Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faraid Horace
"Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan bermotor di Indonesia, secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan timbal sebagai bahan baku accu untuk kendaraan bermotor tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan ejisiensi proses perolehan timbal adalah dengan mengoptimalkan proses secondary smelting timbal yang ada, misalnya melalui pemilihan komposisi bahan aditif yang tepat untuk bahan baku umpantenentu. Pada penelitian ini, bahan baku umpan yang digunakan terdiri alas campuran plat GS (60 %) dan lumpur pasta (40 %). Sedangkan bahan aditif yang diguuakan adalah geram besi (6 %}, kaka.s (6 %), dan soda. abu yang dijadikan variabel penelitian dengan jumlah 4 %, 4.5 %, 5 %, 5.5 %, dan 6 % dari bahan baku. Proses smelting di/akukan dalam rotary fumace, dengan temperatur proses 700' c dan waktu proses 5 jam. Dari analisa terhadap produk smelting (lead bullion, slag, dan debu filter), diketahui bahmlwa penambahan soda. abu sampai jum/ah tenentu akan meningkatkan perolehan yield lead bullion dan penambahan yang berlebih justru akan menunmkan yield yang diperoleh. Selain itu kadarPb dalam lead bullion dan debu akan mengalami penurunan dalam jumlah kecil dengan peuambahan soda. abu, sedangkan dalam slag, kadar Ph akan memmm sampai jumlah soda abu tertentu dan kemudian terjadi peningkatan kembali. Adopun komposisi bahan aditif yang optimal pada penelitian ini adalah pada soda. abu 6 %, karena memberikan nilai yield yang terbesar dengan kandungan unsur paduan yang relatif tinggi. Selain itu, pada kampasisi ini timbal yang terbuang ke dalam slag dan debu relatif kecil dibandingkan pada komposisi lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silahudin
"Proses secondary lead smelling merupalcan proses peleburan timbal dengan menggunakan scrap limba! sebagai bahan balmnya, proses ini menggunakan soda abu, geram besi dan kokas sebagai bahan addinf Pengaturan komposisi bahan addinf menpakan salah saru eara untuk mendapatkan hasil yang optimum dari proses peleburan timbal.
Penelitian ini bertujuan unzuk mempehyari pengaruh penambahan carburiser rerhadap perolelaan yield lead bullion, lcomposisi aldiir lead bullion, debu,sIag: dan unruk menentukan kadar carburiser yang optimum dari penelirian. Proses peleburan tirnbal dilalcukan dengan menggunakan rotary jiirnace, deng/an bahan bale: berupa pelat, pasta, lumpur dan debu filler. Carburiser _yung digunakan adalah kokas dengan jumlah 4,5 %, 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 % dari bahan baku, dengan penambahan 6 % geram besi dan 5 % soda abu dalam setiap baich-nya.
Peleburan dilalwlran pada iemperatur 700° C selama 5 jam pada seiiap batch. Data yield dyveroleh dari hasil penimbangan awal dan alrhir pada setiap batch-nya, sedangkan data komposisi akhir lead bullion, slag dan debu _filler di dapui dari hasil pengujian sampel. Penimbangan awal berupa penirnbangan bahan baku dan bahan addinfyang dimasuklran ke dalam ianur, penimbangan akhir bempa penimbangan lead bullion yang dihasilkan dari proses peleburan, sedangkan pada sampel dilakukan pengujzhn lmantitanfdan laialiratiflcomposisi ldmianya.
Penambahan kokas dalam proses peleburan rimbal alcan mempengaruhi lrornposisi akhir lead bullion, slag dan debu. Pengaruh ini ierlihat pada timbal, dengan semakin ringginya kandungan kokas alran semakin banyak rimbal yang iereduksi, sehingga alran rnenarnbah lead bullion yang lerbenruk, rnaka yield lead bullion-pun alcan meningkai. Debu jilrer sebagian besar terbentulc secara melzanis, sehingga pembeniukannya dileniukan oleh ulcuran partilcel umpan yung dimasuklran.
