Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rian Ashari
"Limbah cair dengan kandungan utama nikel berasal dari banyak aktitilas industri, terutama operasi plating. Limbah cair ini memiliki kandungan nikel yang tinggi sehingga lidak dapal langsung dibuang ke lingkungan. Limbah cair ini perlu diolah (waxed) lsflebih dahulu agar sebagian besar nikel yang, terlann di dalamnya dapat dipisahkan Hasil olahan Iimbah ini mengandung nike! dengan kadar yang zinggi. Perolehan kembali logam berharga dari olahan limbah memberil-:an keuntungan ganda berupa: I) penurunan konsentrasi logam dalam limbah cair untuk memenuhi standar yang direrapkan pemerimah, dan 2) memperoieh keuntungan ekonomis dari pemakaian kembali atau harga jual Iogam yang diperoleh.
Pengolahan Iimbah cair dengan kandungan utarna nike! umumnya dilakukan dengan pengendapan nikel hidroksida. Penambahan suatu larutan alkali hidroksida kepada limbah cair ini akan mengendapkan nike] terlarul sebagai nikel hidroksida. Dengan pengendapan ini, nikel dapat dipisahkan dari limbah cair. Perolehan kembali (recovery) logam dari Iimbah cair dilakukan terhadap logam yang relatif berharga seperti tembagzg perak, dan nikel, Perolehan kembali logam berharga ini dapal dilakukan dengan metode elektrolitik. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antoinette, Mikaela
"Kandungan logam toksik Cr(VI) dapat diolah dengan lahan basah buatan dengan Typha latifolia. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan sistem aliran horizontal bawah permukaan skala pilot plant selama 20 hari dengan K2Cr2O7 dan tropical red clay sebagai sumber Cr(VI) dan TSS. Debit diatur 3,5 mL/s dengan waktu tinggal hidrolik 10 jam. Rata-rata efisiensi penyisihan Cr(VI) dan TSS secara berturut-turut adalah 83,38% (maksimum 94,40%) dan 85,51% (maksimum 91,46%). Distribusi akumulasi logam pada bagian tanaman Typha latifolia dilihat pada akar, bagian batang, daun tengah, dan daun pucuk dengan nilai 46,32; 22,43, 13,77; dan 27,38 (mg/kg) dengan pertambahan Cr(VI) pada akar sebesar 132,29%.

High concentration of toxic metal Cr(VI) can be reduced by utilizing constructed wetlands using Typha latifolia. This research was carried experimentally using pilot plant of horizontal subsurface flow in 20 days with K2Cr2O7 and tropical red clay as the sources of Cr(VI) and TSS. The flowrate is 3,5 mL/s with hydraulic retention time 10 hours. Average reduction of Cr(VI) and TSS are 83,38% (maximum 94,40%) and 85,51% (maximum 91,46%). Metal distribution in Typha latifolia can be seen in roots, stems, lower leaves, and top leaves with concentration for each area is 46,32; 22,43, 13,77; and 27,38 (mg/kg) with 132,29% Cr(VI) increase in roots"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofyan Nugraha Prasetya
"Pomalaa merupakan salah satu kecamatan penghasil nikel laterit terbesar di Indonesia. Nikel laterit merupakan produk hasil pelapukan batuan ultramafinyang mengalami proses pelindian dan pengkayaan mineral pada zona saprolit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi persebaran nikel laterit dengan mengkorelasikan data resistivitas, data bor dan data geokimia. Metode yang digunakan merupakan metode resistivitas 1D yang memanfaatkan injeksi arus DC melalui elektroda yang disusun secara linear dengan konfigurasi Wenner. Berdasarkan hasil interpretasi, lintasan 9 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m-18 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 18 ?m – 94.5 ?m dengan ketebalan 0.69 - 8.1 meter dan zona bedrock dengan resistivity 21 ?m – 146.8 ?m. Zona saprolit pada lintasan 9 memiliki kadar rata-rata sebesar 1.2% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5549 dengan kadar 2.3%. Lintasan 10 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m - 32.2 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 19.1 ?m - 41.2 ?m dengan ketebalan 1.77-11.14 meter, dan zona bedrock dengan resistivity 31 ?m-85.3 ?m. Lintasan 10 memiliki kadar rata-rata sebesar 0.84% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5641 dengan kadar 1.38% dan Bor PML 5029 dengan kadar 1.35%.

