Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hotma, Julius
"Kegiatan ini diarahkan untuk mempelajari dan berupaya !mJuk meneliti dan meningkatkan sifat mampu air paduan aluminium cor dimana cacat yang puling banyak terjadi adalah cacat purositas lebih banyak dialribalkan karena masuknya gas H ke dalam cairan aluminium terutama jika temperatur tuang terlalu tinggi. Sedangkan. cacat shrinkage lebih banyak diakibatkan aleh 'gating system' yang lcurang sesuai at au sifat mampu alir (llowability) aluminium cor yang kurang baik. Sifat mampu alir aluminium cair akan meningkat dengan kenaikan temperatur luang, namun hal ini justru akan berakibat pada masuknya gas hidrogen dalam jumlah yang besar pada aluminium cair. fJl Metode pengujian dilakukan dengan pengujian fluitas terhadap temperatur baban baku ingot dari suplier A, B. C dan D dari temperatur 640-75(/'C. dengan temperatur cetakan 28Cf'C Kemudian dibandingkan nilai fluiditas tiap ingot setelah itu dilanjutkan dengan pengujian SEM dan EDAX untuk mengetahui pengotor yang terdapat dalam ingot. Setelah itu dilakukan penambahan grain refiner untuk penghalus butir dan untuk optimatisasi ditambahkan selain grain refiner (I'IB) juga ditambahkan Modifier (Sr) untuk menghalu.tkan dan membulatkan mikrostruktur sililwn dengan rasio charging 45 ingot: 55 scrapt. diharapko.n nilai fluidi!as dari campuran ini akan lebih baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sukendar
"Produktivitas yang tinggi dari industri komponen otomotif dengan menggunakan material AC 4B dalam rangka memenuhi tingginya tingkat kebutuhan dari industri kendaraan bermotor mengalami gangguan akibat tingkat cacat yang tinggi. Tingkat cacat yang tinggi tersebut umumnya didominasi oleh cacat misrun maupun shrinkage, di mana salah satu penyebabnya adalah akibat fluiditas paduan AC 4B yang kurang baik Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan parameter yang optimal, yaitu berupa penggunaan temperatur tuang dan konsumsi modifier sodium yang tepat, sehingga dihasilkan fluiditas cairan paduan AC 48 yang baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Villando Thursdiyanto
"Aluminium tuang AC 4B merupakan salah satu bahan baku dalam proses pembuatan komponen otomotif. Beberapa perosahaan otomotif di lndonesia masih menggunakan material ingot Aluminium AC 4B yang masih di impor dari negara Cina. Padahal terdapat juga beherapa industri pengecoron yang berada di da!am negeri dan dapat memproduksi aluminium ingot dengan kualitas yang bervariasi. Upaya supaya pensubstitusian ingot impvr dengan ingot lokal terus dilakuktm akon tetapi kendala-kendala yang ditemui juga bervari'asi. Salah satu kendala yang utama adalah kualilas produk lokal yang masih rendah dimana hal ini sangat berkaitan dengan mmalah impurities, porositas dan komposisi kimia. Dalam penelitian ini, dilokulum karakterisasi yang meliputi pengujlan kekerasan, pengujian tarik, peng?fiian strnkJur mikro dan pengujian SEM EDAX terhadap ingat impor dan ingot lokal. Tahapan-tahapan proses pembuatan ingot aluminium AC 4B lokal adalah : pemilihan bahan baku, pelelJlJran, pengaturan komposisi kimia, degassing, jho:ing tmtuk mr::ngikat impurities tialam aluminium cair dan tapping dengan menggtn~akan founder yang dilcpisi dengan kapur bakar. Bahan baku yang digunakan adalah ingot primer sejumlah 20 % dan scrap sejumlah 80 % dan sampel diambil pada saat awal penuangan, pertengahan pcnuongan dan akhir penuangan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruslan Jamaris Sasmita
"Permasalalran yang sering dialami oleh industri yang menggunalcan proses peleburan alumunium adalah sdat dart alumunium yang reaktyf sehingga pada tempera/ur tinggi cepar berealfsi dengan oksigen membentuk oksida. Afinitas gas hidrogen terhadap alumunium pada temperatur tinggi cukup tinggi, sehingga dapat mengakibatlcan timbulnya cacat porositas pada produk. Sedanglran pada ternperatur pénuangan yang rendah Iaju pembekuan alumunium menjadi tidalc seragarn dan mengakibatkan sifat mampu alirnya rnenjadi kurang baik, sehingga dapat menimbulkan cacat shrinkage pada produk.
