Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Kartika
"Paduan AA 319 menqoakan paduan lgypoeutectic aluminium-sililcon, lennasuk dalam kelompok paduan aluminium seri 310K hasil proses pengecoran. Paduan ini banyak digunakan dalam induslri oromoif Dengan semakin berkembangnya tebiologi rekayasa material, diharapkan dapat diveroleh paduan aluminium yang lebih kuar unrulc dapar menggantikan material ferrous pada aplilcasi arornatyf Pemilihan aluminium paduan terutama karena berat jenisnya yang jauh lebih rendah daripada besi yang secara langsung dapat mengurangi berat kendaraan sehingga diharapkan akan menurunkan 1c0n.s‘um.s’i bahan bakar dan dapat rnengurangi tingkat polusi akibat emisi gas buang. Salah satu cara peningkaian kekuaian paduan aluminium adalah melalui microalioying yang diikuri dengan proses precipitation hardening Telah diketahui bahwa 0,01 wt. % Sn pada paduan Al-1, 7Cu (ar. %) yang mengalami proses precipitation hardening akan rnenghasillcan presipitai yang xanga! halus dan iersebar merata sehingga terjadi peningkatan paduan yang signyifkan. Alcan letapi ejék tersebut beiarn pemalz diieliti untukpaduan yang lebih kornpleks seperli AA 319. Penelitian ini rnelalrukan proses precqziration hardening pada paduan AA 319 dengan penarnbahan 0,1 wt. % Sn. Hasil dari proses precqritation hardening tersebut dilcarakterisasi dengan melakulcan pengujian kekerasan dan penganzatan srruktur mikro. Hasil peneliiian menunjukkan penambahan 0,1 wi. % Sn Ire dalarn paduan AA 319 yang diilcuti dengan precipilation hardening akan meninglcatlcan kekerasan dibanding kondisi as-cast sebesar ~60 %, dari 67 menjadi 105 BHN unnilc paduan basil cetalcan logam dan ~55 %, dari 62 menjadi 101 BHN untuk ceialcan pasir. Penambahan 0,1 wi. % Sn ke dalam paduan AA 319 diindikasikan akan menstim ulasi nukleasi partikel inrerdendritik dan presipitat di dalam matrilrs yang secara signifikan alcan rneningkaikan kekuaran paduan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Paduan aluminium banyak dipakai pada aplikasi otomotif, karena berat jenisnya yang rendah dan ketahanan korosinya yang baik. Karena alasan ekonomis, proses pengecoran produk otomotif selalu memakai scrap dalam komposisi yang cukup besar, yang mengakibatkan fluktuasi kandungan unsur paduan, seperti antara lain Zn. Studi ini mempelajari peran Zn sebesar 1 dan 9 wt. % di dalam proses pengerasan presipitasi paduan aluminium AA319. Pengujian kekerasan dan kekuatan dilakukan untuk mengamati sifat mekanik paduan, sementara respons paduan terhadap pengerasan presipitasi diikuti melalui pengujian kekerasan. Evolusi struktur mikro diamati dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM (scanning electron microscope) yang dilengkapi dengan EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribusi unsur terlarut dipelajari dengan X-ray mapping pada mode back scattered electron. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Zn sebesar 1 dan 9 wt. % pada paduan AA319 meningkatkan kekerasan dan kekuatan. Selain itu, juga terjadi transformasi morfologi fasa Al-Fe-Mn-Si dari bentuk huruf cina (chinese script) menjadi jarum (needle). Transformasi ini diperkirakan terjadi karena larutnya Zn di dalam matriks aluminium yang mengubah tegangan permukaan antara matriks dan inti fasa interdendritik. Penambahan Zn meningkatkan respons paduan terhadap penuaan alami, namun tidak menyebabkan perubahan signifikan pada penuaan buatan di temperatur 200 oC. Zn diketahui tersegregasi di sekitar fasa Al2Cu.

