Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tigor P.O.
"ABSTRAK
Paduan aiumunium clad 2024 adaiah paduan aiumzmium yang sudah cult-up dikenoi iuas pemakaiannya daiam industri, khususnya indztstri pesawat terbartg karena material ini mempzmyai sifat spesyik yaitu ringan dengan kekuatan yang cukup baik Daiam proses pehyambungan material ini zmtuk penggunaarmya, dibutuhkavt sifat lrelcuatan yang tinggi dan keuietan yang baiic Dengan prose.: pengelasan Tungsten inert Gas (TIG). pemiiihan Iogam pengisi yang tepat dapat menghasiilcan sifat mekanis Iasan yang diinginkan dan perlalman ani! pertghilangart tegangan _:isa (stress relic-gf annealing) seteiah pengeiasan alum memperbaiki keuletan.
Hasil penelitian menzmju/c1can bahwa regangan paling baik dihasiikan dengart Iogam pengisi ER 4043 (rata-rata 13. 45 %) dan kekuatan tarik tertinggi dengan Iogam pengisi ER 2319 (rata-rata 1 73.58 MPa), sedangkan regangan dan kelcuatan tarik dengan logam pengisi R C 355 0 berada diantara kedua jenis logam pengisi tersebut. Nilai kelcerasart rata-rata yang dihasiikan pada pengeiasan dengan icetiga jenis Iogam pengisi dalam kondisi tanpa ani! relatif tidak berbedq sedangkan distribusi kekerasan yang Iebih merata seteiah periakuart ani! dihasilkan dengan logam pengisi ER 2319. Hasil pengeiasan dengan ketiga jertis Iogam pengisi memiliki lceulettm yang bail: pada pertekukan (bending). Struktur mikro dari hasil pengelasan dengan lcetiga jenis Iogam pengisi tanpa ani! relatif tidak berbeda. Perlakuan ani! menyebabkan perbedaan struktur mikro pada daerah depositias dengan Iogam pengisi ER 2319. Prose.: ani! penghilangan tegangan sisa yang dilakukan pada rentang temperatur 340-380° C dertgan waktu tahan 2 maupun 3 jam menghasilkan regangart. kekuatan tarik serta nilai kekerasan rata-rata yang paiing optimum. Cacat porositas paiing sedikit dihas iikan dengan iogam pengisi ER 2319.

"
1996
S41147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman
"ABSTRAK
Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, bahwa dalam fabrikasi sambungan las paduan Aluminium 6061 pada beberapa komponen konstruksi tertentu masih terjadi hasil sambungan yang kurang sempurna ditinjau dari segi spesifikasi dan kekuatannya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kondisi hasil penyambungan las paduan Aluminium 6061 yang optimal dengan variabel masukan panas dan variabel perlakuan panas sesudah pengelasan. Teknik las yang digunakan adalah "Tungsten Inert Gas" (TIG).
Dalam penelitian ini akan diamati perubahan sifat-sifat mekanis seperti kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro dari daerah sambungan las dan daerah pengaruh panas (HAZ) sebagai akibat dari variabel pengelasan tersebut. Juga akan diamati pengaruh dari variabel-variabel terhadap umur lelah daerah sambungan las.

ABSTRACT
The background of the research is based on the facts that in the manufacturing of weld joint aluminum 6061 of several certain aircraft components the results frequently did not fulfill its strength requirements and specifications.
The research is intended to find optimum condition of weld joint aluminum 6061 by taking heat input and aging after welding (post weld treatment) as its variables. The method of welding technique is Tungsten Inert Gas (TIG).
In this research the changing of mechanical properties such as tensile strength, hardness and its microstructures of both welding zone and heat-affected zone caused by above variables will be observed. Further, the effects of those variables on fatigue life will also be investigated.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simare-Mare, Filipus
"Aluminium AA1100 banyak diaplikasikan seperti peralatan dalam proses kimia, reflektor cahaya, dan lainnya. Pengelasan aluminium rentan akan cacat pengelasan karena termasuk material lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas pada pengelasan AA1100 terhadap kekerasan, penetrasi, dan struktur mikro, serta dilihat pula pengaruh masukan panas pada kekerasan di HAZ. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan dengan metode Autogenous Tungsten Inert Gas, yang berarti tanpa menggunakan logam pengisi, dengan material yang digunakan adalah aluminium paduan seri 1, yaitu AA1100 dengan dimensi 120x50 mm tebal 3 mm menghasilkan lasan bead on plate, gas argon sebagai shielding gas atau gas pelindung. Pada pemvariasian masukan panas, divariasikan kecepatan serta arus pengelasan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian metalografi, pengujian kekerasan, serta pengukuran geometri las. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, seiring meningkatnya masukan panas, mempengaruhi bentuk geometri hasil lasan, yaitu meningkatkan penetrasi dan rasio lebar banding kedalaman menurun. Tingkat porositas menurun seiring peningkatan masukan panas. Wilayah HAZ dan logam las mengalami penurunan kekerasan seiring peningkatan masukan panas akibat pertumbuhan butir yang meningkat seiring meningkatnya nilai masukan panas.

