Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renaldi
"Kereta api sebagai moda transportasi massal yang banyak dipakai pada saat ini membutuhkan tingkat keamanan tinggi untuk menjamin keselamatan penumpang yang menggunakannya. Dengan alasan itulah diperlukan rem dengan sifat mekanis yang baik diantaranya memiliki laju keausan yang rendah,mempunyai jarak pengereman ideal sehingga kereta tidak tergelincir pada saat direm,tidak mengalami crack pada range temperatur operasional dan harga yang relatif murah. Rem komposit sebagai alternatif yang digunakan pada PT. KA memiliki semua kriteria diatas walaupun memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu sehingga perlu dilakukan serangkaian pengujian ulang baik itu secara mekanis ( uji keausan ) dan secara mikro ( Scanning Electron Microscope ) untuk memastikan kelayakan pada saat operasional di lapangan. Melalui hasil yang didapat baik itu berupa angka,grafik,dan hasil secara mikroskopik diharapkan kita dapat memperkirakan laju keausan dari rem kereta api yang digunakan dan kelayakan penggunaan di lapangan sehingga menghindari kegagalan di kemudian hari. Laju Keausan terbesar dialami oleh rem komposit logam dengan nilai 26.37401 mm3/m pada area kanan melalui variabel kecepatan putar disc 1.97m/s dan laju keausan terkecil dengan nilai 0.891268 mm3/m pada variabel jarak luncur 400 m pada area tengah rem komposit logam.

Train as a massal transportation which is widely used nowadays requires high safety to ensure passenger's life. To fulfil that purpose, brake with high mechanical properties, which has relative low wear rate, have an ideal breaking distance so the train will not slide when the brake is on, crack does not occur on the operational temperature range, and relative low cost. Composite brake as an alternative which is used on PT. KA have all those required properties even though have a few limitation, so several test must be done, by mechanical( wear testing ) and microstructure (Scanning Electron Microscope) to ensure that the brake will not fail on the application. By observing and studying the result by number, graphics, we can predict the wear rate from the brake material of the train so it will prevent failure of the brake material on the application. Highest wear rate resulting from brakes with metal composite with the value of 26.37401 mm3/m on the right area through revolving disc variable 1.97m/s and the smallest wear rate with the value of 0.891268 mm3/m on the sliding distance variable 400 m on the middle area of the metal composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Martin
"Kereta api sebagai alat transportasi massal yang sering digunakan oleh masyarakat perlu memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk menjamin keselamatan penumpangnya. Untuk alasan tersebut, kereta api perlu memiliki rem yang memiliki sifat mekanis yang baik, antara lain laju aus yang rendah dan tingkat keuletan yang optimal. Rem yang terbuat dari komposit (kombinasi antara material logam dan polimer) menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan sifat laju aus dan tingkat keuletan yang optimal sebagai aplikasi kanvas rem kereta api. Dan untuk mengetahui sifat mekanik tersebut perlu dilakukan pengujian aus pada skala lab dan SEM untuk mengetahui tingkat kehomogenan antara matriks dan penguat. Melaui penelitian ini, didapatkan bahwa rem komposit Logam-Polimer memiliki nilai Laju Aus yang lebih besar daripada rem komposit Polimer. Dan tingkat kehomogenan antara matriks dan penguat mempengaruhi tingkat Laju Aus.