Pomalaa is one of the largest laterite nickel-producing districts in Indonesia. Laterite nickel is a product of the weathering of ultramafic rocks that undergo the leaching and enrichment of minerals in the saprolite zone. This study aims to detect the distribution of laterite nickel by correlating resistivity, boreholes, and geochemical data. The method used is the 1D resistivity method, which utilizes DC injection through electrodes arranged linearly in a Wenner configuration. Based on the interpretation results, track 9 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m –18 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 18 ?m – 94.5 ?m with a thickness of 0.69 – 8.1 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 21 ?m – 146.8 ?m. The saprolite zone on line 9 has an average rate of 1.1%, with the highest rate found in Bor PML 5549, with a rate of 2.3%. Line 10 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m – 32.2 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 19.1 ?m – 41.2 ?m with a thickness of 1.77 – 11.14 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 31 ?m – 85.3 ?m. Line 10 has an average rate of 0.84%, with the highest rates found in Bor PML 5641, with a rate of 1.38%, and Bor PML 5029, with a rate of 1.35%."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiani Eka Anjarwati
"Penelitian menggunakan metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas di Pulau Maniang, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengidentifikasi lingkungan laterisasi nikel laterit dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Terdapat lima lintasan pengukuran dengan arah lintasan Barat Laut - Tenggara dan panjang lintasan 235 meter. Lingkungan laterisasi nikel laterit di Pulau Maniang terbagi menjadi 3, yaitu batuan penutup, lapisan limonit, dan lapisan saprolit dengan nilai tahanan jenis berturut-turut sebesar > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, dan > 200 Ohm.m. Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit di Pulau Maniang adalah topografi dan vegetasi. Persebaran endapan nikel laterit di Pulau Maniang berarah ke timur.

Study is carried out using resistivity and induced polarization method in Maniang Island, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi to identify the laterization environment for nickel laterite by performing the Wenner-Schlumberger configuration. Five lines, trending Northwest - Southeast, are obtained on the length of 235 meters each. The laterization environment for nickel laterite on Maniang Island is divided into 3 layers: caprock, limonite and saprolite layers with chronological values of  > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, and > 200 Ohm.m. Topography and vegetation make up the factors influencing the formation of nickel laterite deposits in Maniang Island. The distribution of nickel laterite deposits on Maniang Island is trending eastward."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelita Mu`minatus Sholihah
"Adanya perbedaan tekanan dan tumbukan yang terjadi pada proses granulasi dalam pengolahan nikel membuat ukuran produk yang dihasilkan masuk ke dalam kategori undersize product. Undersize product selama ini di alirkan ke kolam penampungan sementara yang disebut dengan matte settling pond dan menimbulkan permasalahan seperti penyumbatan saluran drainase karena ukurannya yang sangat kecil. Penelitian ini berfokus kepada penanganan undersize granulasi menggunakan magnetic separator. Prototipe magnetic separator yang diusulkan dilakukan pengoptimasian alat berupa penipisan selimut magnetic drum, penggunaan arus listrik DC dan pembuatan sistem talang yang terarah. Dengan variabel kekuatan magnet yakni 660 Gauss, 527 Gauss, dan 396 Gauss dan hubungannya dengan %recovery nikel matte sebagai variable utama yang diperhitungkan. Sampel yang digunakan berasal dari matte settling pond yang dikeringkan untuk memudahkan perhitungan %recovery melalui berat kering. Kekuatan magnet berbanding lurus dengan hasil %recovery, maka semakin tinggi kekuatan magnet maka semakin tinggi pula %recovery yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah kekuatan magnet 660 gauss yang menghasilkan %recovery hingga 29%, meningkat sebesar 10x lipat dibandingkan dengan hasil sebelum optimasi.

