Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Heru Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur austenisasi, waktu tahan dan volume media celup- dalam hal ini air - terhadap kekerasan dan struktur mikro sebuah produk yang bemama Liner KL-3, yang terbuat dari baja mangan austenitik tipe GX 120Mn12 (DIN), yang komposisi utamanya adalah 12-13 % Mn dan 1.10-1.30 % C. Sampel penelitian adalah balok logam baja mangan austenitik dengan ukuran kira-kira 1 x 1 x 4 cm yang diambil dari garfng .system pada pengecoran produk Liner KL-3. Variabel penelitian yang dipakai adalah temperatur austenisasi (900 °C, 950 °C dan 1000 °C), waktu tahan (30, 45 dan 60 menit) serta volume air - sebagai media kuens (1 Lt., 3 Lt., dan 5 Lt). Sifat-sifat yang diteliti setelah perlakuan panas adalah kekerasan (menggunakan metode Brinell) dan struktur mikro. Dari penelitian ternyata diperoleh hasil bahwa makin tinggi temperatur austenisasi (untuk semua kondisi waktu tahan dan volume media kuens) akan menurunkan kekerasan baja mangan austenitik. Hal ini sesuai dengan hasil foto struktur mikro, dimana makin tinggi temperatur austenisasi menyebabkan karbida yang larut makin banyak. Demikian juga dengan meningkatnya waktu tahan akan menyebabkan karbida yang larut makin banyak sehingga kekerasan baja mangan austenitik cenderung turun. Sedangkan meningkatnya volume media kuens air hanya sedikit mempengaruhi kekerasan baja mangan austenitik, seperti juga tampak dalam foto stmktur mikro dimana jumlah karbida yang larut tidak terlalu banyak berbeda untuk ketiga volume air (1, 3 dan S Lt.). Penelitian juga menunjukkan bahwa makin tinggi temperatur austenisasi maka kecenderungan terjadinya dekarburisasi permukaan makin besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Marthin Joel H.O.
"Paduan alumunium seri 6xxx merupakan paduan yang dapat diperlakukan panas sehingga kekerasannya dapat ditingkatkan melalui perlakuan panas. Sampcl paduan alumunium seri 6200: yang akan dibcrikan perlalcuan panas berasal dari satu buah tabung yang akan dipotong-potong dari tiga daerah yang berbeda yaitu atas, tengah dan bawah tabung. Tabung ini dibuat dengan menyambung dua bagian yang berasal dad proses yang berbeda yaitu deep drawing dan jbrging. Sedangkau untuk menyambungnya melalui pengelasan TIG dengan logam pengisi ER 4043 (Al-Si 5). Perlakuan panas yang dilakukan adalah perlakuan pelarutan dengan temperatur 445 °C, 470 °C dan 560 °C dengan waktu tahan '72 menit, 152 menit dan 168 menit. Setelah itu dicelup (media air), dilakukan artyicial aging (150 °C, 120 menit) dan dicelup lagi (media air). Bila semua perlalcuan panas tersebut telah dilakukan mal-ca langkah selanjumya adalah mengetahui efelmya melalui pengujian kekerasan dan struktur mikro. Secara umum dengan meningkatnya temperatur perlakuan pelamtan maka kekerasannya pun meningkat pula dan begitu juga pada peningkatan waktu tahannya. Hal ini ditunjukkau juga oleh pcrubahan struktur milcronya yaitu jumlah Mg2Si yang tidak Iarut semaldn sedikit pada temperatur dan waktu tahan yang lebih tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thara Hafiz Rayhan
"Baja S45C adalah salah satu baja karbon rendah yang banyak digunakan di bidang manufaktur dan banyak ditemukan pada poros motor dan suku cadang otomotif. Ini adalah kelas yang lazim di Asia karena harganya yang lebih murah. Sementara baja dapat diproses untuk memasukkan berbagai macam struktur mikro dan karakteristik. Struktur mikro bainit merupakan struktur mikro yang menunjukkan kombinasi kekuatan dan keuletan. Pada penelitian ini baja S45C dipanaskan sampai temperatur austenisasi 850 oC, 900 oC, dan 950 oC. menggunakan muffle furnace kemudian sampel akan ditahan pada suhu 300 oC dalam penangas garam selama 1 jam, 3 jam, dan 6 jam. Kemudian sampel tersebut akan dilakukan uji kekerasan dan uji metalografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur mikro bainitik pada baja S45C terbentuk pada temperatur austenisasi dan holding yang berbeda sedangkan nilai kekerasannya tidak memiliki perbedaan yang signifikan