Aluminium alloys are widely used for automotive application due to its low density and high corrosion resistance. For economic reason, casting of automotive products always uses aluminium scrap as charging materials that may result in fluctuation of content of alloying element, such as Zn. This research studies the role of Zn in precipitation hardening of AA319 aluminium alloys. Hardness and tensile testing were conducted to study the mechanical properties of the alloys, while ageing response was followed by hardness measurements. Evolution of microstructures was observed by using optical microscope and SEM (scanning electron microscope) equipped with EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribution of solute elements was detected by x-ray mapping and formation of nanoprecipitates was observed by using TEM (transmission electron microscope). Research results showed that addition of 1 and 9 wt. % Zn on AA310 alloys increases strength and hardness. Morphology transformation of Al-Fe-Mn-Si phase from chinese script into needle shape was detected, and may be due to dissolution of Zn in aluminium matrix that change the interfacial stress between the matrix and interdendritic phases. Addition of Zn also increased response of alloys to natural ageing but no significant change was detected for artificial ageing at 200 oC. Age hardening was contributed by the formation of θ? (Al2Cu) nanoprecipitates. Zn was segregated on the periphery of Al2Cu phase."
Lengkap +
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanus Surya Kristianto
"Salah salu paduan alumunium yang banyak dipakai di industri otomotif adalah paduan AA 319 (Al~Si-Cu) as-cast. Paduan ini ringan, dengan berar jenis 2. 79 kg!m3 dan cukup kuat dengan kekuatan rarik 185-235 MPa 121. Aplikasi material ini adalah anlara lain sebagai komponen cylinder head untuk kendaraan bermoror roda dua. Namun· umuk me/alui proses permesinan, paduan ini tidak cukup keras (minimal 74 BHN) sehingga dapal menurunkan umur paklli dari mala tools. Salah saru caru untuk meningkatkan kekerasan dari paduan aluminium adalah dengan menambahkan Sn (timah putih) dalam jumlah kecil (microalloying). Penelitian ini dirujukan untuk mempelajari pengaruh penambahan Sn dalam jumlah kecil terhadap proses pengerasan presipitasi pada paduan AA 319 as-cast. Skripsi ini secara spesifik mempelajari pengaruh penambahan Sn sehanyak 1 % beral. Se1ain itu. pengaruh jenis cetakan terhadap karakteristik paduan juga akan diamali dan dianalisa."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risly Wijanarko
"Paduan Al 7XXX Al-Zn-Mg merupakan salah satu paduan aluminium yang mampu dilaku panas dan memiliki kekuatan tinggi. Paduan Al 7xxx dapat diperkuat dengan pengerasan pengendapan. Dalam proses pengerasan pengendapan, proses laku pelarutan merupakan tahapan penting dimana fasa kedua larut ke dalam matriks agar dapat bertransformasi menjadi presipitat saat proses penuaan. Selain itu, penambahan Ti dapat memperkuat paduan dengan melakukan penghalusan butir. Penelitian kombinasi laku pelarutan dengan penghalusan butir oleh Ti masih terbatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur laku pelarutan terhadap struktur mikro dan sifat mekanis paduan Al-5.1Zn-2Mg dengan penambahan 0.1 berat Ti hasil squeeze casting. Paduan Al-5.1Zn-2Mg-0.1Ti hasil pengecoran dihomogenisasi pada temperatur 400 C selama 4 jam. Setelah itu, laku pelarutan dilakukan dengan variasi temperatur 220, 420, dan 490 C, dilanjutkan dengan pencelupan cepat. Selanjutnya, penuaan dilakukan pada temperatur 130 C selama 48 jam. Karakterisasi meliputi pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik, dan Scanning Electron Microscope SEM Energy Dispersive Spectroscopy EDS, pengujian kekerasan Rockwell, X-Ray Diffraction XRD, dan Simultaneous Thermal Analysis STA. Penambahan 0.1 berat Ti dapat memperbulat struktur butir paduan dan menyebabkan tegangan permukaan antarmuka matriks ?