ABSTRACT
The difference pressure and collision that occurs in granulation process in nickel processing makes the size of a result product categorized as an undersized granulation product. Undersized product have been distributed to a temporary storage ponds called matte settling pond. Undersize product has been causing problems such as a blockage of drainage channels due to their very small size. This research focused on handling undersize granulation product using magnetic separator. The proposed magnetic separator prototype is carried out by optimizing the form of prototype such as thinning of the magnetic drum blanket, the use of a DC electric current and the creation of a directional chute system with the magnetic strength variable of 660 Gauss, 527 Gauss, and 396 Gauss and their relationship with the %recovery they produced. This research used dried matte sample to facilitate the accurate calculation of %recovery through dry weight. The magnetic strength is directly proportional to the result of %recovery, the higher the magnetic strength, the higher the %recovery produced. The results obtained from this study are the strength of 660 gauss magnets which produces in %recovery of up to 29%, increased up to 10x compared to the results before optimization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Basuki
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S39580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Arif Hidayat
"Pada proses pengolahan nikel khususnya ferronickel, selain menghasilkan logam yang merupakan paduan ferronickel, juga dihasilkan terak ferronickel. Dan jika dipelajari kembali, ternyata didalam timbunan terak ferronickel ini masih banyak mengandung logam berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi komposisi aditif kalsium oksida dan pengaruh temperatur roasting terhadap peningkatan kadar logam berharga yang dapat diekstraksi dari terak ferronickel tersebut. Terak ferronickel dan aditif kalsium oksida dicampurkan menggunakan ball mill selama 5 menit dengan variasi komposisi yang berbeda yaitu sebanyak 80:20; 40:60; dan 60:40 sebanyak 10 gram. Kemudian sampel tersebut dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hidraulik. Lalu sampel diroasting menggunakan tube furnace pada temperatur 900oC dan 1100oC dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan sebesar 10oC/min. Setelah sampel diroasting, dilakukan pengujian SEM-EDS, ICP OES dan XRD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses roasting pada terak ferronickel yang dicampurkan dengan aditif kalsium oksida ini berlangsung lebih optimal pada temperatur roasting 1100oC dibandingkan pada temperatur 900oC. Kemudian, hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sampel dengan komposisi 80:20 adalah sampel yang lebih optimal dalam peningkatan kadar logam berharga yang diperoleh dibandingkan sampel dengan komposisi 40:60 dan 60:40. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sampel dengan komposisi 80:20 dan temperatur roasting 1100oC adalah variabel temperatur roasting dan variabel komposisi yang paling optimal untuk memperoleh peningkatan logam berharga pada terak ferronickel.

In nickel processing, especially ferronickel, besides producing metal which is a ferronickel alloy, ferronickel slag is also produced. And it turns out that in this pile of ferronickel slag still contains a lot of precious metals. The purpose of this study was to determine the effect of adding variations in the composition of calcium oxide additives and the effect of roasting temperature on increasing levels of precious metals that can be extracted from the ferronickel slag. Ferronickel slag and calcium oxide additives were mixed using a ball mill for 5 minutes with a different composition variation of 80:20; 40:60; and 60:40 as many as 10 grams. Then the sample is compacted using a hydraulic compacting machine. Then the sample is roasted using a tube furnace at 900 oC and 1100 oC with a holding time for 1 hour and heating rate of 10 oC/min. After that, SEM-EDS, ICP OES and XRD tests are performed. The results of this study indicate that the roasting process in ferronickel slag mixed with calcium oxide additives takes place more optimally at a roasting temperature of 1100 oC compared to 900 oC. Then, another result obtained from this study is that the sample with a composition of 80:20 is more optimal in increasing levels of precious metals obtained compared to samples with compositions of 40:60 and 60:40. So it can be concluded that the sample with a composition of 80:20 and roasting temperature of 1100 oC is the most optimal roasting temperature variable and composition variable to obtain an increase precious metals in ferronickel slag.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eristra Nungsatria Tresna Ernawan
"Produksi limbah ferronikel berupa terak nikel di Indonesia mencapai 13 juta ton metrik per tahun. Terak nikel ini belum sepenuhnya diolah dengan baik. Berbagai penelitian telah menyatakan potensi yang dimiliki terak nikel sebagai agregat halus dalam beton. Performa terak nikel sebagai agregat halus beton tercatat cukup baik berdasarkan uji kekuatan berbagai penelitian. Skripsi ini membahas properti mekanik beton dengan substitusi agregat halus terak nikel 0%, 50%, dan 100% dengan agregat halus kontrol pasir manufaktur (M-sand). Penelitian ini akan menganalisis workabilitas, kuat tekan, homogenitas menggunakan UPV, serta karakteristik deformasi dan regangan, berupa kekakuan, modulus elastisitas, dan Poisson’s ratio menggunakan digital image correlation (DIC) analysis dan strain gauge. Hasil analisis beton dengan terak nikel secara garis besar memiliki properti mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan beton tanpa terak nikel. Beton dengan substitusi terak nikel menunjukkan hasil workabilitas lebih baik, kuat tekan, kecepatan gelombang UPV, dan kekakuan yang lebih besar, serta nilai Poisson’s ratio yang lebih rendah dibandingkan beton tanpa substitusi terak nikel. Sedangkan modulus elastisitas dalam penelitian ini masih belum setara dengan perhitungan teoritis. Performa terak nikel sebagai agregat halus beton dalam penelitian ini mengonfirmasi penelitian terdahulu, di mana terak nikel memiliki potensi dan dapat memenuhi potensi tersebut sebagai alternatif agregat halus beton pengganti pasir alami.

