Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rini Astuti
"Proses korosi adalah peristiwa kerusakan material karena terjadi realest antara material rersebut dengan lingkungannya. Kerugian karena korosi ini antara lain loss of production. Sehingga unruk menghindari terjadinya korosi tadi perlu adanya pencegahan terjadinya reaksi tadi. Pencegahan korosi terhadap pipa yang dipakai sebagai transporlasi hasil minyak bumi antara lain adalah dengan pelapisan cat (epoxy) pada permukaan dalam pipa. Untuk hal lersebut, pertu diteliti efektifitas penggunaan lapisan epoxy untuk merehabilitasi jaringan pipa . Dari penelitian ini diharapkan juga mengetahui pengaruh persiapan permukaan terhadap epoxy pada bagian dalam pipa dalam hal ini diwakili oleh baja karbon rendah (SA 36) serta sifat adhesifitas dan ketahanan korosinya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan permukaan dan ketebalan lapisan cat punya peranan penting dalam keberhasilan sistim cat sebagai pelindung korosi dan sifat adhesifitas yang baik. Dalam penelitian ini persiapan permukaan dilakukan dengan sand blasting SA 3.0 dan pickling dengan Hcl 30% dan 20% serta ketebalan lapisan cat sampai dengan 250 pm memberikan hasil yang baik,dimana ketahanan korosi dan adhesi lapisan cat masih memenuhi syarat sebagai lapisan pelindung yang baik. Dan untuk aplikasi jaringan pipa dengan teknik In-Situ ini, persiapan permukaan dan ketebalan lapisan cat harus lebih diperhatikan agar diperoleh umur lapisan cat yang panjang."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Prifiharni
"Korosi dapat menghambat produksi minyak dan gas serta menyebabkan kerugian untuk industri. Salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi dampak korosi adalah dengan menambahkan inhibitor pada lingkungan korosif. Inhibitor ramah lingkungan atau yang biasa disebut green inhibitor belakangan ini banyak diteliti karena dapat mencegah terjadinya korosi namun tetap ramah lingkungan dan hemat biaya. Kayu sarampa (Xylocarpus moluccensis) merupakan salah satu tanaman potensial yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian polarisasi, EIS, FTIR, flavonoid dan phenolic content, serta pengujian AFM. Hasil pengujian polarisasi menunjukkan efisiensi optimal inhibitor ekstrak kayu sarampa sebesar 68% pada temperatur 40°C dengan konsentrasi 500 ppm. Jenis inhibitor ekstrak kayu sarampa adalah tipe campuran yang telah diketahui dari nilai Ecorr. Nilai Rct yang dihasilkan dari kurva EIS Nyquist menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan meningkatnya temperatur. Dengan adanya waktu perendaman selama 60 menit dapat meningkatkan efisiensi inhibitor mencapai 80% dan nilai Rct juga meningkat. Dari hasil perhitungan dengan metode Langmuir diketahui bahwa mekanisme adsorpsi ekstrak kayu sarampa adalah fisisorpsi dan adsorpsi terjadi secara eksotermik. Hasil FTIR menunjukkan adanya gugus O-H yang dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat menghambat korosi. Setelah dilakukan uji morfologi dengan AFM, diketahui bahwa permukaan baja karbon yang direndam dengan inhibitor akan memiliki permukaan yang lebih halus.

