Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Khalim Surya
"Galena (PbS) merupakan mineral sulfida dengan nilai ekonomis yang tinggi. Setelah mengalami beberapa proses, timbal akan didapatkan sebagai logam utama. Timbal dapat digunakan dalam pembuatan akumulator dan baterai kering. Dan terkadang untuk pemenuhan kebutuhan dalam bidang korosi seperti dalam pembuatan pipa, sebagai paduan dan lain-lain. Galena yang masih berbentuk ore harus direduksi ukurannya melalui proses comminution. Proses ini melibatkan ore dari tambang langsung (run of mine ore) atau ore yang berasal dari penyimpanan ore setelah ditambang. Untuk mendapatkan ukuran dari ore yang diinginkan maka perlu dilakukan proses yang teliti dan presisi. Dengan menggunakan metode adopsi dapat dibuat disain proses untuk mengolah galena agar lebih ekonomis dan efisien. Sebuah proses comminution melibatkan berbagai macam proses seperti size reduction, size control, dan material handling. Pada tahap size reduction terdapat dua proses utama yaitu crushing dan grinding. Kedua proses ini akan mereduksi ukuran ore sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang ada. Dan untuk proses size control juga terbagi menjadi dua proses utama yaitu screening dan classification. Kedua proses ini digunakan untuk mengontrol ukuran yang dikeluarkan crushing dan grinding dan juga untuk meloloskan ore yang akan menjadi umpan pada proses selanjutnya. Sementara material handling adalah penanganan material selama mengalami proses comminution. Diantara proses yang ada antara lain adalah ore transportation, feeding dan storing. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan menganalisa disain sirkuit comminution untuk reduksi ukuran ore sulfida dari tambang, mengetahui ukuran umpan yang optimal untuk tiap proses reduksi dan tingkat recovery dari tiap proses, menentukan dan menganalisa penggunaan peralatan dalam tiap proses yang ada. Disain sirkuit terdiri dari crushing, grinding, screening, classification, dan material handling. Pada cruhing ore dari tambang akan direduksi menjadi 150 mm. Dan pada proses grinding akan direduksi melalui dua tahap yaitu menjadi 25-30 mm pada SAG mill dan 65 ? 75 _m pada ball mill. Screen dan classifier digunakan sebagai pengatur ukuran yang dikeluarkan crusher dan mill. Material handling digunakan untuk mengatur distribusi ore, penyimpanan, dan pengaturan umpan. Transportasi menggunakan truk, belt conveyor, dan pipa. Penyimpanan menggunakan short term stockpile. Dan pengaturan umpan menggunakan apron feeder pada crusher dan vibrating feeder pada SAG mill.

Galena (PbS) is one of sulfide mineral with high economical value. After being process in several stage, lead from galena can be useful as main metal. Lead can be used as acccumulator and dry battery material. Sometimes it is used for meeting a demand in corrosion field such as pipe making, alloying, etc. Galena in ore form must be reduced in size by comminution. Comminution involves run-ofmine ore or ore from storage after being mined. Needed accurate and precise process to reduce the size. Process design by adoption method can be performed to make an economic and efficient process for processing galena. A comminution process involves lot of process such as size reduction, size control, and material handling. Stage size reduction consist of two main process, crushing and grinding. Both process reduce ore size confirm with requirement and need. And size control also divided by two main process, screening and classification. Processes are used to control size on crushing and grinding discharge and also to pass ores for feeding the next stage. Material handling handle material in each process from mine to teh end of comminution process. Material handling consist of ore transportation, feeding, and storing. This research are purposed to get and analyze comminution design circuit to reduce sulfide ore from mine, knowing optimum feed size and recovery degree in each process, determine and analyze usage of equipment in each process. Circuit design consist of crushing, grinding, screening, classification, and material handling. In crushing plant, ore from mine will be reduced become 150 mm in size. Grinding will reduce ore in two stages, become 25-30 mm by SAG mill and 65-75 _m by ball mill. Screen and classifier used as size control for crushing and grinding discharge ores. For material handling, truck, belt conveyor, pipe are used for transportation. Short term stockpile for storage and apron feeder for feeding crusher and vibrating feeder for feeding SAG mill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Alfiandy
