Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Djunaedi
"Outer tube merupakan salah satu komponen kendaraan roda dua, dimana pada aplikasinya memerlukan sifat mekanis yang baik dan bebas dari cacat. Proses pembuatan outer tube menggunakan pengecoran dengan metode gravity die casting. Dimana kualitas hasil pengecoran dipengaruhi oleh parameter proses pembuatannya. Pada penelitian ini temperatur cetakan Iogam dijadikan sebagai parameter penelitian.
Kecenderungan cacat yang terjadi pada outer tube antara Iain misrun, retak , shrinkage dan udara terjebak_ Dan daerah yang mengalami cacat - cacat tersebut merupakan daerah - daerah dengan kemungkinan terbesar terjadinya cacat tersebut sesuai dengan teori yang teiah ada. Design dies merupakan salah satu dari penyebab cacat - cacat tersebut.
Sedangkan sifat mekanis yang dihasilkan dari proses pengecoran ini tergantung dari kondisi - kondisi pengecoran yang dilakukan , tidak berhubuhgan dengan design cetakan outer tube."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus Wiyono
"Teknologi heat treatment merupalcan telazologi yang perlu climililri olelz seliap induslri manufalctur terutama yang menglzasilkan produlc pengecoran logam. lnduslri pengecaran Iogam yang ada di Indonesia tidak lzanya dimiliki alelz industri besar letapi banyak yang berbasis industri kecil-menengah sebagaimana terdapat di Sentra industri pengecoran logam Batur Jaya, Caper, Klaten, .lawa lengalz. Pembuatan dapur heat treatment di sentra inclustri logam tersebut diiringi dengan transfer teknoloi heat treatment kepada merelra merupakan lang/cah awal yang dapat menjadi contoh bagi sentra industri lcecil lainnya.
Perancangan dapur dimulai dengan menentukan jenis balzan bakar yang digunakan dan berar maksinnim material yang alcan diperlakukarz panas (500 Kg).Berdasarkan data dialas malfa dilakukan per/:itungan kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan material sannsai tenmeratur minimal 923 ?C dan perhitungan lcalor bdltan balrar yang dihafilkan. Bersamatm clengan ilu dilakukan perancangan dapur serta penentz/an jenis material apa yang digunakan unluk lconstruksi dapur. Selzingga dapat ditentukan jumlah kalor yang dibzitu/:kan unluk memanaskan dapur yang aklzirnya dapat ditentukan jumlah bahan bakar dan oksigen yang dibutuhkan untulfpemanasan material.
Melalui pengujian dapur kita melihat target target temperatur minimal relah dicapai yaitu diatas 923 ?C. Melihat kondisi dapur, remperalur yang tercatat pada termacouple adalah temperatur ruang dapur terutama bagian atax dapur sehingga temperatur material sebenarnya telah melebihi lemperarur yang tercatat. Pemakaian bahan balcar yang digunalran dalam 4 kali percobaan unluk material tertentu tidalcjaulz berbeda dengan data perlzitungan konsumsi material. Kelebihan pemakain bahan balrar tersebut karena balu tahan api yang tidak berg-una yang ierdapat dalam dapur. Validasi dapur melalui perlakuan panas fnormalisasy baja tuang mangan memperlihatlran terjadinva perubahan sim/dur mikro yailu penglzalusan dan penyeragaman butir dan edapan yang diikuti dengan peninglfatan nilai lcekerasan. Dengan demikian dapur yang dibuat dapar disimpulkan telah beroperasi dengan baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ahmad Fauzan
"Torch brazing adalah salah satu metode brazing berdasarkan sumber panas. Metode ini dalam proses penyambungan logam tergolong liquid-solid state thermochemical dan pada umumnya digunakan dalam penyambungan pipa. Proses brazing ini memanaskan logam pengisi hingga mencapai titik leleh tanpa melampaui titik leleh logam dasar yang akan disambung. Logam pengisi akan memberikan sambungan yang kuat pada logam dasar setelah mengalami pendinginan. Pemberian tekanan dan panjang lap joint pada proses brazing akan berpengaruh pada kualitas sambungan. Pada penelitian ini akan diketahui pengaruh tekanan dan panjang lap joint terhadap kekuatan sambungan baja BJ DD2 dan tembaga C12000. Konfigurasi yang paling optimal antara tekanan dan panjang lap joint akan diketahui dari hasil beban tarik dan jarak antar sambungan. Beban tarik dan jarak antar sambungan adalah faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sambungan brazing. Semakin besar beban tarik dan semakin kecil jarak antar sambungan akan meningkatkan kekuatan sambungan. Hasil penelitian menunjukkan tekanan memiliki pengaruh lebih besar daripada panjang lap joint terhadap logam tak sejenis menggunakan torch brazing.