Corrosion can hinder oil and gas production and cause industrial losses. One way to prevent and reduce the impact of corrosion is to add inhibitors to the corrosive environment. Environmentally friendly inhibitors or commonly called green inhibitors have recently been widely studied because they can prevent corrosion but are still environmentally friendly and cost effective. Sarampa wood (Xylocarpus moluccensis) is a potential plant that can be used as a corrosion inhibitor. The tests carried out in this study included testing for polarization, EIS, FTIR, flavonoids and phenolic content, as well as testing for AFM. The results of the polarization test showed that the optimal efficiency of the inhibitor of sarampa wood extract was 68% at a temperature of 40°C with a concentration of 500 ppm. The inhibitor type of sarampa wood extract is a mixed type which is known from the Ecorr value. The Rct value generated from the EIS Nyquist curve shows an increase with increasing temperature. With the immersion time for 60 minutes can increase the efficiency of the inhibitor up to 80% and the Rct value also increases. From the results of calculations using the Langmuir method, it is known that the adsorption mechanism of sarampa wood extract is physisorption and adsorption occurs exothermic. FTIR results indicate the presence of O-H groups that can act as antioxidants so that they can inhibit corrosion. From morphological tests with AFM, it is known that the surface of carbon steel soaked with inhibitor will have a smoother surface. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianto
"Korosi merupakan masalah utama dalam sistem resirkulasi air pendingin semi-tertutup saat sistem off-line dan baru dioperasikan. Dalam makalah ini, tahapan metode evaluasi chemical cleaning & pasivasi pada pengendalian masalah korosi untuk pipa baja karbon dalam sistem pendingin semi-tertutup dipelajari secara ekstensif selama pra-comissioning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citric acid dan EDTA, sebagai chemical cleaning efektif menghilangkan tubercules oksida besi dan karat yang terakumulasi selama kegiatan fabrikasi, penyimpanan, dan kontruksi. Pada tahap selanjutnya, poly- and ortho-phosphate bersama dengan zinc sebagai inhibitor korosi pasivasi membentuk lapisan film pelindung chemi-absorbed pada permukaan baja karbon. Pengaruhnya pada pipa baja karbon dipelajari melalui nilai target analisis air dan corrater monitoring. Analisa kualitas air dan corrater monitoring menunjukkan konsentrasi Iron content rata-rata 593,63 ppm yang dijaga setelah chemical cleaning dan laju korosi 2,34 mpy diperoleh setelah pasivasi. Hasil uji korosi ditampilkan menggunakaan teknik potensiodinamik. Pengarang menganalisa perbandingan tiga (3) tahapan kategori sampel, yaitu pre cleaning, chemical cleaning, dan pasivasi. Pada kurva tafel plot jelas terlihat langsung laju korosi perbedaannya. Pengurangan laju korosi disebabkan karena pembentukkan lapisan film pelindung oleh inhibitor dan stabilisasi lapisan film pelindung. Studi impedansi arus AC mendukung adanya peningkatan lapisan pada permukaan baja karbon dengan inhibitor, membentuk film pelindung. Verifikasi lebih lanjut dengan karakterisasi permukaan menggunakan spektrum SEM dan EDS pada permukaan baja karbon dengan inhibitor menunjukkan puncak spektrum elemen O, P, Zn, dan Ca, disamping puncak Fe.

Corrosion are main problems on carbon steel pipes in the recirculating semi-closed cooling water system when the system is off-line and newly operated. In this paper, chemical cleaning & passivation evaluation of sequence method on control of these problems for carbon steel pipes in the recirculating semi-closed cooling water system was extensively studied during precommissioning. The results showed that citric acid and EDTA, as chemical cleaning effectively remove iron oxide tubercles that have accumulated during fabrication, storage, and construction activities. At the same time, elevated levels of poly- and ortho-phosphate are maintained along with zinc as corrosion inhibitor to develop a chemi-absorbed passivating protective film on the carbon steel surface. The influence of these on carbon steel pipes were studied through water analysis and corrater monitoring. Water analysis and corrater monitoring showed that iron content 593.63 ppm are maintained after cleaning and corrosion rate of 2.34 mpy was obtained after passivation. The results of corrosion tests using potensiodynamic technique are presented. Authors analized in sequence different three parts of the features samples carbon steel such as pre-cleaning, chemical cleaning, and simulated passivation. These are clearly distinguished on the tafel plot of an instantaneous corrosion rate. The decrease  is caused by the formation of a protective film with the participation of the inhibitor and a subsequent stabilization of these film. AC impedance study by EIS supports the increase in surface coverage of the carbon steel surface by the inhibitor, forming a protective film. Further verification comes from the surface characterization of the inhibited metal surface by SEM and EDS spectrum revealed O, P, Zn, and Ca, beside Fe peaks. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giannisa Mashanafie
"Ekstrak syzygium cumini (ESC) dievaluasi sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan pada sampel carbon steel API 5L dalam larutan korosif HCl 1M dengan variasi komposisi 0, 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm pada temperatur 303-323 K. Efisiensi penghambatan korosi diukur menggunakan metode elektokimia potensiodinamik polarisasi dan electrochemical impedance spectroscopy. Efisiensi inhibisi meningkat seiring peningkatan konsentrasi ESC namun berbanding terbalik dengan peningkatan temperatur. Berdasarkan hasil uji elektrokimia, efisiensi inhibisi tertinggi 90% diperoleh dengan penambahan 500 ppm ESC. Residence time meningkatkan efisiensi inhibisi hingga 97% pada waktu perendaman 60 menit. ESC diklasifikasikan kedalam tipe inhibitor campuran dan mengalami mekanisme inhibisi dengan cara adsorpsi monolayer secara physisorption, dengan mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir. Hasil spektrum FTIR membuktikan bahwa ESC mengandung gugus hidroksil fenol, karbonil dan aromatik yang berguna dalam aktifitas antioksidan. Selain itu, karakterisasi AFM menunjukan tingkat kekarasan rata-rata menurun dari 48.8 nm ke 7.2 nm, kehalusan permukaan menunjukan terbentuknya lapisan film pelindung pada permukaan carbon steel.