Aluminum AA1100 has many applications, such as equipment in chemical processes, light reflectors, etc. Aluminum welding is prone to welding defects because it is a soft material. This study aims to determine the effect of heat input on AA1100 welding on hardness, penetration, and microstructure and to see the effect of heat input on hardness in HAZ. In this study, welding was carried out using the Autogenous Tungsten Inert Gas method, which means without using filler metal, with the material used is series one aluminum alloy, namely AA1100, with dimensions of 120x50 mm 3 mm thick to produce bead on plate welds, argon gas as shielding gas or protective gas. In the variation of heat input, the speed and current of welding are varied. After the welding process, metallographic testing, hardness testing, and welding geometry measurements are carried out. The results show that, as the heat input increases, the geometric shape of the weld results is affected, i.e., the penetration increases and the width to depth ratio decreases. The degree of porosity decreases with increasing heat input. The HAZ region and the weld metal experience a decrease in hardness with increasing heat input due to grain growth which increases with increasing heat input values."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"Umumnya kerusakan cetakan pada industri die casting disebabkan die soldering yang terjadi pada permukaan cetakan yang mengalami kontak langsung dengan logam cair pada temperatur tinggi. Hal ini dapat menyebabkan perlu diadakannya perbaikan atau penggantian cetakan sehingga menurunkan produktivitas. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur logam cair (melt) terhadap morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik yaitu ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik yang terbentuk antara permukaan cetakan dan logam cair. Pada penelitian ini digunakan baja H13 as annealed sebagai material cetakan yang dicelup ke dalam paduan Al-7%Si pada temperatur 6800C, 7000C, 7200C dan Al-11%Si pada temperatur 6600C, 6800C, 7000C. Peningkatan temperatur logam cair akan meningkatkan laju difusi pertumbuhan lapisan intermetalik karena laju difusi atom-atom besi dan aluminium meningkat. Sehingga ketebalan dari lapisan intermetalik akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur logam cair. Oleh sebab itu, tinggiya temperatur logam cair mempermudahkan terjadinya die soldering.

