Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanti Ekawati
"Korosi adalah suatu proses degradasi material yang dapat menyerang semua jenis logam dan paduannya. Serangan korosi menjadi permasalahan besar yang sangat merugikan yang dialami oleh perusahaan minyak. Pipa adalah salah satu sarana vital yang diperlukan sebagai alat transportasi minyak, sehingga apabila mengalami kebocoran akan sangat mengganggu jalannya proses produksi. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, sebaiknya dilakukan analisa kegagalannya agar dapat menghindari kejadian yang sama di waktu mendatang. Penulis melakukan pengumpulan data dan informasi, komposisi material, pengamatan visual, pemeriksaan foto makro dan mikro untuk mengetahui penyebab kerusakan/korosi yang terjadi. Dari hasil pengujian dan kemudian studi literatur maka penulis mencoba menganalisa kegagalan yang teijadi dan menyimpulkan faktor yang menyebabkan kerusakan pada pipa. Dari beberapa faktor penyebab kegagalan yang ada diperkirakan bahwa kegagalan disebabkan oleh korosi yang terjadi karena pengaruh kecepatan alir yang rendah di bawah standar yang seharusnya, sehingga air dan minyak terpisah dan terbentuk endapan, karena kadar air yang tinggi dalam pipa maka terjadi reaksi antara air dan pipa yang membentuk produk korosi pada pennukaan pipa sehingga terjadi reduksi ketebalan pipa. Selain itu ditunjang dengan adanya CO2 O2 dan H2S yang larut dalam air, dimana semakin tinggi kadar gas yang larut dalam air akan meningkatkan korosiiitas air. Reaksi dari banyaknya gas yang terlarut mambentuk produk korosi pada dasar pipa, permukaan dasar pipa tentu terlindungi sampai suatu saat tingginya gas terlarut menyebabkan pecahnya lapisan pasif pada pemukaan Iogam, sehingga permukaan logam akan terekspos langsung, korosi akan semakin cepat terjadi. Dengan mengetahui penyebab kebocoran pipa tersebut diharapkan kita dapat menghindari terjadinya kegagalan sejenis agar tidak terulang lagi di masa mendatang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Krisdamayanti
"Kebutuhan akan minyak bumi mentah semakin meningkat dalam pangsa pasar nasional maupun Internasional. Berbagai upaya terus dilakukan guna meningkatkan kualitas minyak mentah, salah satunya melalui proses pendistribusian minyak mentah. Pendistribusian yang dinilai efisien yaitu dengan menggunakan pipa bawah laut ataupun bawah tanah yang terbuat dari material baja karbon. Sehingga sangat penting bagi industri minyak berfokus pada pemeliharaan alat dan konstruksi pipa terutama bahan material baja dari potensi terkena korosi.
Salah satu upaya dalam mencegah korosi yaitu penambahan inhibitor korosi dengan konsentrasi kecil (ppm) ke dalam media pengkorosif guna mengendalikan korosi pada material logam. Inhibitor korosi dari senyawa bahan alam mempunyai banyak keunggulan yaitu ramah lingkungan, mudah didapatkan, dan mudah diproduksi.
Pada penelitian ini dilakukan seleksi inhibitor korosi terbaik dari tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol dari ekstrak daun alang-alang berdasarkan metode Weight Loss. Karakterisasi lapisan yang terbentuk pada permukaan baja karbon diamati dengan FT-IR, UV-Vis DRS, XRD dan bentuk morfologi permukaan plat baja karbon berdasarkan SEM EDS.
Keberhasilan inhibitor korosi dalam melindungi baja karbon terlihat dari persen efisiensi inhibitor yaitu 94.89% pada konsentrasi 600 ppm suhu 30oC dalam larutan pengkorosif HCl 0.5M. Adsorpsi inhibitor korosi FH secara isoterm mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir. Aplikasi inhibitor korosi FH dengan konentrasi 600 ppm pada suhu 60oC dengan waktu kontak 36 jam memberikan % efisiensi inhibitor di atas 90% pada larutan brine sintesis.

Demand for crude oil has increased in market share both national and international. There are continuous efforts to improve the quality of crude oil, one of them through the process of distribution of crude oil. The distribution is considered efficient by using underwater or underground pipelines which are made of carbon steel material. So it is very important to the oil industry focusing on equipment maintenance and pipeline construction materials, especially steel of potential for corrosion.
One effort in preventing corrosion is the addition of a corrosion inhibitor with a small concentration (ppm) to the corrosive agent media to control corrosion on metallic materials. Corrosion inhibitors from natural materials compounds have many advantages that are environmentally friendly, readily available, and easily manufactured.