Syzygium cumini extract (ESC) was evaluated as an environmentally friendly corrosion inhibitor on API 5L carbon steel samples in 1M HCl corrosive solution with composition variations of 0, 100, 200, 300, 400 and 500 ppm at a temperature of 303 – 323 K. Corrosion inhibition efficiency was measured using Polarization potentiodynamic electrochemical methods and electrochemical impedance spectroscopy. The inhibition efficiency increased with increasing ESC concentration but inversely with increasing temperature. Based on the results of electrochemical tests, the highest inhibition efficiency of 90% was obtained with the addition of 500 ppm ESC. Residence time increases the inhibition efficiency up to 97% at a 60 minute immersion time. ESC is classified into mixed type inhibitor and undergoes an inhibition mechanism by physisorption monolayer adsorption, obey to Langmuir adsorption isotherm model. The results of the FTIR spectrum prove that ESC contains phenolic, carbonyl and aromatic hydroxyl groups which are useful in antioxidant activity. Furthemore, the AFM characterization showed that the average roughness decreased from 48.8 nm to 7.2 nm, the surface smoothness indicated the for mation of a protective film on the carbon steel surface. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Krisdamayanti
"Kebutuhan akan minyak bumi mentah semakin meningkat dalam pangsa pasar nasional maupun Internasional. Berbagai upaya terus dilakukan guna meningkatkan kualitas minyak mentah, salah satunya melalui proses pendistribusian minyak mentah. Pendistribusian yang dinilai efisien yaitu dengan menggunakan pipa bawah laut ataupun bawah tanah yang terbuat dari material baja karbon. Sehingga sangat penting bagi industri minyak berfokus pada pemeliharaan alat dan konstruksi pipa terutama bahan material baja dari potensi terkena korosi.
Salah satu upaya dalam mencegah korosi yaitu penambahan inhibitor korosi dengan konsentrasi kecil (ppm) ke dalam media pengkorosif guna mengendalikan korosi pada material logam. Inhibitor korosi dari senyawa bahan alam mempunyai banyak keunggulan yaitu ramah lingkungan, mudah didapatkan, dan mudah diproduksi.
Pada penelitian ini dilakukan seleksi inhibitor korosi terbaik dari tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol dari ekstrak daun alang-alang berdasarkan metode Weight Loss. Karakterisasi lapisan yang terbentuk pada permukaan baja karbon diamati dengan FT-IR, UV-Vis DRS, XRD dan bentuk morfologi permukaan plat baja karbon berdasarkan SEM EDS.
Keberhasilan inhibitor korosi dalam melindungi baja karbon terlihat dari persen efisiensi inhibitor yaitu 94.89% pada konsentrasi 600 ppm suhu 30oC dalam larutan pengkorosif HCl 0.5M. Adsorpsi inhibitor korosi FH secara isoterm mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir. Aplikasi inhibitor korosi FH dengan konentrasi 600 ppm pada suhu 60oC dengan waktu kontak 36 jam memberikan % efisiensi inhibitor di atas 90% pada larutan brine sintesis.

Demand for crude oil has increased in market share both national and international. There are continuous efforts to improve the quality of crude oil, one of them through the process of distribution of crude oil. The distribution is considered efficient by using underwater or underground pipelines which are made of carbon steel material. So it is very important to the oil industry focusing on equipment maintenance and pipeline construction materials, especially steel of potential for corrosion.