Torch brazing is one method of brazing based on the heat source. This method as the process of joining metals in classified as liquid-solid state thermochemical and generally used in the joining pipe. This process heats the brazing filler metal until it reaches the melting point without exceeding the melting point of the base metals to be joined. The filler metal will give strong joining to the base metal after cooling. Giving pressure and length of lap joint in the brazing process will affect the quality of the joining. This research will investigate the effect of pressure and length of lap joint to joint strength of BJ DD2 steel and C12000 copper. The most optimal configuration between pressure and length of lap joint will be known from the result of shear load and joint clearance, which are the factors that affect joint strength of brazing. The bigger shear load and the smaller joint clearance will increase of joint strength. The result shows that the pressure have effect bigger than length of lap joint for dissimilar metal using torch brazing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elwin Aryo Mentaram
"Parameter pengelasan yang digunakan dalam proses pengelasan akan menentukan sifat mekanis sambungan las yang dihasilkan. Sifat mekanis dari hasil las terkait dengan mikrostruktur yang dihasilkan, masukan panas serta laju pendinginan pada daerah las tersebut. Artikel ini berisi tentang penelitian pengaruh besar arus pengelasan terhadap ketangguhan dan kekerasan baja karbon rendah SPHC menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan elektroda E7018-G. Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan arus yang berbeda untuk setiap sambungan, yaitu 110A, 130A dan 150A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketangguhan terbesar ada pada sampel yang dilas dengan menggunakan arus 110A. Besarnya ketangguhan pada hasil pengelasan disebabkan adanya ferit asikular yang terbentuk. Semakin besar arus, semakin besar masukan panas dan semakin lambat laju pendinginan, semakin sedikit ferit asikular yang terbentuk. Ketangguhan dan kekerasan menurun seiring dengan semakin besarnya arus pengelasan yang digunakan.

In welding, the mechanical properties that is produced inside the weldment will be different, depending on the variable that we use. The mechanical properties of a weldment is dependent on the microstructure that is produced, heat input and cooling rate of a weldment. The mechanical properties of a weldment will be determined by the welding parameter employed. Those mechanical properties depand on their microstructure, heat input and cooling rate. This article explains about the research on the effect of welding current on the toughness & hardness of low carbon SPHC steel using a Shielded Metal Arc Welding (SMAW) method. The electrode that is used is E7018-G. The welding is done by using different current for every weldment, that is 110A, 130A and 150A. The result shows that the highest toughness was found on the weldment with the welding current of 110A. As the welding current increases, the heat input increases and the cooling rate decreases, therefore reducing the formation of acicular ferrite. The toughness and hardness of the weldment decrease as the welding current increase. Based on the data, the highest toughness is on the sample with the welding current of 110A. The high toughness of the weldment is contributed by the forming of acicular ferrite. The toughness and hardness decrease with the increase in welding current. Different welding current gave an impact on toughness and hardness of the welding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Microstructure observation, chemical composition and hardness of Al-6061 alloy welding result. The microstructure observation, chemical composition and hardness of Al-6061 alloy welding result has been done. Two Al6061 alloy plates were welded by usingGTAW and the Al-4043 alloy as filler..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Rianto Suryaningrat
"Penggunaan teknologi mesin vision pada proses pengelasan telah berkembang seiring dengan kebutuhan akan hasil pengelasan yang lebih konsisten dengan proses pengambilan posisi gerak yang lebih cepat. Aplikasi mesin vision untuk melakukan proses analisa obyek dengan pengambilan citra pada benda kerja atau tanpa adanya kontak langsung pada material diharapkan mampu untuk menghasilkan proses yang mudah dan cepat, selama tidak mengurangi sifat keakurasian agar mampu untuk dilakukan pada proses pengelasan. Dengan mengaplikasikan algoritma hough transform untuk pendeteksian garis serta didukung proses pengolahan citra yang baik, maka sekumpulan garis yang berhasil terdeteksi akan dapat dipilih jalur pengelasan yang efisien. Konsep pemilihan jalur pengelasan pada penelitian yang dilakukan adalah dengan membuat kombinasi antara jarak maksimal path terjauh yang dapat ditempuh dilanjutkan dengan pemilihan jarak minimum pada pergantian point to point saat melakukan gerakan non welding. Dari hasil pemilihan jalur pengelasan tersebut kemudian dirubah ke bentuk G-code yang telah dimodifikasi. Hasil penerapan pemilihan jalur pengelasan mampu untuk dilakukan dengan akurasi tidak lebih dari 0,02 mm.

The use of machine vision technology in the welding process has been developed along with the need for more consistent and more qualified welding results. The application of machine vision to perform object an the object itself making the whole processes fast while maintaining the accuracy. In this research, Hough Transform algorithm is used to detect the welding tracks candidate. Afterward, some modifications to the hough transform is carried to enable finding the exact welding tracks. Once the welding tracks are found, welding sequences (welding path) on the welding tracks are then generated by evaluating all the tracks to produce the longest possible welding path with minimum non-welding motion. When all the welding paths are generated, they are then converted to a form of G-code like format which are ready to be sent to the controller unit. The implemented tracks and their appropriate welding path with accuracy not more than 0.02 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28812
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Edison
"Las titik adalah salah satu proses sambungan las yang banyak digunakan dalam industri otomotif. Penggunaan parameter las titik yang tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan dalam bentuk patah, retak, perubahan bentuk atau perubahan sifat mekanisnya. Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh parameter las titik terhadap sifat mekanik sambungan las baja karbon rendah, agar diketahui kombinasi variabel las yang paling tepat untuk mendapatkan hasil las yang baik.