Penelitian ini memfolcuskan pada pengaruh komposisi material umpan (l00% ingot : 0% scrap, 70% ingot : 30% scrap, 60% ingot : 40% scrap, 45%
ingot : 55% scrap) terhadap nilai fluiditas dengan menggunakan variasi temperatur wang (640°C, 65o"c. 66o"c_ 670”C, 630"c, 690°C, 7000C, 71000, 720"C, 7300C. 740p C) dari 4 ingot lokal alurnunium tuang ADC 12. Kemudian dilakukan pengujian SEM dan EDAX untttk melihat kadar dan jenis inklusi yang terdapat pada keempat ingot lokal yang digunalfan.
Dari hasil pengujian ini diperoleh data bahwa lcomposisi material umpan optimal adalah bervariasi untul: setiap ingot. Untuk ingot A dan C memiliki nilai jluiditas optimal pada komposisi 100% ingot. Untulc ingot B memiliki nilaifluiditas optimal pada komposisi 45% ingot, sedangkan ingot D memiliki nilai jluiditas optimal pada lcomposisi 60% ingot. Nilai fluditas yang dihasillcan tersebut berhubungan dengan kandungan inklusi yang terdapat di dalam ingot. Semakin baik lfadar kebersihan suatu ingot, malta nilai jluiditas optimal pada lcomposisi material umpan dengan kadar ingot yang tinggi. Dari pengujian SEM dan ED/IX diperoleh data bahwa inktusi yang sering nmncul untulc setiap ingot adalah oksida-olcsida seperti AL2O3, SiOg_ MgO, dan karbida AIJC3, serta terdetelcsijuga adanyafasa intermetalik AlFeSi yang terbentulc Kebersihan dart material umpan xanga! menentukan nilaifluiditas yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Salman
"Sebuah komposit aluminium dikembangkan sebagain material ringan dengan kekuatan yang tinggi untuk aplikasi kampas rem. Matriks aluminium ADC 12 diperkuat dengan SiC dan ditambahkan penghalus butir Al-5TiB dan modifier Sr dan difabrikasi dengan metode stir-casting. Komposit kemudian diberi perlakuan T6 dengan waktu aging yang bervariasi dari 2, 6, 10, 15 dan 24 jam. Karakterisasi komposit yang dilakukan meliputi kekuatan tarik, ketahanan impak, kekerasan, ketahanan aus, densitas, dan porositas. Analisis struktur mikro dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan perubahan fasa setelah T6 dengan SEM-EDS dan dikonfirmasi dengan XRD.
Hasil menunjukkan bahwa perlakuan T6 memengaruhi morfologi Mg2Si primer dan eutektik, dan presipitasi ? 39;-Mg2Si metastabil dari proses aging. Perlakuan panas T6 meningkatkan sifat mekanis komposit dibandingkan komposit as-cast. Ultimate tensile strength dan kekerasan tertinggi didapatkan 145 MPa dan 64.5 HRB setelah T6 selama 6 hours pada 170 C.

An aluminium composite is developed as a light material with high strength for brake shoe application. Aluminium ADC 12 matrix was reinforced with SiC and added with Al 5TiB grain refiner and Sr modifier which is fabricated by stir casting. The composites then was T6 treated for various aging time from 2, 6, 10, 15 and 24 hours. The composites were characterized including tensile strength, impact resistance, hardness testing, wear resistance, density and porosity as well. The microstructural analysis to obtain the microstructure and phases changed after T6 using SEM EDS and confirmed by XRD. Results show that T6 treatment has affected morphology of primary and eutectic Mg2Si, as well as precipitation of metastable 39 Mg2Si from aging process. T6 heat treatment has improved mechanical properties for all composites compared to as cast composites. The highest ultimate tensile strength value and hardness is shown to be 145 MPa and 64.5 HRB after T6 for 6 hours at 170 C. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilarius Wibi Hardani
"Salah satu metode penguatan logam yang paling banyak diterapkan pada logam-Iogam ringan seperti Aluminium adalah penambahan unsur penghalus butir. Pada proses pengecoran logam, struktur halus benda tuang dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur-unsur perangsang nukleasi ke dalam logam cair. Pada saat pembekuan, unsur-unsur tambahan ini diharapkan dapat mendorong nukleasi dan membentuk inti bagi pertumbuhan kristal logam dasar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan penghalus butir Titanium-Boron terhadap penghalusan butir paduan Al-Si ADC-12 yang mengandung kadar Si sekitar 12%. Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan dengan dapur krusibel, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan ingot. Kuantitas penghalus butir divariabelkan, dan selanjutnya dilihat pengaruh penghalusan butir tersebut terhadap kekerasan dan konduksivitasnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan penghalus butir Titanium-Boron sebesar 0.2% berat logam menghasilkan benda tuang yang nilai kekerasamqya paling tinggi (82 BHN) namun nilai konduktivitas Iistriknya paling rendah (21.9 %IACS) , sedangkan dari hasil penuangan yang tampa penghalus butir didapatkan nilai konduktivitas Iistrik yang paling tinggi (24.4 % IACS), namun nilai kekerasannya paling rendah (78 BHN). Hasil yang optimum didapat dari AELT-2, dengan penambahan Ti-B 0.1% berat Iogam, di mana nilai kekerasan yang diperoleh cukup tinggi (81 BHN) dan nilai konduktivitas listriknyajuga cukup baik (22.5 %IACS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Cepika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Martha Indriyati
"Karena sifatnya yang menarik seperti ketahanan aus yang tinggi, koefisien ekspansi termal yang rendah, ketahanan korosi yang baik serta kemampuan cor yang baik, paduan aluminium - silikon hipereutektik telah menjadi suatu kandidat material untuk aplikasi - aplikasi yang membutuhkan sifat mekanis yang baik seperti piston.Walaupun demikian, paduan ini memiliki kekurangan yaitu paduan akan semakin bertambah brittle seiring dengan bertambahnya kandungan silicon dikarenakan oleh adanya silikon primer yang kasar. Terdapat berbagai cara untuk meminimalkan ukuran dari fasa silikon salah satunya adalah modifikasi dengan penambahan modifier.
Pada penelitian ini, material AC8A didesain pada kondisi hipereutektik. Modifier fosfor ditambahkan dengan komposisi 0,0025 wt%, 0,0027 wt %, 0,0038 wt %, 0,0046 wt % dan 0,0061 wt % P. Untuk mengetahui sifat mekanis material, dilakukan pengujian kekuatan tarik, kekerasan serta keausan. Pengujian struktur mikro, SEM dan EDAX dilakukan untuk mengetahu perubahan struktur mikro serta fasa - fasa yang terbentuk dalam paduan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan fosfor pada material AC8A hipereutektik akan mengubah morfologi dan ukuran silikon primer dari yang berbentuk poligonal dan kasar menjadi berbentuk blocky dan halus. Silikon eutektik juga mengalami perubahan karena pertumbuhannya yang berasal dari ujung silikon primer dan dipengaruhi oleh morfologi dan ukuran silikon prime. Silikon eutektik berubah dari jarum - jarum halus yang panjang menjadi batangan pendek dan seperti titik dengan panjang rata - rata yang lebih pendek.
Hasil pengujian kekerasan menunjukkan, dengan bertambahnya kadar fosfor (0,0025 wt%, 0,0027 wt %, 0,0038 wt %, 0,0046 wt % dan 0,0061 wt %), kekerasan akan meningkat dari 38 HRB menjadi 39 HRB,40 HRB, 41 HRB dan 42 HRB. Peningkatan juga terjadi pada nilai ketahanan aus material. Sedangkan nilai kekuatan tarik tidak menunjukkan kecenderungan tertentu dikarenakan terdapatnya porositas pada sampel.

Because of the interesting properties such as high wear resistance, low thermal expansion coefficient, high resistance to corrosion and castability, hypereutectic Al-Si alloys have become a candidate material for potential applications including piston. Nevertheless, it has a disadvantage which is it becomes more brittle as the ratio of silicon is added because of the presence of coarse primary silicon. There are a lot of ways to minimize silicon phases, one of them is modification using modifier.
In this research, aluminium alloy desaigned as AC8A was desaigned in hypereutectic condition. Phosphorus modifier was added to the melt with composition 0,0025 wt%, 0,0027 wt %, 0,0038 wt %, 0,0046 wt % dan 0,0061 wt % P. Tensile strength, hardness and wear were tested in order to know mechanical properties of material. Microstructure testing, SEM and EDAX were conducted to observe microstructure changing and phases formed in alloy.
Results of this research show that phosphorus addition in hypereutectic AC8A alloy changes the morphology and size of primary silicon from coarse polygonal to fine blocky structure. Eutectic silicon is also changed because it grows from the tip of angles on the primary silicon and is influenced by the morphology and size of primary silicon. The eutectic silicon changes from long fine needle-like shape to short bars and dots with less average length.