One effort in preventing corrosion is the addition of a corrosion inhibitor with a small concentration (ppm) to the corrosive agent media to control corrosion on metallic materials. Corrosion inhibitors from natural materials compounds have many advantages that are environmentally friendly, readily available, and easily manufactured.
In this study, corrosion inhibitor selected the best of the three fractions, there are n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction from extract of leaves reeds based of Weight Loss method. Characterization layer formed on the surface of carbon steel was observed by FT-IR, UV-Vis DRS, XRD and the morphology of the surface of carbon steel plate by SEM EDS.
The success of corrosion inhibitors to protect carbon steel look of a percent efficiency inhibitor that is 94.89% at a concentration of 600 ppm temperature 30°C in a HCl corrosive agent solution of 0.5 M. FH corrosion inhibitor adsorption isotherm is followed Langmuir adsorption isotherm. FH corrosion inhibitor application with concentration 600 ppm at temperature 60°C with a contact time of 36 hours gave % inhibitor efficiency above 90% in the brine solution synthesis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Versal
"Kemampuan kombinasi ekstrak temulawak Curcuma Xanthorrhiza dan bawang Dayak Eleutherine Americana sebagai inhibitor ramah lingkungan untuk baja karbon API 5L X42 pada lingkungan HCl 1M diinvestigasi dengan pengujian tafel, weight loss, polarisasi, Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS , dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR . Senyawa flavonoid dan antioksidan yang berperan untuk menginhibisi korosi diinvestigasi melalui pengujian FTIR. Selain itu, lapisan yang terbentuk di permukaan logam juga dipelajari dengan menggunakan metode adsorpsi Langmuir isotherm. Campuran ekstrak temulawak dan bawang Dayak merupakan inhibitor jenis campuran, dan dominan pada katodik. Efisiensi inhibisi paling tinggi didapatkan dengan persentase 80 :20 yaitu 91,78 . Campuran ekstrak temulawak dan bawang Dayak dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor ramah lingkungan untuk baja karbon API 5L X42 pada lingkungan asam.

This study aimed to investigate the ability of combination from Curcuma Xanthorrhiza and Eleutherine Americana extract as an environment friendly inhibitor for API 5L X42 steel in 1M HCl environment. Corrosion inhibition ability of this extract was tested using weight loss, tafel polarization, electrochemical impedance spectroscopy methods, and fourier transform infrared spectroscopy. FTIR test was used to investigate flavonoid and antioxidant compound that plays an important role to inhibit corrosion. In addition, formed layer on the metal surface was also studied using Langmuir isotherm adsorption methode. It can be concluded that combination from Curcuma Xanthorrhiza and Eleutherine Americana extract could be used as an alternative and environmental friendly inhibitor for API 5L X42 steel in acidid environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Muammar
"Baja AISI 316L yang digunakan sebagai bahan dasar tabung solar water heater (SWH) termasuk kategori baja tahan karat austenitik. Baja tahan karat austenitik merupakan jenis baja tahan karat yang memiliki ketangguhan dan keuletan yang bagus disamping ketahanan terhadap korosi dan sifat mampu las yang juga bagus. Baja AISI 316 L sebelum dilakukan pengelasan telah mengalami proses deformasi dingin (cold working) sebesar 0%, 5%, dan 10 % sehingga berpengaruh terhadap ketahanan korosinya setelah dilakukan penyambungan dengan menggunakan pengelasan TIG. Logam pengisi yang digunakan adalah ER 316 L dan ER 316 Lsi. Adapun perlakuan dasar terhadap material sebelum dilas berupa solution annealing, purging dan tanpa purging serta proses passivasi dgn HNO3 pada daerah sambungannya setelah proses pengelasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi persen deformasi yang dialami material maka ketahanan korosi cenderung menurun. Hal ini dilihat dari kehilangan berat per satuan luas, dimana pada deformasi 0% sebesar 0,0529 gr/cm2 , deformasi 5% sebesar 0,0589 gr/cm2 , dan pada deformasi 10 % sebesar 0,0623 gr/cm2. Pengaruh proses solution annealing terhadap material yang terdeformasi menunjukkan kehilangan berat yang semakin kecil pada persen deformasi yang identik yakni pada deformasi 0% sebesar 0,0518 gr/cm2, deformasi 5% sebesar 0,0537 gr/cm2 dan deformasi 10% sebesar 0,0518 gr/cm2 . Sedangkan pengaruh logam pengisi ER 316LSi lebih baik ketahanan korosi-nya daripada ER 316L hal ini ditunjukkan dengan luas kurva polarisasi ER 316 LSi yang lebih kecil daripada kurva polarisasi ER 316 L. Pengaruh perlakuan proses purging dan passivasi juga mampu meningkatkan ketahanan pitting, hal ini terlihat dari kehilangan berat per satuan luas yang paling kecil, yakni sebesar 0,02448 gr/cm2.

