebagai stasiun repeater yang terdiri dari dua subsistem yaitu subsistem komunikasi satelit yang digunakan untuk mengirimkan sinyal gambar dan suara dari stasiun pusat Jakarta ke stasiun relay di daerah dan subsistem komunikasi teresterial untuk mengirimkan sinyal gambar dan suara dari ke rumah-rumah pemirsa yang berada pada wilayah cakupan. Stasiun Transmisi TRANS7 Jakarta dibangun di Jl. Raya Joglo no.100, Joglo -Jakarta Barat, sistem komunikasi satelit yang digunakan adalah Satelit TELKOM-1 pada transponder 10H dengan spesifikasi frekuensi downlink 3989 Hz, daya pancar stasiun bumi rata-rata 43,2 dBm, diameter antena uplink 12 ft, diameter antena downlink 10 ft. Adapun konfigurasi sistem komunikasi teresterial yang dibangun adalah pemancar dengan daya 60 kW pada saluran 49 UHF, dengan ketinggian menara antena 250m, tinggi antena 20m, menggunakan antena panel directional berpolarisasi horisontal. Dengan konfigurasi sistem diatas, diperoleh nilai Eb/No berdasarkan perhitungan sebesar 16,417 dB dengan BER kurang dari 1,0 x 10-6 yang melewati nilai threshold perangkat receiver pada stasiun transmisi TRANS7 Jakarta. Sedangkan data pengukuran memberikan nilai yang bervariasi dari 11,9 dB sampai 13,9 dB karena kondisi langit yang tidak tetap sehingga redaman atmosfir berubah-ubah pula. Konfigurasi pemancar memberikan hasil pengukuran pada test point: Cipinang Kel. Pisangan Timur 104.5 dB_V/m, Pasar Rebo 72 dB_V/m, Kel. Pulo Gebang - Bekasi Barat 69 dB_V/m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 65.5 dB_V/m, Kel.Tebet Timur 70 dB_V/m, Bukit Cinere Indah - Desa Cinere 92 dB_V/m, Kel. Sawangan Baru Kec. Sawangan 91 dB_V/m, Kec. Bogor Utara 93.5 dB_V/m, Kel.Kapuk Muara 85 dB_V/m, Kel.Kembangan 94 dB_V/m, Kel. Rengas 109 dB_V/m, Lippo Karawaci 101.5 dB_V/m. Sedangkan hasil perhitungan diperoleh : Cipinang Kel. Pisangan Timur 110.4 dB_V/m, Pasar Rebo 110.8 dB_V/m, Kel. Pulo Gebang - Bekasi Barat 106.5 dB_V/m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 109.4 dB_V/m, Kel.Tebet Timur 113.3 dB_V/m, Bukit Cinere Indah - Desa Cinere 115.3 dB_V/m, Kel. Sawangan Baru Kec.Sawangan 110.8 dB_V/m, Kec. Bogor Utara 107 dB_V/m, Kel.Kapuk Muara 109.8 dB_V/m, Kel.Kembangan 120,1 dB_V/m, Kel. Rengas 120.1 dB_V/m, Lippo Karawaci 114,2 dB_V/m. Perbedaan nilai kuat medan hasil pengukuran dan perhitungan disebabkan oleh kondisi geografis di lokasi tiap-tiap pengukuran yang dapat berupa daerah lapang, dan daerah lintasan gelombang yang dapat berupa bangunan / gedunggedung tinggi, perbukitan, dan daerah pepohonan rimbun.