Ferronickel waste production in the form of nickel slag in Indonesia carry out up to 13 milion metric ton a year. These nickel slags are not yet treated with good measure. A couple of research stated the potential of nickel slag to be used as concrete’s fine aggregate. Nickel slag’s performance as fine aggregate recorded to be as good as common fine aggregate based on previous research. This report will discuss the mechanical properties concrete with nickel slag fine aggregate 0%, 50%, and 10% substitute with manufactured sand (M-sand) as fine aggregate control. This research will analyse workability, compressive strength, homogenity using UPV, as well as deformation and strain characteristic, such as stiffness, modulus of elasticity, and Poisson’s ratio using digital image correlation analysis and strain gauge. The analysis outcome of concrete using nickel slag has better mechanical properties compared to concrete without nickel slag. Concrete with nickel slag substitute shows better workability, higher compressive strength, pulse velocity, and stiffness, as well as a lower value of Poisson’s ratio compared to concrete without nickel slag. Whilst the result of modulus of elasticity in this research have not reach it’s theoritical value. Nickel slag’s performance as concete’s fine aggregate in this research confirm preceding research, where nickel slag has potentials and can fulfill those potentials to becomen concrete fine aggregate alternative as opposed to natural sand."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Anna Tul Munikhah
"Tesis ini membahas mengenai ketahanan rantai pasok pada industri Nikel di Indonesia. Permasalahan yang terjadi pada rantai pasok industri nikel Indonesia adalah adanya undang-undang mengenai pelarangan ekspor bijih nikel dan kebijakan mengenai hilirisasi industri yang menyebabkan terhambatnya proses produksi olahan nikel. Hal ini disebabkan karena industri pertambangan Indonesia masih belum mampu melakukan hilirisasi. Selain itu bencana alam yang kemungkinan akan terjadi di industri pertambangan juga menghambat proses produksi karna beberapa usaha pertambangan menghentikan produksi sehingga kapasitas produksi nikel menurun drastis. Ketika diberlakukannya pelarangan ekspor bijih nikel, maka jumlah permintaan merosot tajam yang menyebabkan harga nikel acuan turun sehingga berdampak pada terhambatnya proses produksi nikel di Indonesia. Emisi karbon yang dihasilkan dari proses pertambangan dan pengolahan nikel juga dapat merusak lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Rantai pasok dihadapkan pada peristiwa yang dinamis dan kompleks sehingga dapat mengganggu aktivitas operasional. Rantai pasok perlu menahan gangguan dan pulih dari gangguan dengan cepat. Oleh karena itu dibutuhkan Supply Chain Resilience yang merupakan kemampuan bertahan, beradaptasi, dan pulih dari gangguan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Sistem dinamis digunakan pada penelitian ini karena mampu menganalisis sistem yang kompleks dan dinamis sehingga dapat memberikan saran kebijakan yang lebih efektif.

This thesis discusses supply chain resilience in the nickel industry in Indonesia. Problems that occur in the supply chain for the Indonesian nickel industry are the existence of laws regarding the export ban on nickel ore and policies regarding industrial downstream which hamper the process of nickel refined production. This is because the Indonesian mining industry is still unable to carry out downstream activities. Apart from that, natural disasters that are likely to occur in the mining industry also hamper the production process because several mining businesses have stopped production so that nickel production capacity has drastically decreased. When the export ban on nickel ore was imposed, the demand for nickel fell sharply which caused the reference nickel price to fall, which resulted in the obstruction of the nickel production process in Indonesia. Carbon emissions resulting from mining and nickel processing can also damage the environment if not handled properly. The supply chain is faced with dynamic and complex events that can disrupt operational activities. The supply chain needs to withstand disruption and recover from a disruption quickly. Therefore, Supply Chain Resilience is needed, which is the ability to survive, adapt, and recover from disruption so that it can meet customer needs. Dynamic systems are used in this study because they can analyze complex and dynamic systems so that they can provide more effective policy advice."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>