AISI 316L stainless steel, that is used as material for Solar Water Heater (SWH) tube, was classified as austenitic stainless steel. Austenitic stainless steel is a kind of stainless steel with good weldability and corrosion resistance. Before the welding process, stainless steel AISI 316 L have experienced a cold deformation process to the amount of 0 %, 5 %, and 10 %. There are two types of filler wire used in the process. It was ER 316L and ER 316 LSi. Meanwhile, basic treatments used for material before welding were solution annealing, purging and non purging. The passivation process using HNO3 was applied as well after welding process. The result shows that increasing deformation level decreases the corrosion resistance of material. It was indicated from the increasing of weight loss per unit area. The weight looses as much as 0.0529 gr/cm2 at no deformation, 0.0589 gr/cm2 in deformation level 5 %, and 0.0623 gr/cm2 in deformation 10% respectively. Sollution annealing process yields decreasing the weight loss. It was in the amount of 0.0518 gr/cm2 at no deformation, 0.0537 gr/cm2 in deformation of 5%, and 0.0518 gr/cm2 in deformation 10%. The use of ER 316 LSi filler wire influenced the material to have a better corrosion resistance than the use of ER 316 L, it shown by the smaller area of cyclic polarization curve on ER 316LSi than ER 316L. In additional, the effect of purging and passivation process increase the pitting corrosion resistance of 316L weldments. It was indicated from the smallest weight loss per unit area of 0.02448 gr/cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidah Nadhifah
"Baja rendah karbon merupakan bahan konstruksi utama pada industri minyak dan gas. Namun, bahan ini bersifat sangat rentan terhadap korosi. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis inhibitor korosi TETA-MGS (trietilentetramin-minyak goreng sawit) dengan metode refluks selama 14 jam. Temperatur divariasikan pada 130, 140, 150, dan 160⁰C, dan kecepatan pengadukan pada 700, 1000, dan 1200 rpm. Diperoleh kondisi reaksi optimum dari titrasi penentuan angka penyabunan, yaitu pada temperatur 150⁰C, kecepatan pengadukan 1200 rpm, dan waktu reaksi 14 jam. Produk sintesis TETA-MGS A dimurnikan, sehingga didapatkan TETA-MGS B. TETA-MGS B kemudian diidentifikasi dengan KLT, dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-visibel, spektroskopi FTIR dan LC-MS. Identifikasi dengan KLT menunjukkan bahwa TETA-MGS B bersifat cukup polar seperti prekursor trietilentetraminnya. TETA-MGS B memberikan serapan maksimum pada 204 nm untuk spektrum UV-visibelnya  dan memiliki gugus-gugus kromofor yang sama dengan minyak goreng sawit dan trietilentetramin. Spektrum FTIR TETA-MGS B menunjukkan adanya tumpang tindih senyawa-senyawa TETA-MGS B. Pada LC-MS, diketahui bahwa TETA-MGS B dari sintesis pada 150⁰C, 1200 rpm, dan selama 14 jam bukan senyawa imidazolin, melainkan masih berupa intermediet amidanya. Senyawa imidazolin baru diperoleh pada temperatur sintesis 160⁰C. Pengujian efisiensi inhibisi korosi dilakukan dengan metode gravimetri dan elektrokimia menggunakan TETA-MGS A dan B dari sintesis pada 150⁰C, 1200 rpm, dan selama 14 jam. Konsentrasi divariasikan pada 0, 5, 20, 50, dan 100 ppm. Pengujian dilakukan untuk baja rendah karbon JIS G3123 grade SGD 400D pada media korosi berupa larutan NaCl 1,5% yang telah dialirkan gas CO2. Efisiensi tertinggi diperoleh pada konsentrasi 100 ppm dan nilainya 62,12 dan 93,52% untuk TETA-MGS A dan B masing-masing. Hasil SEM-EDX mendukung efisiensi tinggi TETA-MGS B. Tipe korosi yang terjadi adalah korosi pitting. Adsorpsi TETA-MGS B pada permukaan baja merupakan fisisorpsi kuat dan sesuai dengan model isoterm Langmuir.

