Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djarot Mulyanto
"Bahan anti karat (under coating) yang digunakan sebagai pelapis untuk melindungi hagian body pada kendaraan bermotor, ternyata dapat dihuat dengan proses yang relatifsederhana yailu dengan memanaskan aspal/bilumen sampai titik leleh dan menambahkan bahan lain seperti lilin, talk dan pelarut dalam jumlah tertentu dalam aspal pana..v tersebut. Pada prosesnya diatas terdapat beberapa kekurangan yaitu terjadinya kebakaran pada saat campuran lilin. talk dan pelarut ditambahkan, kebakaran ini selain menyebahkan pemborosan material juga membahayakan pekerja. Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan perubahan proses yaitu dengan membalik proses dimana aspal tidak dipanaskan tetapi langsung dilarutkan dalam pelarut, kemudian bahan lain ditambahkan. Pada proses ini kebakaran dan pemberosan material tidak terjadi lagi. Untuk mendapatkan karakteristik yang minimal sama dengan produk dari proses lama dilakukan dengan memvariabelkan komposisi talk dan lilin. Dalam upaya untuk pemasaran secara lebih luas digunakan sampel yang saat ini banyak ada dipasaran yaitu Tuff Kote Dinole dan Ziebart sebagai pemhanding. Hasil penelitian menunjukkan hahwa untuk komposisi yang sama yaitu 120 gram aspal, 180 ml pelarut, 100 gram talk dan 50 gram lilin, produk proses lama mempunyai lwrakierislik yang relatif soma dengan produk proses haru. Pada lwmpasisi 120 gram aspal, 180 ml paiarut, 140 gram dan 50 gram lilin memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dari produk proses lama dan relatif sama dengan produk pemhanding, Daya lekat dan ketahanan abarasi dari produk proses lama maupun proses baru relatif lebih kecil dari produk pembanding"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Taufik Hidayat
"Bahan anti karat (pelindung organik) yang digunakan sebagai pelapis untuk melindungi bagian body kendaraan bermotor, dibuat dengan proses yang sederhana yaitu dengan memanaskan bitumen sampai titik leleh dan menambahkan filler (talk) dan pelarut (toluena) dalam jumlah tertentu. Proses di atas memiliki beberapa kekurangan seperti pemborosan material dan membahayakan pekerja oleh karena itu dilakukan perubahan proses. Pada proses baru bitumen tidak dipanaskan melainkan langsung dilarutkan baru kemudian filler (talk) dimasukan dan diadulc. Untuk mendapatkan karakteristik yang minimal sama dengan proses lama, dilalculcan dengan mengvariabel jumlah lallf. Untuk maksud pemasaran yang lebih luas, karalcteristik produk proses baru selaln dibandinglcan dengan produk proses lama (stahl kote) juga dibandingkan dengan produk impor (dunlop). Hasil penelitlan menunjukan bahwa perubahan proses tidak mempengaruhi daya lekat, pelepuhan dan pembentukan pin hole namun dapat menurunkan ketahanan korosi (meningkatkan lebar karaaj, yaitu dari 2,5 mm menjadi 3,5 mm (untuk waktu elcspose 48 jam) dan dari 6,5 mm menjadi 7 mm (untuk waktu ekspase 144 jam). Selain itu juga menurunlcan lcetahanan abrasi (menurunkan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengikis I mils tebas, yaitu dari 0,13 liter/mikron menjadi 0,086 lirerv'mikron. Pengaruh penambahan talk pada komposisi pelindung organik yang ditelili, ternyata menurunlcan kerahanan korosi, abrasi dan pembentulcan pin hole namun tidak mempengaruhi daya lekat. Karakteristik produk impor (dunlop). seperti ketahanan korosl, abrasi dan pembentukan pin hole lebih bail: dari baik produk dengan proses lama maupun baru. Sedangkan untuk daya lekatnya relatif sama. Adapun pelepuhan yang lergfadi bukan sebagai pengaruh perubahan proses maupun penambahan talk, namun semata-rnata hanya karena adanya kehilangan daya lekat pelindung organik dengan permukaan logamnya pada beberapa bagian daerah tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Sopian