The major mode which lead to die failure in die casting is die soldering caused by the intimate contact between alloy and die at high temperature. It leads to malfunctioning of die inserts that require replacement or repair, thus causing significant decrease in productivity. The effect of melt temperatures on morphology and characteristic of intermetallic layer such as thickness and hardness of intermetallic layer between die surface and aluminum has been studied. This experiment used as-annealed H13 tool steel as die material which dipped into Al-7%Si alloy at 6800C, 7000C, 7200C and Al-11%Si alloy at 6600C, 6800C, 7000C. High melt temperature favored the growth of intermetallic layer due tp the increasie of the diffusion."
Surabaya; Depok: Universitas Kristen Petra Surabaya; Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adika Fawaz Safitra
"ABSTRAK
Friction Stir Spot Welding merupakan pengelasan pada solid state welding yang
mampu mencegah terjadinya kerusakan pada plat tipis, karena prosesnya tidak
memerlukan temperatur yang tinggi. Two Stage Refilled Friction Stir Spot Welding
( TFSSW ) adalah pengelasan tahap kedua yang berfungsi untuk mengisi lubang
yang terbentuk pada pengelasan Single Stage FSSW. Penilitan ini mencari pengaruh
posisi pengelasan chain straight dan zig zag terhadap kekuatan tekuk dan geser
produk struktur ringan corrugated core sandwich panels pada masing masing jenis
pengelasan Single Stage FSSW dan Two Stage FSSW. Material yang digunakan
yaitu Plat Alumunium AA 1100 dengan ketebalan 0.43 mm. Pengelasan
menggunakan pin diameter 2-4 mm ( pin-shoulder ) pada pengelasan tahap
pertama, dan pin flat 6 mm pada pengelasan tahap kedua. Diperoleh bahwa
Pengelasan Two Stage FSSW menghasilkan kekuatan tekuk dan kekuatan geser
yang lebih baik dibanding pengelasan Single Stage FSSW. Variasi posisi pengelasan
zig zag memiliki kekuatan tekuk yang lebih baik dibanding posisi pengelasan chain
straight. Kekuatan geser pada kedua variasi posisi pengelasan relatif sama.
Pengujian tekuk dan pengujian geser menggunakan standar ASTM C393 dan
ASTM C273."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Edyanto
"ABSTRAK
Resistance spot welding (RSW) merupakan proses pengelasan yang sering digunakan untuk menyambung pelat logam umumnya pada industri otomotif dan penerbangan. Proses pengelasan RSW (Resistance Spot Welding) melibatkan fenomena kelistrikan, termal-mekanik, metalurgi, dan permukaan yang kompleks. Tidak seperti proses pengelasan lainnya, peristiwa terbentuknya sambungan las pada proses RSW terjadi sangat cepat (dalam mili-detik) dan mengambil tempat diantara benda kerja yang tumpang tindih satu sama lain. Simulasi pengelasan memungkinkan pemeriksaan visual terhadap sambungan las tanpa harus melakukan eksperimen yang mahal. Ukuran nugget las merupakan parameter yang paling penting dalam menentukan perilaku mekanik dari sambungan las RSW karena kualitas dan kekuatan sambungan las RSW secara dominan ditentukan oleh bentuk dan ukuran dari nugget las. Simulasi pemodelan proses pengelasan RSW dilakukan menggunakan modul ANSYS Parametric Design Language (APDL) berbasis metode elemen hingga (finite element method) yang tersedia, dalam ANSYS. Interaksi elektrikal dan termal dikembangkan untuk mempelajari pertumbuhan nugget pada pengelasan pelat aluminium A1100 dengan ketebalan masing-masing 0.4 mm. Dengan menggunakan pendekatan model simulasi ini, ukuran diameter nugget dapat diprediksi dengan baik melalui distribusi temperatur yang terbentuk selama proses pengelasan berlangsung. Pengelasan dilakukan dengan membuat variasi pada pemberian kuat arus (1kA dan 2kA) dan waktu pengelasan untuk masing-masing kuat arus yaitu 0.5, 1.0, dan 1.5 CT (cycle time). Diamater nugget untuk masing-masing parameter pengelasan yang didapat melalui simulasi pemodelan adalah, 4.276 mm, 4.372 mm, 4.668 mm, 5.616 mm, dan 5.896 mm. Pada spesimen dengan kuat arus 2 kA dan waktu pengelasan 1.5 CT, weld expulsion terjadi dan ditandai dengan menurunnya kekuatan tarik-geser dari spesimen tersebut dalam eksperimen.