Dalam penelitian ini, untuk tebal plat 1 mm arus yang digunakan adalah: 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA dan 10 kA, gaya elektroda 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN dan 3,6 kN dan waktu las 20 detik, 30 detik, 35 detik, 40 detik dan 45 detik. Untuk tebal plat 3 mm arus yang digunakan adalah dari 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA dan 12 kA, gaya elektroda dari 2 kN , 2,4 kN, 2,6 kN 3,2 kN dan 3,6 kN, waktu las dari 20 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik dan 57 detik. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan dengan metode Vickers, pengujian kekuatan geser sambungan dengan metode uji tarik, sedangkan pengujian metalografi dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik.
Dari hasil uji tarik memperlihatkan untuk tebal plat 1 mm, apabila arus di bawah 4 kA tidak terjadi sambungan las, jika arus di atas 6 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Untuk tebal plat 3 mm, jika arus di bawah 8 kA tidak terjadi sambungan las, tetapi jika arus di atas 10 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Demikian juga waktu las dan gaya elektroda, apabila semakin tinggi dapat menurunkan kekuatan geser sambungan las, hal ini diduga karena arus listrik, waktu las dan gaya elektroda yang tinggi dapat menimbulkan rekristalisasi dan perubahan butir yang dapat menurunkan kekuatan sambungan las logam.
Hasil uji kekerasan memperlihatkan, bahwa semakin besar arus listrik, waktu las dan gaya elektroda, maka kekerasan logam makin besar, hal ini terjadi karena jika parameter las makin besar akan mengakibatkan rekristalisasi dan perubahan fasa pada logam, kejadian ini akan mengakibatkan kenaikan kekerasan logam.
Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai ferit, perlit dan martensit. Dengan demikian dari penelitian ini didapat hasil untuk pelat tebal 1 mm kombinasi yang terbaik adalah arus 6 kA, waktu las 30 detik dan gaya elektroda 2 kN. Untuk tebal plat 3 mm arus 10 kA, waktu las 20 detik, gaya elektroda 3,6 kN.

Welding is one of joining process that commonly used in automotive industry. An inaccurate choice of welding parameters may cause damage to the welding in form of broken, crack, and mechanical properties deterioration. Research on the effect of welding spot variables on mechanical properties of low carbon steel welding join had been done.
The research was focused on determining the best combination of welding parameters to get the best welding result. The welding 1 mm plate width was performed with varying the current of 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA, and 10 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds 50 seconds. The welding of 3 mm plate width was done with varying the current of 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA, and 12 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds, 50 seconds, 57 seconds. Test of mechanical properties performed includes hardness test using Vickers method, welded movement strength test using stretching test, whereas metallurgical test was performed using optical microscope.
The stretching test result showed that, for 1 mm width plate, if the current was less than 4 kA the welding did not occur, however, if the current is greater than 6 kA the movement strength of join started decreasing. Furthermore, for 3 mm plate width, if the current less than 8 kA the welding did not also occur and if the current was greater than 10 kA the movement strength of joint was decreasing. As for welding time and electrode force, if those parameters become high the movement strength of welding joint may be also decreased. This decreasing was foreseen because those can cause recristalization of grain that that may weaken the welded strength of metal.
Hardness test result showed that the higher the current, welding time and electrode force, the harder the metal. This phenomenon occurs since the higher the welding variables can cause recristalization and change the phase of metal that heightening the hardness of metal.
Microstructure test result showed that the material contain ferrite, perlite and martensite. As a final result it can be concluded that for 1 mm plate, the best combination of variables is 6 kA of current, 2 kN of electrode force, and welding time of 30 seconds, and for 3 mm plate width is 10 kA of current, 20 seconds of welding time and 3,6 electrode force.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Agus Saiddiman
"Untuk mengetahui pengaruh arus terhadap sifat mekanis pada defosit las elektroda E7016-1 (OK 53.70) maka pada proses pengelasan dengan metode SMAW posisi down hand digunakan arus berbeda yaitu : 180 A, 200 A dan 220 A. Elektroda yang digunakan berdiameter 5 mm yang sebelum dimulai pengelasan terlebih dahulu dilakukan pemanasan awal untuk menghilangkan atau menurunkan kadar uap air (moisture) yang ada dalam elektroda tersebut dilakukan dalam sebuah kotak pemanas (heater box) selama 150 menit dengan temperatur 250 derajat celcius. Sebelum dilakukan pembuatan sampel untuk uji impak dan uji tarik, maka terhadap deposit las tersebut dilakukan pengujian radiografi terlebih dahulu untuk memastikan ada tidaknya cacat dalam deposit las tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>