Trans7 relay station which serves as a repeater station consists of two subsystems of the satellite communication subsystem that is used to transmit audio and video signal from Jakarta to the central station in the area of relay stations and terrestrial communication subsystem to transmit audio and video signal into the homes of viewers who located in the coverage area. Trans7 Transmission Station was built in Jakarta at Joglo Raya no.100 St, Jakarta Joglo-West, a satellite communications system used is TELKOM-1 satellite on transponder specifications 10H downlink frequency 3989 Hz, the earth station transmit power an average of 43.2 dBm, the uplink antenna 12 ft in diameter, the diameter downlink antenna 10 ft. As for terrestrial communication system configuration that is built with power 60 kW transmitter on UHF channel 49, with an altitude of 250m antenna tower, 20m high antenna, using a horizontally polarized directional panel antenna. With the above system configuration, the value of Eb / No based on the calculation of 16.417 dB with a BER of less than 1.0 x 10-6 to pass the threshold value of the receiver device at the transmission station Trans7 Jakarta. While the measured data providing value varied from 11.9 dB to 13.9 dB due to sky conditions are not fixed so that atmospheric attenuation varies as well. Configuring the transmitter provides the results of measurements on the test point: Cipinang Kel. East Pisangan 104.5 dB_V / m dB_V Pasar Rebo 72 / m, Kel. Pulo Gebang - West Bekasi 69 dB_V / m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 65.5 dB_V / m, East Kel.Tebet 70 dB_V / m, Bukit Indah Cinere - Village Cinere 92 dB_V / m, Kel. New Sawangan Kec. Sawangan 91 dB_V / m, Kec. North Bogor 93.5 dB_V / m 85 dB_V Kel.Kapuk Estuary / m, Kel.Kembangan 94 dB_V / m, Kel. Rengas 109 dB_V / m, Lippo Karawaci 101.5 dB_V / m. The calculation results: Cipinang Kel. East Pisangan 110.4 dB_V / m, Rebo Market 110.8 dB_V / m, Kel. Pulo Gebang - West Bekasi 106.5 dB_V / m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 109.4 dB_V / m, East Kel.Tebet 113.3 dB_V / m, Bukit Indah Cinere - Village Cinere 115.3 dB_V / m, Kel. New Sawangan Kec.Sawangan 110.8 dB_V / m, Kec. North Bogor 107 dB_V / m, Kel.Kapuk Estuary 109.8 dB_V / m, Kel.Kembangan 120.1 dB_V / m, Kel. Rengas 120.1 dB_V / m, Lippo Karawaci 114.2 dB_V / m. Differences in field strength values measured and calculated results due to the geographical conditions in the location of each measurement can be a spacious area, and the wave track that could be building / tall buildings, hills, and areas of dense trees."
2010
S51306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Feriandi Mirza
"Dalam mengalokasikan spektrum frekuensi radio untuk kebutuhan layanan siaran TV digital dan aplikasi terestrial lainnya dalam hal ini adalah layanan mobile broadband ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yang secara umum dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor atau variabel yang berupa aspek teknis dan aspek non-teknis, dalam hal ini adalah aspek potensi bisnis dari kedua layanan tersebut.
Dalam tesis ini akan untuk menentukan alokasi spektrum frekuensi radio pada pita Ultra High Frequency (UHF) untuk kebutuhan siaran TV digital terrestrial dengan metode optimasi dengan program linier yang bertujuan untuk menentukan nilai optimum dari potensi pendapatan di industri layanan siaran TV digital terestrial dan mobile broadband. Hasil dari optimasi tersebut mengalokasikan spektrum frekuensi sebesar 192 Mhz untuk kebutuhan layanan siaran TV digital terestrial dan 112 Mhz untuk kebutuhan layanan mobile broadband.

In allocating the radio frequency spectrum for digital TV terrestrial broadcasting service needs and other terrestrial applications in this regard is the mobile broadband services there are several factors to consider are generally divided into 2 (two), the technical non-technical aspects, in this case is the aspect of the business potential of these services. This thesis will determine the allocation of radio frequency spectrum in the Ultra High Frequency (UHF) band for digital terrestrial TV broadcasting by the optimization method with a linear program that aims to determine the optimum value of potential revenues in the industry of digital terrestrial TV broadcasting and mobile broadband services.
Results of the optimization is the allocation of the frequency spectrum at 192 MHz for digital TV terrestrial broadcasting services and 112 MHz for mobile broadband service needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27857
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aloysius Herbanu Prastowo
"Penelitian mengenai strategi pemasaran iklan suatu stasiun televisi swasta ini dilakukan berdasarkan pengamatan situasi pemasaran iklan di Televisi Swasta yang semakin kompetitif dalam merebutkan pangsa anggaran iklan di televisi. Tujuan penelitian skripsi ini adalah mengembangkan alternatif strategi pemasaran jasa penyiaran televisi PT. RCTI dengan menggunakan metoda analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil penelitiannya berupa identifikasi faktor keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman, yang kemudian diturunkan strategi marketing mix (produk, harga, distribusi, dan promosi). Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar penyiaran televisi Indonesia berbentuk pasar oligopoli. Acara (programme) adalah produk dari suatu stasiun televisi swasta. PT. RCTI menggunakan differential rate sebagai bentuk penetapan harga berdasarkan segmen waktu. Kegiatan distribusi PT. RCTI sebagian besar adalah dengan distribusi tidak lang sung menggunakan biro iklan. Kegiatan promosi PT. RCTI adalah sebagian besar berupa advertising di media televisi dan media lainnya. Saran yang dapat diberikan adalah PT. RCTI dapat lebih mengarahkan kegiatan pemasarannya, menyempurnakan sistem informasi pemasaran, menawarkan bentuk iklan yang berdurasi 7 detik untuk menarik pemasang iklan beranggaran kecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hassita Ranya Fauzia
"Skripsi ini membahas perancangan dan simulasi power amplifier yang beroperasi pada channel 87 yaitu frekuensi 860 MHz dengan menggunakan transistor push-pull dan Saluran mikrostrip yang berfungsi sebagai pengganti induktor. Rangkaian input matching dan output matching dirancang khusus agar beresonansi pada frekuensi tersebut.
Tujuan dari perancangan ini adalah mencapai VSWR ± 1, S21 pada nilai antara 8-11 dB dan S11 dan S22 dibawah -10 dB. Spesifikasi penting untuk perancangan power amplifier ini antara lain: daya keluaran 100 mWatt, daya masukan 5 - 20 mWat, arus drain yang kecil dengan tegangan supply 25 Volt, memenuhi standar kestabilan (K > 1), dan return of loss (ROL < -10 dB). Transistor yang digunakan yaitu TPV7025, sebuah transistor silikon frekuensi tinggi tipe NPN. Rancangan ini disimulasikan menggunakan program Advanced Design System (ADS).