-Al menurun sehingga fasa kedua lebih mudah untuk berdifusi ke dalam matriks saat laku pelarutan. Peningkatan temperatur laku pelarutan dapat meningkatkan jumlah fasa kedua yang larut ke dalam matriks. Hal ini dapat ditunjukkan melalui fraksi volume fasa kedua dari kondisi setelah homogenisasi, yaitu 7.07 menjadi 6.74, 3.50, dan 2.75 untuk temperatur laku pelarutan 220, 420, dan 490 C. Banyaknya fasa kedua yang larut berdampak pada kekerasan yang dihasilkan setelah penuaan. Nilai kekerasan penuaan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur laku pelarutan, yaitu 41.68, 52.46, dan 70.98 HRB pada temperatur laku pelarutan 220, 420, dan 490 C. Selain itu, nilai kekerasan paduan dengan 0.1 berat Ti lebih tinggi dibanding paduan tanpa Ti setelah penuaan karena jumlah fasa kedua yang larut lebih besar sehingga presipitat yang terbentuk menjadi lebih banyak.

Al 7XXX alloy is one of heat treatable aluminium alloy which has superior strength. It can be strengthened by precipitation hardening. Solution treatment in precipitation hardening sequence has an important role in which second phases will dissolve, and vacancies will be quenched in the matrix to form precipitates in the ageing process. Another strengthening can be done by the addition of Ti as grain refiner. However, there is still lack of study concerned on the combination of solution treatment with grain refining by Ti. Thus, this study is aimed to investigate the effect of solution treatment temperature on microstructure and mechanical properties of Al 5.1Zn 2Mg alloy with 0.1 wt. Ti produced by squeeze casting. As cast alloy was homogenized at 400 C for 4 h. Solution treatment was conducted at 220, 420, and 490 C, followed by rapid quenching. The alloy was subsequently aged at 130 C for 48 h. Characterization was performed by optical microscope, Scanning Electron Microscope SEM ndash Energy Dispersive Spectroscopy EDS, Rockwell hardness testing, X Ray Diffraction XRD, and Simultaneous Thermal Analysis STA. The addition of 0.1 wt. Ti resulted in rounder grains which possess lower surface tension between the Al matrix and second phase interface so that the dissolution of it will be much easier while solution treatment. Increasing solution treatment temperature leads to decreasing volume fraction of the second phases at grain boundaries. It can be known by quantitative analysis from as homogenized condition with volume fraction of 7.07 which decreased to 6.74, 3.50, and 2.75 after solution treatment at 220, 420, and 490 C, respectively. The amount of dissolved second phases will affect the final hardness after ageing process, at which the hardness was increasing with increasing solution treatment temperature. The hardness was 41.68, 52.46, and 70.98 HRB with solution treatment temperature of 220, 420, and 490 C, respectively. Besides, the hardness value of 0.1 wt. Ti added alloy was higher than that of the alloy without Ti addition. It was due to higher second phase dissolution which leads to more precipitates formed."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Susanti
