Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Setyo Handoko
"ABSTRAK
Secara geografis Indonesia memiliki lautan yang luas, kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan yang besar pula. Di sisi lain sebagai negara industri yang sedang berkembang Indonesia banyak menggunakan material yang terbuat dari Iogam untuk membangun infrastruktur dan sarana industri lainnya.
Masalah besar yang dihadapi oleh semua industri yang memanfaatkan logam berkaitan dengan kondisi gografis Indonesia adalah korosi.
Setiap tahun Pertamina harus membuang ratusan bahkan ribuan ton sludge (limbah dari manufaktur minyak bumi) dengan biaya pembuangan 75 US S tiap ton. Berdasarkan penelitian yang ada ternyata bahwa pelapis organik berbasis bitumen (aspal) memiliki karakteristik anti korosi yang cukup baik. Hal ini menimbuikan pemikiran untuk memanfaatkan sludge, yang masih merupakan turunan dari aspal dan memiliki komposisi yang nyaris sama, sebagai pelapis organik anti korosi.
Pelapis organik anti korosi pada penelitian ini terdiri dari sludge sebagai base materiel, resin, talk, aspal dan lilin, serta toluena sebagai pelarut. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh perubahan kadar sludge dan resin ( konslituen lain dibuat tetap ) terhadap karakteristik pelapis anti korosi tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji celup garam, uji pin holes dan uji adhesi. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa hubungan antara sludge dengan resin terhadap ketahanan korosi dan pelepuhan adalah berdasarkan perbandingan komposisi, terdapat suatu range tertentu yang mana bila perbandingan sludge - resin terlalu besar ataupun terlalu kecil maka ketahanan korosi maupun pelepuhan akan kurang baik. Sampel dengan ketahanan korosi terbaik adalah C2, C4, C12 dan C18. Range optimum perbandingan sludge - resin adalah dari 1,5 sampai 2,5.
Di sisi Iain tidak adanya curing agent membuat peran resin epoksi tidak optimal sehingga sifat adhesi menjadi kurang baik. Secara umum kadar sludge - resin tidak berpengaruh terhadap pembentukan pin holes. Penelitian ini paling tidak memberi kan harapan dalam pemanfaatan sludge sebagai pelapis anti korosi."
2000
S41563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
"Proses korosi adalah peristiwa berkurangnya mutu material akibat
reaaksi kimia/elektro kimia dengan lingkungan yang terjadi secara alamiah.
Khusus di bidang industri otomotif proses korosi merupakan hal yang sering
menjadi masalah utama. Oleh karena itu perlu dilainkan perlindungan/proteksi
untuk menjaga mutu material.
Pelapisan (coating) merupakan salah satu cara untuk perlindungan korosi
yang dapat mencegah terjadinya kontak logam yang dilindungi dengan
lingkungan. Bahan pelapis tersebut dapat dibuat dengan proses yang sederhana
dengan memanfaatkan sludge.
Sludge merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan dari industri
minyak bumi yang tidak dapat dibuang begitu saga ke alam bebas karena dapat
mencemari lingkungan. Komposisi utama dari sludge selain mengandung
pasir/lumpur dan air juga mengandung hidrokarbon (HC). Secara fisik berwarna
gelap agak lengket (memiliki daya lekat hampir menyerupai aspal/bitumen.
Salah satu cara pemanfaatan sludge adalah untuk bahan pelapis organik
untuk perlindungan korosi. Dengan cara mengatur komposisi sludge, talk, dan
resin sebagai pengikat (binder) serta zat aditif lainnya dalam zat pelarut dapat
dihasilkan zat anti karat dengan karateristik yang optimum.
Dari hasil penelitian pengaruh resin dan talk dalam pelapis anti karat
berbasis sludge menunjalckan bahwa komposisi resin dan talk akan memiliki
ketahanan korosi yang tinggi bila memiliki nilai yang optimum(komposisi B4
Resin/talk(40/140) dan B18(60/180)). Penambahan resin dengan diikuti
penambahan talk akan didapat komposisi yang optimum. Daya lekat dari semua
komposisi sangat kurang karena adanya kandungan minyak di dalam sludge."