Steel has an essential role in the industry. Indonesia is classified as a developing country that needs material such as steel for construction to build and provide some facilities for rural and big areas. S45C steel is one of low carbon steel that is widely used in manufacturing and is commonly found in the motor shaft and automotive parts. It is a prevalent grade in Asia due to its cheaper price. While steel can be processed to include a wide variety of microstructures and characteristics. Bainite microstructure is the microstructure that shows the combination of strength and ductility. In this Research the S45C steel is heated to austenization temperature of 850 oC, 900 oC, and 950 oC. using a muffle furnace and then the sample will be held at 300 oC in a salt bath for 1 hour, 3 hours, and 6 hours. Then the sample will be tested for hardness and metallography test. The result shows the bainitic microstructure in S45C steel has formed in different austenization and holding temperatures while there is no significant variance in hardness value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidela Lutfi Divina
"Baja 253 MA merupakan baja tahan karat austenitik dengan paduan kromium-nikel yang dipadukan dengan nitrogen dan elemen reaktif yang memiliki ketahanan terhadap oksidasi dan creep yang sangat baik. Pada penelitian ini diberikan perlakuan panas pada baja 253 MA dengan temperatur 900, 1000, dan 1200 °C lalu queching menggunakan air dan diberikan variasi waktu penahanan yang berbeda yaitu 0, 240, 420, dan 840 detik. Hasil penelitian menunjukan perubahan ukuran butir rata-rata seiring bertambahnya temperatur dan waktu tahan yang diberikan pertumbuhan ukuran butir austenit semakin besar. Pertumbuhan butir juga mempengaruhi nilai kekerasan, dimana seiring meningkatnya pertumbuhan butir maka kekerasan menurun. Selain itu didapatkan pemodelan persamaan untuk memprediksi pertumbuhan butir baja 253 MA adalah sebagai berikut:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).

253 MA steel is an austenitic stainless steel containing a chromium-nickel alloy combined with nitrogen and other reactive elements and has excellent oxidation and creep resistance. This study gave heat treatment to 253 MA steel with a temperature of about 900, 1000, and 1200 °C, then quenched using water and given different variations in holding times 0, 240, 420, dan 840 seconds. From the research results, we can see the changes in the average growth size of the austenite. The more temperature and holding time given, the bigger the grain. Grain growth also affects the hardness value, whereas, with grain growth, the hardness decreases. In addition, obtained equation modeling was to predict grain growth of 253 MA steel as follows:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nur Aziah
"Baja tahan karat 17-7 fh umumnya diproduki dalam bentuk lembaran oleh karena itu proses pengelasan yang tepat adalah [engelasan TIG (Tungstein inert gas). Baja tahan karat 17-7 PH memiliki sifat yang tidak rentan terhadap retakan pembekuan, tetapi hasil pengelasan menyebabkan penurunan nilai kekerasan. Untuk meningkatkan sifat mekanis baja tahan karat 17-7 PH hasil pengelasan dilakukan proses perlakuan panas pasca las. pengelasan yang dilakuka dalam penelitian ini menggunakan variabel arus 80 A dan 100 A. Variabel lain yang digunakan adalah kecepatan pengelasan sebesar 2,5 dan 6 mm / det. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas asca las dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan kondisi austeniasi dan transformasi martensit dengan memanaskan sampel hingga mencapai temperatur 760 C kemudian ditahan selama 90 menit, setelah itu dilakukan pendinginan di udara. Tahapan kedua disebut dengan kondisi precipitation hardening dengan pemanasan kembali sampai temperatur 565C dan ditahan selama 90 menit, kemudian dilakukan pendinginan di udara. Strukturmikro hasil pengelasan terdiri dari matrik ferit dan austenit vividnansten yang emiliki kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan yang cukup tinggi. Nilai kekerasan yang dihasilkan antara 350 sampai 450 VHN dan struktur micro terdiri dari martensit temper dan precipitation hardening. Dapat dsimpulkan bahwa proses perlakuan panas pasca las dapat meningkatkan nilai kekerasan karena terbentuknya struktur martensit dan precipitation hardening daam bentuk intermetallic compound. Pada Pengelasan dengan arus 100 A dan kecepatan pengelasan 6 mm/ det didapatkan distribusi kekerasan yang paling merata di daerah deposit las, HAS dan logam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Trimulya Nugraha