"Paduan AA 319 adalah paduan aluminium yang paling populer digunakan untuk komponen otomotif. Permasalahan yang kerap kali muncul dalam proses produksi komponen otomotif ini adalah berfluktuasinya kadar unsur seperti besi dan seng. Penelitian tentang pengaruh besi di dalam aluminium telah banyak dilakukan sedangkan pengaruh seng belum banyak dilakukan. Berfluktuasinya kadar seng terjadi pada salah satu perusahaan otomotif di Jakarta, hingga mencapai puncaknya yaitu saat salah satu cylinder head pecah dengan sendirinya. Dan setelah diinvestigasi diketahui bahwa part tersebut mengandung 12 wt.% seng. Tujuan pemilihan 1 wt.% seng dilakukan untuk mengetahui pengaruh seng pada batas maksimal kadar seng pada paduan AA 319. Pada skripsi ini dilakukan karakterisasi mikro dan nano paduan aluminium AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng pada kondisi as-cast dan setelah ageing. Proses perlakuan panas yang dilakukan adalah solution treatment pada temperatur 525_C selama 1 jam lalu quenching dengan media air dan selanjutnya dilakukan proses ageing pada temperatur 200_C (artificial ageing) dan temperatur ruang (natural ageing). Karakterisasi mikro dilakukan dengan menguji kadar porosifas, k-mould, kekuatan tarik dan kekerasan paduan serta mengamati struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM). Sedangkan karakterisasi nano dilakukan dengan mengamati struktur nano dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM). Proses persiapan spesimen TEM juga dibahaspada tugas akhir ini. Pada kondisi as-cast, penambahan 1 wt.% pada paduan AA 319 menyebabkan porositas yang ada pada paduan AA 319 menurun dari tingkat 6 ke tingkat 4. Penambahan 1 wt.% seng juga menyebabkan meningkatnya kekuatan tarik dan menurunnya keuletan namun pengujian kekerasan tidak menunjukan hasil yang serupa karena pengaruh adanya porositas pada sampel. Mekanisme penguatan yang terjadi akibat penambahan I wt. % seng ke dalam paduan AA 319 as-cast adalah solid solution strengthening. Fasa interdendritik yang ada pada kondisi as-cast adalah Al2Cu, AlFeMnSi, dan kristal silikon. Penambahan 1 wt.% seng memungkinkan bertransformasinya fasa a-AlFeMnSi menjadi _-AlFeMnSi karena peningkatan tegangan permukaan yang mungkin terjadi. Dari pengamatan dengan SEM diketahui bahwa pada kondisi as-cast seng tersegregasi disekitar paduan Al2Cu yang mengindikasikan adanya interaksi kimia antara seng dan tembaga. Penambahan 1 wt, % seng juga telah membuat jarak fasa interdendritik menjadi lebih rapat, hal ini menunjukan pendinginan yang lebih cepat telah terjadi. Proses persiapan spesimen TEM untuk paduan AA 319 tidak dapat dilakukan dengan electropolishing karena paduan ini memiliki banyak fasa dan strukturnya kasar. Namun spesimen TEM yang baik dari paduan AA 319 dapat dihasilkan melalui proses ion milling dengan menggunakan mesin yang memiliki sistem pendinginan agar tidak terjadi efek pemanasan. Penambahan 1 wt.% seng ke dalam paduan AA 319 tidak menyebabkan peningkatan kekerasan yang signifikan setelah proses pengendapan. Pada artificial ageing, kekerasan puncak kedua paduan dicapai setelah 6 jam dan perbedaan nilai kekerasannya 0,35 %. Penelitian ini berhasil mengkonfimasi bahwa kekerasan puncak paduan AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng dicapai melalui pembentukan presipitat O' berukuran nano yang terdispersi secara merata di dalam matrik aluminium."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Puspito
"Paduan aluminium tuang AC4B merupakan jenis paduan aluminium silikon hipoeutektik sistem Al-Si-Cu. Karena karakteristiknya yang baik sehingga paduan aluminium tuang AC4B ini cukup banyak digunakan oleh industri otomolif sebagai material dasar untuk pembuatan komponen otomotif khususnya cylinder head dengan proses pengecoran. Namun, ada permasalahan yang dihadapi oleh industri olomotif berkaitan dengan produk cor yang dihasilkan dari proses pengecoran paduan aluminium tuang AC4B tersebut. Permasalahan yang dialami oleh industri otomotif tersebut yaitu sering terjadinya kegagalan (reject) pada produk cor. Kegagalan yang terjadi misalnya seperti misrun, sifat mekanik rendah, serta banyaknya jumlah porositas pada produk cor. Dari permasalahan tersebut maka dilakukanlah penamhahan unsur stronsium (Sr) dalam jumlah kecil kedalam paduan aluminium tuang AC4B yang bertujuan untuk meningkatkan sifat fluiditas, meningkatkan sifat mekanis, serta menurunkan jumlah porositas. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk mempelajari pengaruh variasi persentase stronsium (0 wt. % Sr dan 0.012 wt. % Sr) terhadap modifikasi paduan aluminium tuang AC4B pada temper atur tuang/injeksi yang ber variasi 680 _C, 700 _C, dan 720 _C) dengan menggunakan proses pengecoran low pressure die casting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penambahan 0.012 wt. % Sr pada paduan aluminium tuang AC4B akan : i). menurunkan nilai kekerasan cylinder head sebagai akibat laju pendinginan yang lambat sehingga terjadi peningkatan jumlah dan ukuran porositas, namun meningkatkan nilai kekerasan sampel uji tarik sebagai akibat laju pendinginan yang lebih cepat sehingga pembentukan porositas lebih sedikit dan ukuran porositas pun lebih kecil, ii).meningkatkan nilai kekuatan tarik dan nilai fluiditas, in).menurunkan ukuran dendrit (DAS), iv).mengakibatkan modifikasi kristal silikon yang awalnya berbentuk lamellar menjadi bentuk fibrous, lebih halus, lebih bulat, v).mengakibatkan Chinese script menjadi terfragmentasi (terpecah). Fasa-fasa yang terbentuk untuk tiap variasi wt. % Sr dan tiap variasi temperatur tuang/injeksi adalah samayaitu CuAls, fasa Al-Fe-Mn-Si, fasa kristal silikon, danfasa a-aluminium. Sedangkan peningkatan temperatur injeksi/tuang akan menyebabkan ukuran dendrit dan Chinese script menjadi bertambah besar, dan peningkatan laju pembekuan akan mengakibatkan morfologi Chinese script semakin tidak terlihat."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Chrysanti Puspitasari
"Salah satu komponen mesin dalam kendaraan bermotor roda dua adalah cylinder head yang berfungsi sebagai tempat pembakaran. Material yang digunakan untuk komponen mi adalah paduan aluminium AA 319. Permasalahan yang sering terjadi dalam pengecoran paduan Al-Si-Cu yang umumnya digunakan sebagai komponen otomotif adalah perubahan komposisi dari paduan akibat penambahan scrap yang digunakan sebagai bahan baku pada proses pengecoran. Fluktuasi komposisi paduan pada hasil coran sering sekali jauh dari kisaran standar yang berlaku yang menyebabkan perubahan karakteristik produk cor secara signifikan. Salah satu unsur yang sering berfluktuasi jumlahnya adalah Zn (seng). Skripsi ini dilatarbelakangi sebab pecahnya komponen mesin cylinder head akibal kadar Zn yang berlebih yaitu sekitar 12%, sementara kadar optimal Zn dalam paduan aluminium AA 319 adalah 1%. Pada skripsi ini dipelajari pengaruh penambahan 3 wt. % Zn terhadap proses pengerasan dan karakteristik paduan aluminium AA 319 kondisi coran melalui mekanisme perlakuan panas serta variabel temperatur penuaan (ageing) yang berbeda. Pengujian tarik, porositas dan k-mould dilakukan untuk menganalisa kualitas produk cor yang dihasilkan, sedangkan pengujian kekerasan dilakukan guna mengamali respon pengerasan dari paduan ini terhadap proses penuaan (ageing). Sementara itu, observasi struktur mikro dari material dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 3 wt.% Zn ke dalam paduan aluminium AA 319 akan meningkatkan kekuatan tarik sebesar 19.6 %, kekuatan luluh sebesar 5.2 %, kekerasan sebesar 2.19 % dan menurunkan elongasi sebesar 20.3%, yang disebabkan oleh mekanisme pengerasan solid solution strengthening. Penambahan 3 wt. % Zn ke dalam paduan aluminium AA 319 menyebabkan perubahan fasa α-AlSiFeMn yang berbentuk Chinese script menjadi α-AlSiFeMn yang berbentuk jarum. Secara kuantitatif terjadi penurunan kandungan porositas dari posisi 7 ke posisi 5 (standar ASM). Sementara itu, penambahan 3 wt.