Low carbon steel is the main construction material in the oil and gas industry. However, this material is highly susceptible to corrosion. In this research, the synthesis of the corrosion inhibitor TETA-PCO (triethylenetetramin-palm cooking oil) was carried out using the reflux method for 14 hours. The temperature was varied at 130, 140, 150 and 160⁰C, and the stirring speed at 700, 1000 and 1200 rpm. The optimum reaction conditions were obtained from saponification value determination titration, namely at a temperature of 150⁰C, a stirring speed of 1200 rpm, and a reaction time of 14 hours. The synthesis product of  TETA-PCO A was purified to obtain TETA-PCO B. TETA-PCO B was then identified by TLC, characterized by UV-visible spectrophotometry, FTIR spectroscopy and LC-MS. Identification by TLC showed that TETA-PCO B is as polar as its precursor triethylenetetramine. TETA-PCO B provides maximum absorption at 204 nm for its UV-visible spectrum and has the same chromophore groups as palm cooking oil and triethylenetetramine. The FTIR spectrum of TETA-PCO B showed an overlapping of the TETA-PCO B compounds. In LC-MS, it was found that TETA-PCO B from synthesis at 150⁰C, 1200 rpm, and for 14 hours was not an imidazoline compound, but were still its amide intermediates. Imidazoline compounds were obtained at a synthesis temperature of 160⁰C. Corrosion inhibition efficiency testing was carried out by gravimetric and electrochemical methods using TETA-PCO A and B from synthesis at 150⁰C, 1200 rpm, and for 14 hours. Concentrations were varied at 0, 5, 20, 50, and 100 ppm. The test was carried out for low carbon steel JIS G3123 grade SGD 400D in a corrosion medium in the form of 1.5% NaCl solution which had been flowed with CO2 gas. The highest efficiencies were obtained at the concentration of 100 ppm and the values were 62.12 and 93.52% for TETA-PCO A and B respectively. SEM-EDX results support the high efficiency of  TETA-PCO B. The type of corrosion that occured was pitting corrosion. The adsorption of  TETA-PCO B on the steel surface is a strong physisorption and is in accordance with the Langmuir isotherm model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Andianto
"Lapis Iindung dengan pengecatan adalah salah satu cara yang paling banyak dipakai untuk mencegah terjadinya korosi. Ketebalan lapisan dan konsentrasi dari inhibitor pada Iapisan cat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari suatu sistem pengecatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan cat dan pengaruh konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 terhadap kebzotan adlzesif dan kemhanan korosi dad lapisan cat.
Variasi ketebalan cat yang digunakan adalah 50pm, 75pm, dan 100pm dengan konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 0%, 15% dan 30%. Proses pelapisan benda uji dilakukan dengan cara disemprot dengan Spraying Gun setelah sebelumnya dilakukan persiapan permukaan dengan Sand Blasting. Ketebalan kering lapisan cat (Dry Film Thickness) diukur dengan mengunakan alat Magnetic Elcometer A5134 D U86-SZ Pengujian ketahanan korosi dilakukan dengan metode Salt Spray ASTM B 117-85 selama 504 jam, sedangkan untuk mengetahui kekuatan adhesif dari Iapisan cat dilakukan dengan metode Pull-Off Strength ASIM D 4541. Hasil pengujian diamati dengan menggunakan mikroskop optik (fota makro) dan dilakukan klasifikasi ketahanan korosi dengan menggunakan standar JIS Z2371.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan lapisan cat akan meningkatkan kekuatan adgesif dan ketahanan korosi. Sedangkan peningkatan konsentrasi inhibitor Zn3(PO4)2 akan meningkatkan ketahanan korosi meskipun terjadi penurunan nilai kekuatan adhesif dari lapisan cat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>