"Proses pembuatan bahan anti karat (undercoat yang digunakan sebagai pelapis untuk melindungi bagian bawah kendaraan bermotor, relatif sangat sederhana dan dapat dilakukan dalam perusahaan berskala kecil. Komponen yang diperlukan adalah aspal, talk sebagai filler dan solvent sebagai pelarut serta beberapa aditif untuk memperbaiki sifat tertentu. Karakteristik bahan anti karat yang menggunakan komponen di atas kurang baik yaitu tidak tahan terhadap temperatur oven (150-200°C) dan relatif mahal dibandingkan dengan sebagian produk yang ada dipasaran. Untuk mengatasi masalah itu maka digunakan Iimbah pelarut dari industri cat sebagai pelarut dan serbuk arang sebagai filler. Unluk mendapatkan karakteristik yang optimal dari kedua komponen tersebut maka divariabelkan komposisi serbuk arang dan aspal. Untuk membandingkan hasilnya maka digunakan produk sebelumnya yaitu Stahl Kote(SK) dan produk Iuar yaitu Dunlop (DL). Hasil penelitian memmjukkan bahwa ketahanan abrasi bahan anti karat yang baru (100gr aspal, 73gr arang) Iebih bagus (0,485 I/μ) daripada produk pembanding (SK=0,133 I/μ, DL=0,190 I/μ) dan daya Iekatnya (tape test) relatif sama (klasifikasi=5) serta ketahanan terhadap temperarur oven sangat bagus, juga ketahanan korosinya lebar karat) untuk komposisi 110gr aspal dan 73gr arang Iebih bagus dari Stahl Kore meskipun masih Iebih rendah dari Dunlop."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Setyo Handoko
"ABSTRAK
Secara geografis Indonesia memiliki lautan yang luas, kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan yang besar pula. Di sisi lain sebagai negara industri yang sedang berkembang Indonesia banyak menggunakan material yang terbuat dari Iogam untuk membangun infrastruktur dan sarana industri lainnya.
Masalah besar yang dihadapi oleh semua industri yang memanfaatkan logam berkaitan dengan kondisi gografis Indonesia adalah korosi.
Setiap tahun Pertamina harus membuang ratusan bahkan ribuan ton sludge (limbah dari manufaktur minyak bumi) dengan biaya pembuangan 75 US S tiap ton. Berdasarkan penelitian yang ada ternyata bahwa pelapis organik berbasis bitumen (aspal) memiliki karakteristik anti korosi yang cukup baik. Hal ini menimbuikan pemikiran untuk memanfaatkan sludge, yang masih merupakan turunan dari aspal dan memiliki komposisi yang nyaris sama, sebagai pelapis organik anti korosi.
Pelapis organik anti korosi pada penelitian ini terdiri dari sludge sebagai base materiel, resin, talk, aspal dan lilin, serta toluena sebagai pelarut. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh perubahan kadar sludge dan resin ( konslituen lain dibuat tetap ) terhadap karakteristik pelapis anti korosi tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji celup garam, uji pin holes dan uji adhesi. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa hubungan antara sludge dengan resin terhadap ketahanan korosi dan pelepuhan adalah berdasarkan perbandingan komposisi, terdapat suatu range tertentu yang mana bila perbandingan sludge - resin terlalu besar ataupun terlalu kecil maka ketahanan korosi maupun pelepuhan akan kurang baik. Sampel dengan ketahanan korosi terbaik adalah C2, C4, C12 dan C18. Range optimum perbandingan sludge - resin adalah dari 1,5 sampai 2,5.
Di sisi Iain tidak adanya curing agent membuat peran resin epoksi tidak optimal sehingga sifat adhesi menjadi kurang baik. Secara umum kadar sludge - resin tidak berpengaruh terhadap pembentukan pin holes. Penelitian ini paling tidak memberi kan harapan dalam pemanfaatan sludge sebagai pelapis anti korosi."
2000
S41563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
"Proses korosi adalah peristiwa berkurangnya mutu material akibat
reaaksi kimia/elektro kimia dengan lingkungan yang terjadi secara alamiah.
Khusus di bidang industri otomotif proses korosi merupakan hal yang sering
menjadi masalah utama. Oleh karena itu perlu dilainkan perlindungan/proteksi
untuk menjaga mutu material.