"Galena merupakan mineral sulfida yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga pengolahannya menjadi perlu untuk dilakukan. Namun, keberadaan galena yang selalu bergabung dengan mineral sulfida lain menjadi masalah. Flotasi merupakan metode paling tepat untuk memisah galena dengan mineral sulfida lain. Untuk mengolah galena dalam skala industri maka perlu dilakukan pendisainan sirkuit flotasi galena. Pendesainan sirkuit flotasi galena dilakukan dengan melakukan riset serta pengujian laboratorium dalam waktu yang lama dan memerlukan biaya yang besar. Metode lain untuk mendisain sebuah sirkuit flotasi galena adalah menggunakan metode duplikasi sirkuit flotasi galena yang telah ada dengan dilakukan beberapa penyesuaian. Disain sirkuit flotasi selektif galena terdiri dari beberapa sirkuit yaitu rougher primer, rougher sekunder, scavenger, cleaner dan recleaner. Umpan yang digunakan dalam flotasi mengandung 3,5% Pb dan 6,6% Zn serta menghasilkan konsentrat timbal dengan kandungan 71,6% Pb dan 6,5% Zn dengan kemampuan recovery flotasi 78,7%. Reagen-reagen yang digunakan dalam flotasi selektif galena antara lain potassium/sodium ethyl xanthate sebagai collector, sodium sianida (NaCN) dan zinc sulfate (ZnSO4) sebagai depressant sphalerite, soda ash (Na2CO3) sebagai pengatur pH serta methyl isobutyl carbinol (MIBC) sebagai frother.

Galena is a mineral sulphide which has a high economic value, so it have to be proceed. But, galena always appears with another sulfide minerals and it becomes a problem in galena processing. Flotation is the most appropriate methods for galena separation from another sulfide mineral. Galena processing in industrial application needs a flotation circuit design. Designing a galena flotation circuits have to perform a research and laboratory testing which it needs a lot of costs and a lot of times. Other methods for designing a galena flotation circuit is make an adoption method from another galena flotation circuit that have been made by another company with some adjustment. Selective galena flotation circuit design consists of primary rougher circuits, secondary rougher circuits, scavenger circuits, cleaner circuits and recleaner circuits. Flotation feed compositions are 3.5% Pb and 6.6% Zn and it will produce lead concetrates 71.6% Pb and 6.5% Zn with 78.7% flotation recovery. In selective galena flotation is used some flotation reagents, such as potassium/sodium ethyl xanthate as a collectors, sodium cyanide (NaCN) and zinc sulfate (ZnSO4) as sphalerite depressanst, soda ash (Na2CO3) as pH regulators and the last is methyl isobutyl carbinol (MIBC) as frothers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harjanto
"Analisis potensi penghematan energi dan penghematan biaya dilakukan pada proses Kominusi, divisi konsentrasi pabrik pengolahan tembaga di Indonesia. Estimasi perhitungan dilakukan dengan pendekatan perhitungan slurry heat capture ratio dan efisiensi Carnot. Hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa panas hasil proses Kominusi berpotensi untuk dikonversi menjadi energi listrik, dengan estimasi efisiensi konversi sebesar 70%. Dalam hal ini, panas yang dihasilkan dari Ball Mill memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan Semi Autogenous Mill. Sedangkan, potensi energi Listrik hasil konversi panas limbah proses Kominusi diperkirakan sebesar lebih dari 2 GWh/tahun, sedangkan potensi biaya yang bisa dihemat mencapai sekitar 0,2 juta USD/tahun.