This thesis discusses specific frequencies on channel 87 is 860 MHz simultaneously is designed. This amplifier using a transistor pushpull there and a microstrip line that serves as a substitute for an inductor. The input matching and output matching circuit is designed with a special matching network which resonates at two frequencies.
The objective of this design is to achieve VSWR ± 1, S21 at a point range 8-11 dB and S11 and S22 below -10 dB for both frequencies. The other important specification for this dual band high power amplifier is: 100 mWatt output power, 5 - 20 mWatt input power, low drain flow with 25 Volt supply voltage, fulfill the stability standard (K > 1), and return of loss (ROL < -10 dB). The transistor used is TPV7025, a NPN silicon high frequency transistor. The design is simulated with Advanced Design System (ADS) software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Arief Sofyan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhieto Rafi Fatoni
"

Penelitian menggambarkan tantangan dan kekurangan pada horn antena yang dapat diatasi melalui penggunaan antena mikrostrip. Antena mikrostrip sebagai alternatif yang lebih efisien dan mudah diimplementasikan. Pembahasan selanjutnya difokuskan pada pengembangan antena mikrostrip dual-band untuk rentang frekuensi yang relevan dengan aplikasi stasiun bumi dan satelit IoT. Penggunaan antena mikrostrip dual-band dijelaskan sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan komunikasi pada frekuensi 3,8 GHz – 4,2 GHz dan 6,9 GHz – 7,2 GHz. Karakteristik desain, seperti impedansi, selektivitas, dan efisiensi, menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kinerja antena. Metodologi penelitian melibatkan simulasi menggunakan perangkat lunak elektromagnetik untuk mengoptimalkan parameter desain. Antena yang didapatkan dari hasil fabrikasi menghasilkan antena yang memiliki frekuensi kerja  di 3,933 GHz – 4,2 GHz dan 7 GHz – 7,179 GHz, gain 9,6 dBi untuk frekuensi 4 GHz dan 6,5 dBi untuk frekuensi 7 GHz dan polarisasi linear.


The research background describes the challenges and limitations of horn antennas that can be overcome through the use of microstrip antennas. Microstrip antennas are presented as a more efficient and easily implementable alternative. Further discussion is focused on the development of dual-band microstrip antennas for frequency ranges relevant to Earth station and IoT satellite applications. The use of dual-band microstrip antennas is described as a solution to meet communication needs at frequencies of 3.8 GHz - 4.2 GHz and 6.9 GHz - 7.2 GHz. Design characteristics such as impedance, selectivity, and efficiency are the main focus in efforts to improve antenna performance. The research methodology involves simulation using electromagnetic software to optimize design parameters. The antennas obtained from fabrication yield antennas with operating frequencies at 3.933 GHz - 4.2 GHz and 7 GHz - 7.179 GHz, with a gain of 9.6 dBi for the 4 GHz frequency and 6.5 dBi for the 7 GHz frequency, exhibiting linear polarization.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>