Train, as a mass transportation vehicle which used frequently, requires high safety factor to ensure passenger?s safety. For that reason, train must have brake canvas that has good mechanic properties; as low wear rate and optimum ductility. Brake that made from composite (combination of metal and polymer) becomes a alternative material to obtain brake canvas which has optimum wear rate and ductility for train application. Wear testing is used to study wear rate and SEM is used to study the distribution of reinforcement in matrix. As conclusion, brake canvas metal-polymer composite has higher wear rate than brake canvas polymer composite. And distribution of reinforcement in matrix affect wear rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmayadi
"Dewasa ini terdapat suatu tuntutan untuk menemukan berbagai macam material pengganti yang memiliki biaya produksi lebih rendah tetapi dengan kekuatan yang sama atau bahkan lebih kuat dari material konvensional. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan menggabungkan berbagai macam material konvensional yang memiliki karakteristik tertentu sehingga didapatkan material komposit dengan karakteristik yang jauh lebih unggul daripada material biasa serta dengan biaya produksi yang rendah. Salah satu aplikasi dari material komposit adalah pada rem kereta api. Sifat yang paling penting dari rem kereta api adalah ketahanan ausnya. Untuk mendapatkan rem kereta api yang memiliki ketahanan aus yang tinggi dilakukan pencampuran beberapa material seperti logam, polimer, dan keramik sehingga dihasilkan komposit rem kereta api dengan berbagai macam konstituen dan komposisi. Sehingga diperlukan pengujian ketahanan aus rem koposit ini untuk mengetahui komposisi dan konstituen yang menghasilkan ketahanan aus paling besar. Pengujian dilakukan dengan mesin uji keausan Ogoshi dengan variabel kecepatan, jarak luncur, dan beban pada bagian kiri, tengah dan kanan rem. Kecepatan yang digunakan adalah sebesar 1,97; 2,38; dan 2,91 m/sec. Jarak luncur yang digunakan pada penelitian ini adalah 100, 200, dan 400 m. Sedangkan beban yang digunakan sebesar 3,16; 6,32; dan 12,64 Kg. Dari hasil penelitian ini diketahui telah terjadi peningkatan laju keausan pada komposit keramik fiber yang dipanaskan selama 2 jam dibandingkan dengan komposit keramik fiber yang tidak dipanaskan sampai dengan 37,7 % dan peningkatan laju keausan sampai dengan 22,7 % untuk keramik fiber yang telah dipanaskan selama 4 jam dibandingakan dengan keramik fiber yang dipanskan selama 2 jam.

Many of our technologies requaire materials with unusual combination of properties that cannot be met by conventional metal alloys, ceramics, and polymeric materials. One solution for this problem is combining different conventional materials which have different properties. Combining material resulting new material called composites which heve better properties and low production cost. One of aplication composite material is train brake pad. The most important properties of brake pad is wear properties. To get high wear resistance, we mixing different type of material, for example metal, polymers, and ceramics. We use wear testing to know composition and constituen of composites which result higher wear resistance. Ogoshi wear testing machine used to do this experiment. Velocity(1,97; 2,38; dan 2,91 m/sec), sliding distance(100, 200, dan 400 m), and load(3,16; 6,32; dan 12,64 Kg) are use as variable in wear testing. From experiment, we know that wear rate of ceramic fiber heated for 2 hours increase 37,7 % from ceramics fiber no heated and wear rate of ceramic fiber heated for 4 hours increase 22,7 % from ceramics fiber heated for 2 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Diana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T40043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
"Komposit dengan matriks polimer dan penguat serat telah menjadi material yang dipakai secara meluas pada aplikasi-aplikasi struktural dimana dibutuhkan rasio kekuatan dan kekakuan terhadap berat yang tinggi. Walaupun demikian komposit serat dengan matriks polimer memiliki kelemahan terhadap pembebanan tekan. Satu dan sekian banyak penjelasan untuk hal ini adalah karena mekanisme perpatahan mikro plastis (plastic microbuckling) yang disebabkan oleh adanya ketidak-lurusan serat (fibre misalignment, deformasi plastis matriks serta kehadiran peningkat tegangan seperti daerah kaya resin (resin-rich region). Pada aplikasi kelautan dalam iklim tropis seperti di Indonesia, kelemahan ini diperbesar oleh adanya mekanisme penurunan modulus kekakuan matriks polimer oleh absorpsi ion-ion klorida dari air laut, oksidasi dari udara serta serangan sinar ultraviolet matahari terhadap rantai karbon polimer. Sebagai salah satu pertimbangan untuk mendisain material komposit bagi aplikasi-aplikasi tersebut, informasi visual mengenai tahapan terjadinya kerusakan oleh perpatahan mikro plastis sebagai mekanisme dominan kegagalan tekan pada komposit matriks polimer perlu dipahami dengan baik. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk memodelkan mekanisme perpatahan mikro-plastis tersebut, yang diharapkan dapat ditunjukkan oleh benda uji komposit yang telah diekspos dalam lingkungan air laut.