2000
S41576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Sopian
"Proses pembuatan bahan anti karat (undercoat yang digunakan sebagai pelapis untuk melindungi bagian bawah kendaraan bermotor, relatif sangat sederhana dan dapat dilakukan dalam perusahaan berskala kecil. Komponen yang diperlukan adalah aspal, talk sebagai filler dan solvent sebagai pelarut serta beberapa aditif untuk memperbaiki sifat tertentu. Karakteristik bahan anti karat yang menggunakan komponen di atas kurang baik yaitu tidak tahan terhadap temperatur oven (150-200°C) dan relatif mahal dibandingkan dengan sebagian produk yang ada dipasaran. Untuk mengatasi masalah itu maka digunakan Iimbah pelarut dari industri cat sebagai pelarut dan serbuk arang sebagai filler. Unluk mendapatkan karakteristik yang optimal dari kedua komponen tersebut maka divariabelkan komposisi serbuk arang dan aspal. Untuk membandingkan hasilnya maka digunakan produk sebelumnya yaitu Stahl Kote(SK) dan produk Iuar yaitu Dunlop (DL). Hasil penelitian memmjukkan bahwa ketahanan abrasi bahan anti karat yang baru (100gr aspal, 73gr arang) Iebih bagus (0,485 I/μ) daripada produk pembanding (SK=0,133 I/μ, DL=0,190 I/μ) dan daya Iekatnya (tape test) relatif sama (klasifikasi=5) serta ketahanan terhadap temperarur oven sangat bagus, juga ketahanan korosinya lebar karat) untuk komposisi 110gr aspal dan 73gr arang Iebih bagus dari Stahl Kore meskipun masih Iebih rendah dari Dunlop."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Tisnaya Tirta
"Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh completion fluid (CF) di dalam sumur minyak terhadap laju korosi pada tubing dengan cara perhitungan indeks korosgfitas yang dikomparasikan dengan metode polarisasi. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan CF yang baik dan penggunaan material yang tepat, sehingga dapat ditenrukan sistem pengendalian korosi pada rubing yang berada dalam sumur minyak. Sampel air CF yang digunakan sebanyak 3 buah Iain diukur indeks korosifitasnya. Untuk sampel tubing pengukuran laju korosinya dilakukan dengan metode polarisasi, dimana sampel yang diuji terdapat 2 buah yaitu, baja karbon dan baja Cr 13%. Sampel rubing diukur Iaju korosinya terhadap CF CaCl2, spent Polyphospat, campuran CaCl2 dengan Orthopospat, yang pengujiannya dilakukan pada temperatur ruang dan temperatur 90°. Hasil perhitungan indeks korosifiras sampel spent Polyphospar adalah Ll = -4,024 dan R1 = 10, 548; indeks korosifitas sampel CF CaCl2 kedalaman 2000 m adalah LI = 2,083 dan RI = 2,334; indeks korosifitas sampel CF kedalaman 1000 m adalah Ll = 2,159 dan RI = 2,182 Dari pengajian palarisasi baja karban mempunyai ketahanan korosi yang cukup pada Iingkungan CF CaCl2 dengan laju korasi pada temperatur ruang 20 mpy dan 31 mpy pada temperarur 90°, sedangkan pada lingkangan spent Polyphospat kerahanan korosinya buruk dengan laju karosi sebesar 170 mpy dan pada lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospai menunjukkan ketahanan korosi yang dikategorikan tidak dapat diterima akibar laju korosi yang terlalu besar yaitu, 450 mpy. Untuk baja Cr 13% di lingkungan spent Polyphospar mempunyai ketahanan korosi yang baik sekali pada temperatur ruang dengan laja korosi 3-5 mpy, sedangkan pada temperatur 90° ketahanan korosinya baik dengan laju korosi 7-13 mpy dan pada lingkungan CF CaCl 2 ketahanan korosinya luar biasa dengan laju korosi 0,01 - 0,008 mpy, sedangkan untuk lingkungan campuran CaCl2 dan Orthophospat ketahanannya korosinya baik dengan Iaju korosi 10-16 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Komariyah
"Pada tesis ini dipelajari pengaruh spatter terhadap degradasi material yaitu pengaruhnya terhadap laju korosi serta terhadap kegagalan struktur yang diawali dengan timbulnya retak akibat beban bending fatigue. Beberapa pengujian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan yang selanjutnya dianalisa.
Uji Vickers dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai kekerasan akibat adanya spatter. Untuk mendapatkan data tentang awal terjadinya retak dilakukan uji bending fatigue. Pengaruh spatter terhadap laju korosi diteliti dengan melakukan pengujian Cyclic Potentiodynamic Polarization.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kekerasan akibat adanya spatter lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa spatter. Awal retak akibat beban fatigue tidak terjadi pada daerah spatter, tetapi terjadi pada mikro notch pada daerah HAZ. Laju korosi pada daerah spatter lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tanpa spatter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T40833
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sumedi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sapto Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Rita Adriana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>