Pelapisan (coating) merupakan salah satu cara untuk perlindungan korosi
yang dapat mencegah terjadinya kontak logam yang dilindungi dengan
lingkungan. Bahan pelapis tersebut dapat dibuat dengan proses yang sederhana
dengan memanfaatkan sludge.
Sludge merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan dari industri
minyak bumi yang tidak dapat dibuang begitu saga ke alam bebas karena dapat
mencemari lingkungan. Komposisi utama dari sludge selain mengandung
pasir/lumpur dan air juga mengandung hidrokarbon (HC). Secara fisik berwarna
gelap agak lengket (memiliki daya lekat hampir menyerupai aspal/bitumen.
Salah satu cara pemanfaatan sludge adalah untuk bahan pelapis organik
untuk perlindungan korosi. Dengan cara mengatur komposisi sludge, talk, dan
resin sebagai pengikat (binder) serta zat aditif lainnya dalam zat pelarut dapat
dihasilkan zat anti karat dengan karateristik yang optimum.
Dari hasil penelitian pengaruh resin dan talk dalam pelapis anti karat
berbasis sludge menunjalckan bahwa komposisi resin dan talk akan memiliki
ketahanan korosi yang tinggi bila memiliki nilai yang optimum(komposisi B4
Resin/talk(40/140) dan B18(60/180)). Penambahan resin dengan diikuti
penambahan talk akan didapat komposisi yang optimum. Daya lekat dari semua
komposisi sangat kurang karena adanya kandungan minyak di dalam sludge."
2000
S41576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fiqih Hizbullah
"Penelitian ini menganalisa dampak dari kebijakan pembebasan bea masuk atas impor bahan baku komponen kendaraan bermotor, terhadap produktivitas industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor nasional. Dengan model ekonometrika, penelitian ini melakukan pengujian sebanyak dua kali dengan metode Ordinary Least Square. Pengujian pertama dilakukan terhadap data pada waktu sebelum diberlakukannya kebijakan pembebasan bea masuk atas impor suku cadang, yaitu tahun 2006 dan yang kedua dilakukan terhadap data tahun 2007 yaitu waktu selama kebijakan tersebut diberlakukan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa produktivitas dalam industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor roda empat secara signifikan dipengaruhi secara positif oleh nilai bahan baku impor dan penggunaan kapital per tenaga kerja.

This research were to analyze the impact of Import Duty Exemption on Raw Material for Production of Motor Vehicle Component, toward the equipment and component of four wheeled vehicle industry productivity. With an econometric model, these research undergone two testing with Ordinary Least Square Method. The first test done toward a dataset of time before the decree of Import Duty Exemption on Raw Material was imposed, at 2006. The second test was upon the data when the decree is imposed. From the test, it is known that the company productivity in national Equipment and component of four wheeled vehicle industry on 2007 is positively influenced by imported raw material and capital per labor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Cornellus Herry Purwanto
"ABSTRAK
Perkembangan di dalam penelitian bahan pelapisan dari polimer untuk kendaran bermotor sangat pesat. Hat ini ditandai oleh kebutuhan untuk mencari formulasi kimia bahan pelapisan yang tahan oleh kondisi lingkungan, ramah lingkungan dan membutuhkan energi rendah.
Dalam kaitannya dengan kebutuhan di atas, maka alat untuk menganalisa satu formulasi kimia baru dari bahan pelapisan adalah sangat panting. Alat yang mulai menarik perhatian para penetiti di bidang degradasi dan kestabilan polimer coatings adalah penggunaan FTIR spektroskopi emisi, untuk menganalisa kinerja bahan pelapisan terhadap kondisi lingkungan seperti suhu dan sinar ultra violet, dan teknik chemiluminescence, untuk menganalisa produk fotooksidasi. Demikian pula alat ultra microindentation sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan komposisi kimia bahan pelapisan akibat fotooksidasi mempengaruhi sifat mekanik bahan pelapisan.