Penambahan kokas alcan meningkailcan kestabilan olfsida pembentuk slag sehingga pemisahan antara slag dan lead bullion alcan sernakin mudah. Kadar kokas 6 % merupalrarn lcornposisi yang optimal, karena akan memberikan nilai yield dan kandungan timbal yang relanftinggi di dalam lead bullion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husaini
"Lead smelting produces pure lead from both primary and secondary lead minerals. Two types of produced emissions are fumes and lead oxide with very small particle size while larger particles are only generated in the preparation stages such as crushing and grinding. Gas emission from lead smelting with high lead content endanger environment. Plants, animals, and human health may be affected due to their toxic properties. It is necessary to control the lead emission from lead smelting operation by both setting ambient air quality standard which is designed to limit the emission and using high efficiency particulate control devices such as fabric filters and electrostatic precipitator"
[Place of publication not identified]: Indonesian Mining Journal, 1996
IMJ 2:3 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sutrisno
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okie Djoko Kurniantoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Munthohar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evi Naria
"Sungai Cipinang adalah salah satu sungai di Jakarta yang dimanfaatkan sebagai penampung limbah dari berbagai jenis industri dan rumah tangga, sehingga pada sungai Cipinang terdeteksi adanya logam berat timbal. Sungai ini diperuntukkan bagi keperluan pertanian dan usaha perkotaan. Air sungai Cipinang telah dimanfaatkan secara langsung sebagai penyiram tanaman sayuran di bantaran sungai. Tanaman tidak memerlukan timbal, tetapi dapat mengabsorbsinya dan terakumulasi dalam jaringan tanaman sehingga akan terbawa saat panen dan selanjutnya akan dikonsumsi manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyiraman air tanah dan air sungai terhadap kandungan timbal dalam tanaman sayuran, dan keamanan sayuran untuk dikonsumsi. Rancangan penelitian adalah Eksperimental Sederhana dalam bentuk faktaria1 2 x 3, yaitu 2 jenis air penyiraman (air tanah dan air sungai) dan 3 jenis tanaman sayuran yaitu selada (Lactuca sativa), bayam (Amaranthus hybridus), kangkung (Ipomoea reptairs Pair). Pengukuran kandungan timbal dilakukan pada awal tanam, 14 hari setelah tanam, dan 26 hari setelah tanam terhadap air penyiraman, tanah penanaman, dan tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung.
Hasil pengukuran kandungan timbal air penyiraman pada awal tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,118 ppm (air sungai). Kandungan timbal pada 14 hari setelah tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,059 ppm (air sungai). Kandungan timbal pada 26 hari setelah tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,013 ppm (air sungai).
Hasil pengukuran kandungan timbal tanah penanaman pada awal tanam adalah sama untuk keseluruhan yaitu 0,116 ppm. Kandungan timbal tanah untuk penyiraman air tanah pada 14 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,148 ppm, dan 26 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,060 ppm Kandungan timbal tanah untuk penyiraman air sungai pada 14 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,160 ppm, dan 26 hari setelah tanam rata-rata adalah 0.083 ppm.
Hasil pengukuran rata-rata kaudungan timbal tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung pada 14 hari setelah tanam untuk penyiraman air tanah adalah 1,52 ppm (selada), 1,15 ppm (bayam), 1,13 ppm (kangkung). Rata-rata untuk penyiraman air sungai adalah 1,42 ppm (selada), 0,99 ppm (bayam), 0,69 ppm (kangkung). Rata-rata kandungan timbal tanaman pada 26 hari setelah tanam untuk penyiraman air tanah adalah 2,45 ppm (selada), 1,71 ppm (bayam), 1,56 ppm (kangkung). Rata-rata untuk penyiraman air sungai adalah 2,72 ppm (selada), 1,98 ppm (bayam),1,80 ppm (kangkung).
Uji Anova kandungan timbal pada tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung seperti berikut. Pada 14 hari setelah tanam, untuk penyiraman air tanah tidak terdapat perbedaan (p>0,05), untuk penyiraman air sungai terdapat perbedaan (p<0,05). Pada 26 hari setelah tanam, untuk penyiraman air tanah maupun untuk penyiraman air sungai, terdapat perbedaan (p<0,05). Tanaman sayuran yang berbeda kandungan timbalnya adalah selada dengan bayam, dan selada dengan kangkung. Sedangkan bayam dengan kangkung tidak saling berbeda.
Perbandingan kandungan timbal pada masing-masing jenis tanaman sayuran untuk penyiraman air tanah dan penyiraman air sungai dilihat dengan menggunakan uji t. Hasil uji t secara keselumhan untuk masing-masing jenis sayuran tidak berbeda nyata (p>0,05).
Tanaman sayuran dapat menyerap timbal dan terakumulasi dalam jaringan tanaman. Disarankan untuk mempertimbangkan jenis tanaman yang diusahakan di bantaran sungai. Diperlukan juga penelitian tentang penyerapan timbal oleh tanaman yang berasal dari air penyiraman, tanah, dan udara sekaligus, untuk mengetahui kondisi lingkungan yang cocok agar tanaman sayuran tidak terkontaminasi timbal secara berlebihan.

The Effect of Watering of Cipinang River Water and Ground Water on Lead Content in Several Vegetable CropsCipinang is one of the rivers in Jakarta and used for industrial and domestic wastes dumping, so some metals are detected in this river. Water of the Cipinang river is directly used for watering vegetable crops on its flood plain. Although lead is not an essential to the crops, this metal can be absorbed and accumulated in their tissues which is finally are consumed by human.
Of this research is to understand effect of watering by Cipinang river water and ground water on lead content in vegetable crops and to elicidate whether or not the crops are safe to consume. The Research design is true experimental on factorial of type 2 x 3. namely 2 types of waters (ground water and Cipinang river water) and 3 types of vegetable crops (lettuce ;Lactuca saliva, spinach ; Amaranthus hybridus. `kangkung'Ipomoea reptans Poir). Lead content analysis is conducted at the beginning of planting, 14 days after planting, and 26 days after planting, in ground water, Cipinang water, soil, lettuce, spinach, and `kangkung', respectively.