% Zn ini tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kandungan inklusi hasil coran, tidak menyebabkan peningkatan kekerasan puncak setelah ageing, serta tidak menyebabkan perubahan jenis fasa kedua yang terbentuk pada saat pembekuan. Fasa kedua tersebut adalah β-AlSiFeMn, Si primer dan Al2Cu. Proses solution treatment melarutkan fasa Al2Cu secara signifikan yang menyebabkan peningkatan kadar Cu di dalam matriks."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Richard Moreland
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibagariang, Balugu Gomo
"Paduan AA 333.0 yang merupakan padanan dari AC4B adalah paduan hasil pengecoran seri 3xx.x yang sudah banyak digunakan di industri otomotif. Paduan ini merupakan paduan yang sudah sering dikembangkan untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan. Masalah yang sering mucul dalam pengecoran adalah munculnya cacat berupa misrun. Cacat ini dapat diatasi dengan meningkatkan fluiditas leburan paduan saat proses pengecoran. Salah satu cara meningkatkan fluiditas adalah dengan menambahkan modifier Sr kedalam paduan saat proses pengecoran. Namun penambahan Sr modifier Sr ini cenderung menurunkan kekerasan, oleh karena itu kekerasan hams ditingkatkan setelah proses pengecoran yang salah sau caranya adalah dengan perlakuan panas T4 atau T6. Penelitian ini dilakukan dengan menambahkan 0.0015 wt.%Sr pada leburan paduan AA333.0 kemudian dilanjutkan dengan pengerasan melalui proses pengerasan penuaan T4 dan T6 pada temperatur 150, 175, dan 200_C. Pengamatanjuga dilakukan pada struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM/EDS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah Sr sebesar 0.0015 wt.% mengubah mikrostruktur paduan AA333.0 namun perubahan yang terjadi tidak signifikan. Setelah proses solution treatment ditemukan bahwa terjadi pelarutan fasa CuAl2 sementara proses pengerasan penuaan T4 dan T6 pada temperatur 150, 175, dan 200_C berhasil meningkatkan kekerasan paduan sampai 92.51%"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Aritira
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pemenuhan standar nilai kekerasan yang ditetapkan oleh PT X. Fakta bahwa nilai kekerasan as cast paduan proses Low Pressure Die Casting yang rendah (dibawah standar yang teah ditetapkan perusahaan), menyebabkan proses machining komponen cor tersebut menjadi inefisien. Inefisiensi ini menyebahkan pemakaian tool lebih pendek dan keakuratan dimensi hasil machining berkurang.
Proses peningkatan kekerasan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Proses pengerasan dalam penelitian ini dilakukan dengan precipitation hardening, sebuah proses pengerasan yang meliputi tahapan: solution treatment, quenching dan aging. Dalam penelitian ini dilakukan artificial aging dengan temperature 15℃ dan 75℃, selama 1-5 jam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh proses pengerasan yang dilakukan terhadap nilai kekerasan dan perubahan mikrostruktur yang terjadi pada paduan, serta rekomendasi kepada PT. X untuk memilih alur proses pengerasan yang tepat.
Hasil penelitian dengan proses aging 155℃ dan 175℃ selama 1-5 jam memberikan nilai kekerasan maksimum sebesar 31,2 HRB dan 40,5 HRB. Perubahan mikrostruktur selama aging secara mikroskopik tidak dapat diamati dengan mikroskop optic, karena kontribusi kekuatan yang diberikan oleh endapan yang terbentuk selama aging terjadi dalam submikroskopik."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>