Studi proses reaksi isosianat dengan resin akrilat menggunakan alat FTIR spektroskopi emisi. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mina instrumen FTIR spektroskopi emisi mampu memherikan spektrum yang jelas pada suhu reaksi rendah. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah suhu dan waktu reaksi. Rentang suhu yang diteliti adalah antara 70°C sampai dengan 95°C, sedangkan rentang waktu reaksi adalah situ dan dua jam. Perubahan spektrum FTIR spektroskopi emisi yang diamati adalah penurunan intensitas emisi pada band 2275 cm-', yang menandakan terjadinya proses reaksi.
Studi proses fotodegradasi pada tahap awal dari bahan pelapisan dengari menggunakan FTIR spektroskopi emisi dan teknik chemiluminescence. Proses degradasi bahan pelapisan dilakukan pads suhu 35°C di dalam alat weatherometer. Perubahan spektrum FTIR spektroskopi emisi yang diamati adalah pada band 1650 - 1850 cm-'dan 1520 cm, yang menandakan terjadinya proses fotooksidasi.
Studi perubahan sifat mekanik bahan pelapisan dengan menggunakan alat Ultra Microindentation system (UNIS 2000). Variabel yang diamati adalah perubahan nilai kekerasan bahan dan juga modulus elastisitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa FTIR memiliki kemampuan, terbatas untuk menganalisa proses reaksi bahan pelapisan isosianat-resin akrilat pada suhu 70°C. Hal ini dapat dilihat pada data yang dihasilkan pada suhu 70"C dengan stander deviasi mencapai 16%. Studi fotodegradasi menunjukkan bahwa proses fotooksidasi bahan pelapisan ini terjadi oleh adanya senyawa radikal bebas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hubungan linier antara pertumbuhan gugus karbonil dengan konsentrasi hidroperoksida pada tahap awal proses fotodegradasi. Terbentuknya gugus karbonil akibat dari hilangnya gugus jaring silang memiliki implikasi terhadap sifat mekanik bahan, yaitu terjadi penurunan nilai kekerasan dan modulus elastisitas bahan.
Dari hasil penelitian di atas, maka FTIR yang dimiliki oleh QUT hanya mampu untuk menganalisa bahan pelapisan isosianat-resin akrilat pada suhu minimal 75°C.
Bahan pelapisan yang diteliti mengalami proses fotooksidasi akibat oleh adanya senyawa radikal babas. Demikian pula alat ultra microindentation (UMIS 2000) dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai perubahan alat mekanik bahan pelapisan, yang mana informasi ini tidak diberikan oleh FTIR spektroskopi emisi dan chemiluminescence."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Makhfudz
"Bahan anti karat untuk mobil (undercoat) dapat dibuat dari bahm dasar bitumen aspal yang dipanaskan sampai mencair kemudian dicampur dengan bahan filler, pelarut serta bahm tambahm lain. Masalah yang dihadapi adalah pada industrl otomotif setelah proses pengeoatan biasanya dilalrukan proses pengovenan, akibat pemanasan ini pada permukaan lapisan undercoatteijadi lubang-lubang kecil atau pin hole. Pada penelitian ini dignnakan proses pengadukan meksnik tanpa pembakaran dimana bitumen aspal langsung dicampur dengan pelarut, diaduk kemudian ditambahkan filler. Sedangkan untuk mengetahui pengarub komposisi filler talc terbadap pembentukan pin hole dilakukan variasi penambahan filler talc. Pelarut yang digunahan adalah limbah pelarut dari pencucian peralatan pada industrl cat untuk menggantikan pelarut yang selama ini digunakan. Dari basil pengujian didapatkan bahwa knmposisi dengan kadar filler paling rendah (filler 140 gr dan bitumen 110 gr) memiliki ketabanan korosi yang lebih baik (pelebaran karat paling kecil pada uji kahut garam) dibandingkan dengan produk lama namun ketahanan abrasinya sedikit lebih rendah dari produk lama. Komposisi filler tidak terlihat pengarubnya terbadap pembentukan pin hole pada daerah knmposisi yang diuj~ namun pembentukan pin hole dapat diknrangi dengan pengeringan yang cukup pada lapisan sebelurn pengovenan. Sedangkan penggunaan lirnhab. pelarut tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari cat anti karat. Dari pemanfaatan limbah ini selain dapat menurunkan biaya produksi dan rneningkatkan daya asing produk juga dapat mengurangi masalah pembuangan lirnhab. pelarut dari industri cat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>