Pengujian tekan uniaksial telah dilakukan pada komposit model yang memiliki ketidak sempurnaan berupa daerah ketidak lurusan serat terbatas. Komposit model dibuat dari lembaran-lembaran Baja tipis yang direkat dengan adhesive film (resin epoksi). Teknik perekaman dengan video digunakan untuk memperoleh tahapan-tahapan kerusakan yang terjadi pada benda uji dengan jelas. Dengan menggunakan komposit model dan teknik tersebut, awal terjadinya perpatahan mikro (microbuckling) serta tahap-tahapan kerusakan dapat diamati secara eksperimental dengan baik terutama pada benda uji yang belum diekspos dalam air laut. Pada benda uji yang telah diekspos dalam air laut mekanisme kerusakan yang dominan adalah splitting yang merupakan konsekuensi penurunan atau degradasi ikatan antar muka serat dan matriks. Hasil pengujian temperatur transisi gelas (g) mengindikasikan penurunan modulus kekakuan komposit yang selanjutnya akan menurunkan kekuatan tekan komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Afriani
"ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pembuatan komposit anoda grafit bermatriks polimer yang berbentuk lembaran tipis. Komposit anoda grafit dibuat dengan metode doctor blade, yaitu dengan melakukan homogenisasi antara grafit, carbon black, dan LiClO4 yang bervariasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 % yang berfungsi sebagai filler, dengan matriks polimer EVA. Polimer Ethylene Vynil Acetate (EVA) berfungsi sebagai binder dan Polyethylene glycol (PEG) sebagai plasticizer. Pengamatan struktur kristal menggunakan difraksi sinar-X menunjukkan tidak terdapat perubahan struktur kristal dari grafit dengan penambahan LiClO4 dan polimer. Dari analisa DTA, menunjukkan tidak terjadi dekomposisi LiClO4 selama proses pembuatan. Analisa SEM menunjukkan terbentuk komposit anoda grafit bermatriks polimer yang homogen serta terjadi interaksi yang kuat dan baik antara LiClO4 dengan matriks polimer EVA. Konduktivitas listrik komposit anoda meningkat dengan penambahan LiClO4 dan mencapai nilai optimum pada penambahan 4% LiClO4 yaitu sebesar 3,838 x 10-5 Scm-1 untuk nilai konduktivitas total dan sebesar 9,512 x 10-5 Scm-1 untuk nilai konduktivitas elektron. Melalui analisa AAS diketahui konsentrasi optimum litium dalam komposit anoda grafit pada penambahan LiClO4 6%. Kata kunci : komposit, anoda, baterai litium, PMC,EVA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S35955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Tri Wahyuni
"Rem memiliki peran sangat penting karena dapat mengatur laju kendaraan. Rem adalah suatu sistem ketahanan gesekan buatan yang diaplikasikan pada sesuatu yang bergerak (moving member) untuk memperlambat atau menghentikan pergerakannya dengan menyerap energi kinetik dan menghilang dalam bentuk panas ke atmosfer sekitar. Cakram rem memerlukan material dengan kekerasan dan kekuatan tekan tinggi serta ketahanan aus dan konduktivitas termal yang baik, maka dari itu cakram rem biasanya terbuat dari besi tuang, namun dapat juga terbuat dari bahan komposit, seperti karbon, Ceramic Metal Composite (CMC), dan Metal Matrix Composite (MMC). Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan penguat pada komposit matriks aluminium terhadap struktur mikro, sifat mekanis, dan ketahanan aus untuk aplikasi cakram rem. Fokus pada penelitian ini adalah matriks komposit Al-11Zn-5Mg dengan variasi 0 dan 10 vol.% kadar SiC yang dibuat dengan metode squeeze casting. Pemilihan SiC sendiri diharapkan dapat menjadi penguat untuk peningkatan pengerasan pada matriks komposit tersebut. Selanjutnya dilakukan laku panas dimulai dari laku pelarutan pada temperatur 450 °C selama 1 jam diikuti dengan pendinginan cepat, kemudian dilakukan penuaan pada temperatur 200 °C selama 2 jam. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian komposisi kimia, pengamatan struktur mikro, x-ray mapping, dan SEM – EDS (Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive Spectroscopy), pengujian XRD (X-Ray Diffraction), perhitungan porositas dan DAS (Dendrite Arm Spacing), pengujian kekerasan, impak, dan laju aus. Hasil pengujian menunjukkan penambahan SiC 10 vol.% meningkatkan nilai kekerasan komposit dari 72.1 HRB menjadi 79.5 HRB. Fasa yang terbentuk setelah penuaan adalah fasa MgZn2, Mg2Zn11, Fe-Al intermetalik, MgAl2O4, dan Mg2Si. Laju keausan meningkat pada penambahan beban, yaitu masing-masing sebesar 4.27 x 10-3 mm3/m, 10.19 x 10-3 mm3/m, dan 22.33 x 10-3 mm3/m pada beban 2.11, 6.32, dan 18.96 kg pada sampel tanpa penambahan SiC. Namun, laju keausan secara signifikan lebih rendah pada sampel komposit yang mengandung 10 vol.% SiC, yaitu 2.78 x 10-3 mm3/m, 7.26 x 10-3 mm3/m, dan 19.93 x 10-3 mm3/m pada beban 2.11, 6.32, dan 18.96 kg.