In this study, corrosion inhibitor selected the best of the three fractions, there are n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction from extract of leaves reeds based of Weight Loss method. Characterization layer formed on the surface of carbon steel was observed by FT-IR, UV-Vis DRS, XRD and the morphology of the surface of carbon steel plate by SEM EDS.
The success of corrosion inhibitors to protect carbon steel look of a percent efficiency inhibitor that is 94.89% at a concentration of 600 ppm temperature 30°C in a HCl corrosive agent solution of 0.5 M. FH corrosion inhibitor adsorption isotherm is followed Langmuir adsorption isotherm. FH corrosion inhibitor application with concentration 600 ppm at temperature 60°C with a contact time of 36 hours gave % inhibitor efficiency above 90% in the brine solution synthesis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madila Awalini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Saputra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adyutatama
""Analisa kegagalan pada water injection tubing dengan ukuran 1 7/8"" dan ketebalan 0.217"" (0,551 cm) dilakukan untuk menyelidiki penyebab kegagalan pada tubing tersebut dan untuk mencari material pengganti material tubing yang gagal tersebut. Sampel material water injection tubing digunakan.pada kondisi operas! down hole dibawah packer dengan temperatur operas! dan tekanan tubing produksinya adalah 264 _F dan 2627 psig. Kegagalan pada sampel disebabkan oleh korosi uniform yang meratayang disertai dengan korosi terlokalisasi. Jenis baja yang digunakan ditentukan dengan hasil pengujian komposisi, tank dan kekerasan yang dibandingkan dengan literatur. Pengaruh kenaikan temperatur terhadap kecepatan korosi diuji dengan pengujian polarisasi. Untuk pengaruh gas CO2 dan pemilihan material pengganti dilakukan dengan pengujian polarisasi menggunakan air injeksi dan air Nad 10000 ppm yang dilakukan pada temperatur 90 _C disertai dengan blowing CO2. Produk korosi diuji dengan EDX (Energy dispersive X-ray spectroscopy) dan XRD (X-ray diffraction). Pengujian lainnya yang dilakukan adalah pengujian resist ivitas dan pengujian komposisi air injeksi. Hasil pengujian menunjukan bahwa material sampel adalah baja API 5CT N80 dengan produk korosi Fe2O3, FeS, dan FeCO3. Penyebab korosi material tersebut adalah adanya komposisi CO2 pada water injection, temperatur operasi yang tinggi (264 _F). Jenis material pengganti tersebut adalah API 5 CT L80-9Cr, API 5CT L-80. dan API 5CT J55. Kecepatan korosi material tersebut menggunakan air injeksi dengan blowing CO2 adalah API 5 CT L80-9Cr (23.095 mpy), API 5CT L-80 (25.051 mpy). dan API 5CT J55 (70,879 mpy} sehingga material API 5 CT L80-9Cr digunakan sebagai material pengganti.""
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmawaty
"ABSTRAK
Korosi adalah kerusakan material yang disebabkan oleh reaksi materi dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis sifat korosi material magnet Nd-Fe-B dalam larutan HCI, NaCl dan NaOH (korosi basah.) dan pemanasan 100°C serta dalam udara terbuka -30°C (korosi kering).Preparasi sampel dilakukan dengan proses metalurgi serbuk dengan komposisi nomieial Nd15+,Fe?_xBa x = 0; x = 1; x = 3; x = 5. Laju korosi dihitung dengan metode kehilangan berat selama proses. Laju korosi yang tertinggi diamati jika material berada dalam larutan HCI kemudian diikuti oleh NaCl dan NaOH. Hasil identifikasi dengan sinar-x dan SEMIEDX menunjukkan bahwa setelah korosi terbentuk fasa BFe3, cc-Fe serta oksida dari Nd dan Fe. Disamping itu serangan korosi yang terjadi adalah korosi batas butir.