ABSTRAK
Resistance spot welding (RSW), generally which is one of the most often used to joint metal plate in the automotive and aviation industries. RSW welding process involves electrical, thermal-mechanical, metallurgy, and complex surface phenomenon. Unlike the other welding processes, weld joint formation in RSW process occurs very quick (in milli-seconds) and took place between the workpieces overlap each other. Welding simulation allows visual examination of the weld joint without having to perform an expensive experiment. Weld nugget size is the most important parameter in determining the mechanical behavior of welded joints in RSW process. The quality and strength of the weld joint in RSW process is predominantly determined by the shape and size of the weld nugget. Simulation modeling of RSW process performed using ANSYS Parametric Design Language (APDL) module based on the finite element method (FEM), embedded in ANSYS Workbench. Electrical and transient-thermal interaction was developed to study the weld nugget growth on resistance spot welding of aluminum A1100 metal plate with a thickness of 0.4 mm respectively. Weld nugget diameter can be well predicted by using this simulation model from the temperature distribution during the welding process. Welding is performed by varying the weld current (1 kA and 2 kA) and the welding time for each electric current which are start from 0.5, 1.0, and 1.5 cycle time. Nugget diameter for each of the welding parameters from the simulation modelling were 4,276 mm, 4,372 mm, 4,668 mm, 5,616 mm and 5,896 mm. Weld expulsion occurred for the specimen with welding current 2 kA and welding time 1.5 cycle time, characterized by the decreasing of the tensile-shear strength of the specimen."
2016
S63626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Sunar Baskoro
"Dalam penelitian ini telah dikembangkan sistem pengelasan otomatis Tungsten Inert Gas (TIG) dengan menggunakan sensor vision pada pengelasan pipa aluminum. Penelitian ini mempelajari proses pengelasan cerdas pipa paduan aluminum 6063S-T5 dalam posisi tetap dengan obor las (welding torch) bergerak dan menggunakan mesin las AC. Model Jaringan Syaraf Tiruan (neural network) untuk pengendalian kecepatan pengelasan telah dikembangkan agar dapat bekerja secara otomatis. Untuk melatih Jaringan Syaraf Tiruan ini diperlukan cukup banyak data dari penelitian sehingga memerlukan waktu dan dana yang cukup besar. Penelitian ini menawarkan proses baru untuk memperkirakan dan mengendalikan penetrasi pengelasan dalam pengelasan pipa paduan aluminum. Penetrasi las diperkirakan dengan menggunakan metode perkiraan secara hibrida yaitu dengan mengombinasikan simulasi pengelasan dan pengamatan visual menggunakan sensor vision. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa sistem pengendalian cukup efektif untuk mendeteksi kolam las (molten pool) dan menghasilkan pengelasan yang baik.

This research has developed an automatic welding system Tungsten Inert Gas (TIG) using sensor vision on aluminum pipe welding. This research studied the process of intelligent welding of alloy pipe aluminum 6063S-T5 in a fixed position with a welding torch to move and use the AC welding machines. The neural network model to control the speed of the welding has been developed in order to work automatically. The neural network train need quite a lot of data from studies that require time and substansial funds. This research offers a new process for estimating and controlling welding penetration in welding of aluminum alloy pipe. Weld penetration was estimated by using the approximate hybrid method that combines the simulations of welding and visual inspection using sensor vision. The experiment results that the control system is effective enough to detect the molten pool and produce a good weld."
Depok: Fakultas llmu Komputer Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Arivia
"Resistance upset butt welding (RUW) merupakan metode pengelasan yang umum digunakan pada industri penyambungan batang logam. Pada penelitian ini metode RUW digunakan untuk pengelasan batang aluminium AA6201 dan EC 1350-H14 dengan variasi kekasaran permukaan grit 300, grit 600, grit 1000. Kekasaran permukaan yang berbeda-beda akan menghasilkan wetting contact yang berbeda dan akan berpengaruh pada struktur mikro yang dihasilkan serta berpengaruh pula pada kekuatan tarik yang dihasilkan. Kekasaran permukaan akan berpengaruh pada luas bidang kontak untuk perpindahan panas saat proses pengelasan. Pengelasan dengan aluminium yang berbeda dapat menghasilkan struktur mikro sambungan yang berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena AA6201 termasuk pada heat treatable aluminum alloy dan EC 1350-H14 termasuk pada non-heat treatable aluminum alloy. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada kekasaran permukaan yang paling halus (grit 1000) memiliki kekuatan tarik yang paling rendah, sedangkan pada kekasaran permukaan grit 300 dan grit 600 memiliki kekuatan tarik yang bedanya tidak signifikan. Hasil penyambungan yang dilakukan menghasilkan aluminium oksida (Al2O3) yang dapat berpengaruh pada kekuatan tarik hasil sambungan.

Resistance upset butt welding (RUW) is a welding method commonly used in the metal bar joining industry. In this study, the RUW method was used for welding aluminum rods AA6201 and EC 1350-H14 with variations in surface roughness of grit 300, grit 600, grit 1000. Different surface roughness will produce different wetting contacts and will affect the microstructure produced and also affect the tensile strength produced. Surface roughness will affect the contact area for heat transfer during the welding process. Welding with different aluminum can produce a different microstructure of the joint. This can happen because AA6201 is included in the heat treatable aluminum alloy and EC 1350-H14 is included in the non-heat-treatable aluminum alloy. The results of the research show that the smoothest surface roughness (grit 1000) has the lowest tensile strength, while at the surface roughness grit 300 and grit 600 the tensile strength is not significant. The results of the splicing carried out produce aluminum oxide (Al2O3) which can affect the tensile strength of the joint."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>