.....Brakes have a very important role because they can regulate the speed of the vehicle. Brake is an artificial friction resistance system that is applied to something that is moving (moving member) to slow down or stop its movement by absorbing kinetic energy and dissipating it in the form of heat to the surrounding atmosphere. Brake discs require materials with high hardness and compressive strength as well as wear resistance and good thermal conductivity, therefore brake discs are usually made of cast iron, but also can be made of composite materials, such as carbon, Ceramic Metal Composite (CMC), and Metal Matrix Composite (MMC). This research studied the effect of adding strengthening to the aluminium matrix composite on the microstructure, mechanical properties, and wear resistance for brake disc applications. The focus of this research is the Al-11Zn-5Mg composite matrix with variations of 0 and 10 vol.% SiC content made by squeeze casting method. The selection of SiC itself is expected to be a strengthening material for increasing the hardening of the composite matrix. The samples were heat treated starting from the dissolution treatment at 450 °C temperature for 1 hour followed by rapid cooling, then aging at 200 °C temperature for 2 hours. The tests carried out in this research were chemical composition testing, microstructure observations, x-ray mapping, and SEM-EDS (Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive Spectroscopy), XRD (X-Ray Diffraction) testing, porosity and DAS (Dendrite Arm Spacing) calculations, hardness testing, impact, and wear rate. The test results showed the addition of SiC 10 vol.% obtained higher composite hardness values, which were 72.1 and 79.5 HRB after aging, respectively. The phases formed after aging are MgZn2, Mg2Zn11, intermetallic Fe-Al, MgAl2O4, and Mg2Si phases. The wear rate increases with increasing load, which were 4.27 x 10-3 mm3/m, 10.19 x 10-3 mm3/m, and 22.33 x 10-3 mm3/m respectively at 2.11, 6.32, and 18.96 kg loads in the sample without the SiC addition. However, the wear rate was significantly lower in the composite samples containing 10 vol.% SiC, namely 2.78 x 10-3 mm3/m, 7.26 x 10-3 mm3/m, and 19.93 x 10-3 mm3/m at a load of 2.11, 6.32, and 18.96 kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Fadhlurahman Fauzan
"Latar Belakang: Pengunyahan merupakan proses makanan dihancurkan dan dicampur dengan air liur untuk membentuk bolus untuk ditelan. Proses pengunyahan memberikan tekanan pada gigi yang mempengaruhi degradasi sifat mekanik pada gigi. Salah satu cara untuk mengembalikan email yang terdegradasi adalah dilakukan restorasi dengan bahan seperti resin komposit. Bahan restorasi diharapkan memiliki sifat mekanik yang sebanding dengan email. Tujuan: Menganalisis perbedaan kekerasan mikro permukaan resin komposit mikro hibrida dengan resin komposit nano hibrida. Metode: 8 spesimen resin komposit mikro hibrida (Kerr Herculite™ Précis Composite) dan 8 spesimen resin komposit nano hibrida (Kerr Harmonize™ Nano hibrida Universal Composite) disiapkan untuk uji kekerasan mikro permukaan lalu dianalisis dengan uji Independent T-Test. Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna dengan signifikansi p<0,041 (p<0,05) antara nilai kekerasan mikro permukaan resin komposit mikro hibrida dan resin komposit nano hibrida dengan nilai kekerasan resin komposit nano hibrida lebih tinggi (45,51 KHN) dibandingkan dengan resin komposit mikro hibrida (42,31 KHN). Kesimpulan: Resin komposit nano hibrida memiliki kekerasan mikro permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit mikro hibrida.

Background: Chewing is the process of crushing food and mixing with saliva to form a bolus for swallowing. The chewing process puts pressure on the teeth which affects the degradation of the mechanical properties of the teeth. One of the ways to restore degraded enamel is to do restoration with materials such as composite resin. The restoration material is expected to have mechanical properties comparable to that of enamel. Objective: Analyzing the differences in surface microhardness of microhybrid composite resin with nanohybrid composite resin. Methods: 8 specimens of microhybrid composite resin (Kerr Herculite ™ Précis Composite) and 8 specimens of nanohybrid composite resin (Kerr Harmonize ™ Nanohybrid Universal Composite) were prepared for surface microhardness testing and then analyzed by Independent T-Test. Result: There was a significant difference with a significance of p <0.041 (p <0.05) between the surface micro-hardness value of hybrid micro-composite resin and nano-hybrid composite resin with higher surface microhardness value for nanohybrid composite resin (45.51 KHN) compared to microhybrid composite resin. (42.31 KHN). Conclusion: The nanohybrid composite resin has higher surface microhardness compared to the microhybrid composite resin."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>