ABSTRACT
Corrosion is a material damage which is caused by the reaction with its environment. In this research some analysis's on the corrosion behavior of magnetic material Nd-Fe-B in HCI, NaCl and NaOH solutions (wet corrosion) and heating to 100°C and in open air -30°C (dry corrosion) have been conducted. The sample preparations were done with powder metallurgy process with the nominal composition of (Nd1 xFen.xB8), x = 0; x = 1; x =3; x =5. The corrosion study was done by evaluating the rate of corrosion with loss of the mass during the reaction method. The highest corrosion rate was in HCI solution and followed by NaCl and NaOH. The phase identification by X-ray result and SEMIEDX, showed that after the corrosion there was a phase change with the formed a-Fe, BFe3 and the oxide phase out of Nd and Fe. Besides that the other corrosion that occurred was the grain boundry corrosion.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Zahra
"Korosi sering ditemukan pada pipa-pipa SPU-A lapangan Jatibarang. Salah satu cara penanggulangan masalah tersebut yaitu dengan penambahan inhibitor korosi dengan cara injeksi. Dosis inhibitor yang telah digunakan kurang efektif mengatasi masalah korosi tersebut sehingga diperlukan penambahan dosis inhibitor. Analisis masalah tersebut lebih rinci ditinjau dari air formasi yang terdapat pada lapangan tersebut. Adapun analisis yang dilakukan diantaranya analisis kupon korosi, analisis air formasi dan analisis kandungan Fe pada air formasi SPU-A.
Pada analisis kupon korosi dilakukan menggunakan inhibitor korosi Atcor 2626 PT Sasfindo. Variasi dosis yang telah diberikan ternyata dmenunjukkan hasil yaitu dosis yang efektif sebesar 1000 ppm. Hal tersebut dapat diketahui dari data laju korosi yang didapatkan paling kecil pada dosis tersebut. Sedangkan analisis air formasi dilakukan untuk mengetahui nilai SI (Solubility Indeks).
Menurut hasil yang diperoleh air formasi pada SPU-A cenderung menyebabkan korosi dibandingkan kerak. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai SI yang bertanda negatif. Analisis Fe dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan inhibitor korosi terhadap kandungan Fe pada air formasi SPU-A. Dari hasil yang diperoleh, penambahan inhibitor korosi Atcor 2626 dapat mengurangi kandungan Fe sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korosi. Hasil akhir analisis laju korosi ini ternyata penambahan inhibitor korosi Atcor 2626 masih layak digunakan dengan syarat pemeliharaan dan pemantauan kualitas air formasi dan inhibitor korosi tersebut harus dilakukan secara berkala agar kualitas produksi tetap terjaga."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
TA1368
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Ridawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Viko Bhaskarra
"Prediksi yang dilakukan pada penelitian ini yakni melibatkan simulasi CFD Computational Fluid Dynamics dengan memperhatikan fenomena transport pada bulk gas bumi dan laju korosi yang disebabkan CO2. Proses korosi terjadi pada permukaan dinding dalam pipa. Fenomena transport yang terjadi mengacu pada neraca massa, neraca energi, neraca momentum dan reaksi elektrokimia. Pipa sepanjang 8 meter dengan diameter 16 inci digunakan sebagai model simulasi dan hanya diambil seperdelapan bagian dari pipa dikarenakan silinder mempunyai simetri yang tak hingga. Reaksi elektrokimia yang terjadi melibatkan reaksi katodik dan rekasi anodik. Pada penelitian kali ini, perubahan terbesr laju korosi CO 2 yakni pada variasi konsentrasi persen mol CO2 yakni sekitar 6,09 x 10-5 mm/yr. sedangkan pada variasi suhu dan laju aliran massa sekitar 1,92 x 10-5 mm/yr dan 2 x 10-6 mm/yr. Pipa transmisi telah terpasang 2 tahun dengan tebal 11,999 mm jika laju korosi CO2 digunakan dalam perhitungan ketebalan pipa dan tidak memperhatikan external corrosion akibat air laut. K.

In this paper, new method of prediciton is presented. This method involves Computational Fluid Dynamic CFD simulation which involves transport phenomenon occurred at natural gas and corrosion rate occurred at the inner surface of tranmission natrual gas pipe. Transport phenomenons are based on several conservation law i.e conservation of mass, conservation of momentum, conservation of energy and Electrochemical reaction. Pipe with 8 meter long and 16 inches in diameter is used for the model simulation and one eighth part will be used since cylinder has inifinite symetry. Electrochemical reaction which is occurred, involves anodic reaction and cathodic reaction. At this research, effect of variation CO2 mole fraction has the most contribution to the CO2 corrosion rate. The difference between each variation is 6,09 x 10 5 mm yr. However, the effect of variation temperature and mass flow rate is about 1,92 x 10 5 mm yr and 2 x 10 6 mm yr respectively. Natural Gas pipe has been installed for 2 years. Its thickness is about 11,999 mm since it gets internal corrosion CO2 corrosion and neglecting the external corrosion caused by sea water. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>