Hardness testing shows that by increasing phosphorus addition (0 wt %, 0,003 wt%, 0,004 wt% , 0,005 wt% dan 0,006 wt%) to the melt, hardness of the material increases from 38 HRB to 39 HRB, 40 HRB, 41 HRB, and 42 HRB. Furthermore, the value of wear resistance also increases. Nevertheless, tensile strength doesn't show any tendency because of porosity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51074
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damisih
"Pada umumnya modifier stronsium ditambahkan pada paduan Al-Si hipoeutektik dengan kadar Si < 12 %. Penambahan modifier stronsium pada paduan Al-Si hipoeutektik terbukti efektif meningkatkan sifat-sifat mekanis paduan. Sedangkan penambahan modifier stronsium pada paduan aluminium hipereutektik belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan modifier stronsium terhadap sifat mekanis paduan Al-Si hipereutektik (Si>12,7%). Sifat mekanis yang ingin diketahui setelah penambahan modifier stronsium adalah kekerasan, kekuatan tarik dan keausan. Dalam penelitian ini digunakan material AC8A dengan standar kadar Si sebesar 11-13%. Ditambahkan kristal silikon murni ke dalam material AC8A untuk mendapatkan kondisi hipereutektik (Si>12.7%). Perbedaan penambahan kadar stronsium dalam paduan AC8A hipereutektik merupakan variabel dalam penelitian ini, sedangkan kondisi-kondisi proses lainnya dibuat sama. Stronsium yang ditambahkan adalah sebesar 0% wt, 0.126% wt, 0.208% wt, 0.284% wt dan 0.299% wt.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan modifier stronsium pada paduan AC8A hipereutektik akan mengubah bentuk silicon eutektik dari acircular menjadi fibrous dan fasa intermetalik yang terbentuk menjadi lebih tersebar. Selain itu silikon primer akan ditekan pertumbuhannya sehingga berukuran lebih kecil dan lebih tersebar merata. Hasil pengujian kekerasan dan keausan menunjukkan adanya kekerasan dan ketahanan aus yang cenderung meningkat dengan peningkatan kadar stronsium yang ditambahkan. Kekerasan cenderung meningkat secara berturut-turut dari 41 HRB menjadi 44 HRB, 45 HRB, 43 HRB dan 48 HRB. Ketahanan aus meningkat dengan laju aus yang cenderung semakin menurun secara berturut-turut dari 3.27 x 10-5 mm3/mm menjadi 2.01 x 10-5 mm3/mm, 1.82 x 10-5 mm3/mm, 2.27 x 10-5 mm3/mm, dan 1.28 x 10-5 mm3/mm. Kekuatan tarik yang didapatkan berturut-turut dari 173 Mpa menjadi 187 Mpa, 168 Mpa, 172 Mpa dan 185 Mpa. Nilai elongasi cenderung mengalami penurunan yaitu dari 0.125 menjadi 0.123, 0.118, 0.124 dan 0.114.

In general, stronsium modifier is added to hypoeutectic Al-Si alloys with Si content < 12%. Addition of stronsium modifier in hypoeutectic Al-Si alloys effectivelly improve mechanical properties of alloys. Whereas, addition of stronsium modifier in hypereutectic Al-Si alloys is done rarely. This research has purpose to know effect of stronsium modifier addition on mechanical properties of hypereutectic Al-Si alloys. The mechanical properties that will be observed in this research are hardness, tensile strength and wear resistant. This research use AC8A material with 11-13% standard of Si content. Silicon crystal is added to AC8A material for obtaining hypereutectic condition (Si >12.7%). The difference of amount stronsium addition is as variable on this research. The other condition casting process, such as : strontium modifier addition temperature, cast temperature, solidification time and casting time are the same. The amount of strontium modifier which added is 0,126% wt, 0.208% wt, 0.284% wt and 0.299% wt.
The result of research show that with addition of strontium modifier to hypereutectic AC8A alloy will change eutectic silicon morphology from acircular to fibrous and intermetallic phase that be formed become more uniformly dispersed. Another, the growth of primary silicon will be suppressed until finer in size and more uniformly dispersed. The results both of hardness and wear testing show presence of disposed increasing in hardness and wear resistant with rising of Sr content that be added. The hardness disposed increase, in succession, from 41 HRB to 44 HRB, 45 HRB, 43 HRB and 48 HRB. Wear resistant disposed increase with disposed decreasing of wear rate, in succession, from 3.27 x 10-5 mm3/mm to 2.01 x 10-5 mm3/mm, 1.82 x 10-5 mm3/mm, 2.27 x 10-5 mm3/mm, and 1.28 x 10-5 mm3/mm. Tensile strength that be obtained, in succession, from 173 Mpa to 187 Mpa, 168 Mpa, 172 Mpa and 185 Mpa. The value of elongation disposed decrease from 0.125 to 0.123, 0.118, 0.124 and 0.114.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51078
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>