The analyses showed that lead content in water at the beginning of planting are 0.011 ppm (ground water = g w) and 0.118 ppm (Cipinang water = C w), while lead content at 14 days after planting are 0.011 ppm (g w) and 0.059 ppm (C w), whereas 26 days after planting are 0.011 ppm (g w) and 0.013 ppm (C w).
In the mean time lead content in soil at the beginning of planting is 0.116 ppm, while lead content in soil after treatment with ground water at 14 days after planting is 0.148 ppm and at 26 days after planting is 0.060 ppm, respectively lead content in soil after treatment with Cipinang river water at 14 days after planting is 0.160 ppm and at 26 days after planting is 0.083 ppm.
The result shows that the average lead content for lettuce, spinach, and `kangkung' at 14 days after planting for ground water watering are 1.52 ppm (letttuce), 1.15 ppm (spinach), and 1.13 ppm (`kangkung').The average lead content for Cipinang water watering are 1.42 ppm (lettuce), 0.99 ppm (spinach), and 0.69 ppm ('kangkung'). Lead content on 26 days after planting for ground water watering are 2.45 ppm (letttuce), 1.71 ppm (spinach), and 1.56 ppm (`kangkung'), for Cipinang water watering are 2.72 ppm (lettuce), L98 ppm (spinach), and 1.80 ppm ('kangkung').
One way Anova test of lead content in lettuce, spinach, and `kangkung' at 14 days after planting for ground water watering is not significant (p>0.05), while for Cipinang water is significant (p<0.05). Further, one way Anova test of lead content at 26 days after planting for both Cipinang water watering and ground water watering is significant (p<0.05). The significance of lead content is between lettuce and spinach and between lettuce and `kangkung', whereas between spinach and `kangkung' is not significant.
Lead content of each vegetable crops between ground water and Cipinang water watering are compared by t test. The tests showed that the lead content in vegetable crops is not significant (p>0.05).
As vegetable crops can absorb and accumulate lead in their tissues, we suggest to plant appropriate vegetable crops on flood plain of the river. Research on the lead absorbtion from watering, soil, and air by vegetable crops is needed further to explore the optimal condition by which the crops will not be contaminated by lead excessively.
References : 39 (1965 - 1998).
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzaki Omar Bunedi
"Penelitian tentang pengaruh penambahan cover flux berbahan utama garam lokal terhadap porositas dan sifat mekanik pada peleburan paduan aluminium AC3A telah terlaksana dengan baik. Pada penelitian ini pembuatan fluks dengan memanfaatkan garam yang berasal dari dalam negeri dengan bahan – bahan pendukung lainnya yaitu natrium sulfat, natrium nitrat, dan natrium silikofluorida. Tahapan pembuatan cover flux meliputi pengayakan, pencampuran, pemanasan, pengeringan, dan pengayakan kedua. Karakterisasi SEM, EDS, DSC, Pengujian Berat Jenis, dan XRD dilakukan pada sampel cover flux yang sudah dibuat menunjukan proses dan produk yang dihasilkan menunjukan reaksi yang efektif dan dapat diaplikasikan pada peleburan aluminium. Kemudian sampel cover flux yang sudah dibuat ditambahkan dalam peleburan aluminium AC3A, setelah itu dilakukan karakterisasi hasil peleburannya. Karakterisasi OES menunjukan tipe aluminium yang digunakan untuk penelitian adalah Aluminium AC3A. Setelah itu dilakukan pengujian fluiditas dengan mesin PoDFA yang menunjukan bahwa fluiditas aluminium cair setelah ditambahkan cover flux menunjukan hasil yang lebih baik. Pengujian porositas dilakukan dengan OSTEK Porosity Tester menunjukan setelah penambahan persentase porositas pada hasil peleburan menurun. Pengujian tarik dan impak yang dilakukan menunjukan produk peleburan aluminium setelah ditambahkan cover flux memiliki sifat mekanik yang lebih baik dibanding yang tidak ditambahkan.

Research on the effect of adding a cover flux made from local salt to the porosity and mechanical properties of the AC3A aluminum alloy smelting has been carried out well. In this study, flux was made by utilizing domestically sourced salt with other supporting materials, such as sodium sulfate, sodium nitrate, and sodium silicon fluoride. The stages of making cover flux include sieving, mixing, heating, drying, and second sieving. Characterization of SEM, EDS, DSC, Specific Gravity Testing, and XRD were carried out on the cover flux samples that had been made, showing the processes and products that produced an effective reaction and could be applied to aluminum casting. Then the cover flux sample that has been added to the AC3A aluminum casting, after that characterization of the smelting results is carried out. OES characterization shows the type of aluminum used for research is Aluminum AC3A. After that, testing the fluidity with the PoDFA machine, it shows that the fluidity of aluminum after adding cover flux shows better results. Porosity testing was carried out with the OSTEK Porosity Tester, which showed a decrease of porosity percentage in the AC3A casting results. Tensile and impact tests showed that the aluminum product after the addition of cover flux had better mechanical properties than those that were not added."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>