"Tool steel atau baja perkakas merupakan jenis baja yang sering digunakan pada industri terutama digunakan sebagai alat untuk pengerjaan logam lain dan cetakan dies atau mold karena baja jenis ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja jenis lainnya. Salah satu baja perkakas yang sering digunakan adalah AISI P20 yang biasa digunakan sebagai plastic mold steel. Akan tetapi, permasalahan yang sering dihadapi baja perkakas setelah diberi perlakuan panas adalah terjadinya perubahan dimensi pada saat digunakan atau crack pada saat penggunaan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya transformasi austenit sisa selama penggunaan. Maka dari itu, jumlah austenit sisa saat proses quenching diusahakan serendah mungkin. Pada penelitian ini, Proses perlakuan panas austenisasi diberikan di suhu 830oC lalu dilakukan oil quenching serta sub-zero treatment digunakan untuk mentransformasikan fasa menjadi fasa martensit sehingga dapat menekan jumlah fasa austenit dan meningkatkan umur pakai dari P20. Kemudian, dilakukan tempering untuk memperbaiki sifat mekanis dan mengontrol austenite sisa yang ada di dalamnya di mana suhu yang digunakan memiliki 5 variasi antara rentang 440 hingga 600oC agar bisa dikomparasikan. Hasil penenlitian ini menunjukkan perubahan jumlah austenit sisa dan nilai kekerasan pada baja AISI P20 di tiap temperatur tempering serta dibandingkan dengan adanya perlakuan sub-zero.

Tool steels are steel type which is often used on manufacturing industry mainly for machining or processing other metals and utilised as dies and mould. It is their mechanical properties whose strength are higher than most of other types of steel. One of tool steel which often utilised is AISI P20, it is normally utilised as plastic mould steel. However, there is a problem which this tool steel usually faces when it deploys under operational condition. The steel tends to change in dimension or undergo crack when it is on operation. This trouble is considered to be resulted from transformation of austenite when it utilises. Hence, the latter’s quantity or amount after quenching shall be diminished into minimum number. On this research, austenization heat treatment is performed at 830oC subsequently followed by oil quenching and sub-zero treatment applied for transforming austenite into martensite to decrease austenite quantity and prolong P20 steel usage. Afterwards, specimens are applied to tempering treatment to improve its mechanical properties and control the retained austenite inside, to which 5 varying tempering temperatures ranged from 440oC to 600oC for comparison are arranged. The result of this research defines change in number of retained austenite and hardness value for each tempering temperature and compared to the sub-zero treated ones."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Lapisan Barium Zirkonnium Titanate akan disintesis menggunakan metode
Chemical Solution Deposition kemudian dilanjutkan dengan proses Spin Coating.
Pada tahap pertama, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan diberikan
variasi perlakuan temperatur, yaitu 150oC, 400oC, 650oC dan 750oC. Kemudian
pada tahap kedua, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan didoping
dengan ion Alumunium sebanyak 1% dan 3% pada posisi ion Titanium.
Berdasarkan pengujian XRD, terlihat puncak intensitas Barium Zirkonium
Titanate bertambah seiring bertambah besar perlakuan panas. Pada lapisan Barium
Zirkonium Aluminum Titanate, puncak intensitas bergeser ketika doping ion
Aluminum dilakukan. Lapisan Barium Zirkonium Titanate dan Barium Zirkonium
Aluminum Titanate memiliki struktur kristal kubik perovskite.
Kata, Barium Zirkonium Titanate Film was synthesized using sol-gel method, followed
by Spin coating method. Stage 1, Barium Zirkonium Titanate film was given
various heat treatment 150oC, 400oC, 650oC, and 750oC. Stage 2, Barium
Zirkonium Titanate film was doped by Aluminum ion with the content 1% and
3% to Titanium ion site. Peak intensity was observed in XRD pattern. The
increase of intensity related with the increase of temperature. Along with the
doping of Aluminum ion in BZT, the peak shifting were observed in som XD
pattern. Barium Zirkonium Titanate and Barium Zirkonium Aluminum Titanate
film had crystal structure of Cubic perovskite.]"
[, Universitas Indonesia], 2016
S61939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>