An analysis of the potential for energy and cost savings was conducted on the comminution process in the concentration division of copper minerals processing plants in Indonesia. Estimated calculations were carried out using the slurry heat capture ratio approach and Carnot efficiency calculations. The results of the calculation and analysis show that the thermal/heat from the comminution process has the potential to be converted into electrical energy, with an estimated conversion efficiency of 70%. In this case, the heat generated from the Ball Mill has a higher potential than the Semi Autogenous Mill. Meanwhile, the potential for electrical energy from the conversion of Kominusi process waste heat is estimated at more than 2 GWh/year, while the potential costs that can be saved reach around 0.2 million USD/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah
"Pengolahan bijih sulfida diperlukan untuk menghasllkan mineral-mineral sutfida yang akan digunakan sebagal bahan baku proses lanjutan untuk menghasilkan logam-logam timbal, tembaga, dan seng. Teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan cara flotasi, yang telah luas digunakan di dalam Industri pengolahan mineral.
Flotasi dilakukan terhadap mineral tembaga dan seng sutfida dari bijihnya. Anailisis mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis mineral utama yang terdapat di dalam bijih sulfida. Analisis ayak dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran yang ada di dalam bijih, setelah direduksi ukurannya. Dart hasil anailsis ayak dan analisis kimia secara kuantitatif didapatkan kadar kumulatif unsur logam tembaga dan seng , mewakili mineral tembaga dan seng sulfida yang terdapat dl dalam bijih. Analisis derajat liberasi juga dilakukan untuk mengetahul persen liberasi mineral tembaga dan seng sulfida, pada beberapa selang ukuran butiran bijih sulfida.
Pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kolektor terhadap perolehan mineral tembaga clan seng sutfida pada proses flotasi diamati dengan mengukur distribusi tiap mineral 109am sutfida yang ada dl dalam konsentrat dan tailing dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Perolehan terbaik didapatkan pada saat pH campuran 9 dengan menggunakan konsentrasi kolektor Aero 3477 (dilsobutil dltlofosfat) 0,0550 g/kg bijih, menghasilkan perolehan tembaga sulfida sebesar 75,76% dan seng sutfida sebesar 82,68%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The importance of process mineralogy in the mineral industry is not limited only to those matters related to mineral processing but applies also to other purposes such as mineral exploration and environmental studies. The technique helps in identifying phase, phase chemistry, phase abundance, associations, grain size, micro textures, and other characteristic that, from the mineralogy point of view can cause a problem. Thus the problems can be solved properly."
IMJ 2:3 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wiskan Husein
"Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara sebagai organisasi di bawah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mempunyai tugas melakukan pengelolaan aspek "Keselamatan Pertambangan" dan "Perlindungan Lingkungan". Keberhasilan pengelolaan kedua aspek tersebut dilihat dari jumlah kecelakaan, kejadian berbahaya dan kejadian kasus lingkungan. Sementara pada kenyataannya angka kecelakaan di kegiatan pertambangan mineral dan batubara tetap tinggi, terjadi kecelakaan berulang di lokasi yang sama dan diperusahaan yang sama.
Tingginya angka kecelakaan, berulangnya kejadian, seolah-olah tidak terjadi proses pembelajaran dari Direktorat Teknik dan Lingkungan dalam mengelola kegiatan pertambangan khususnya insiden yang terjadi di perusahaan tambang dibawah pembinaan dan pengawasannya. Improvement dapat dilakukan apabila organisasi optimal belajar dari insiden yang pernah terjadi sebelumnya, dengan memperoleh umpan balik dari pengalaman insiden sebelumnya. Kajian kualitatif untuk menilai apakah Direktorat Teknik dan Lingkungan menjalankan proses pembelajaran dengan melakukan pengelolaan dari insiden yang terjadi di perusahaan pertambangan dengan baik. Organisasi mampu mendapatkan pengalaman umpan balik dari insiden, dengan cara memperoleh data dan informasi yang akurat untuk diterapkan pada proses kegiatan pertambangan mineral dan batubara.
Penelitian dilakukan dengan desain kualitatif gap analisis, membandingkan proses yang berlangsung di Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara dengan kondisi ideal berdasarkan literatur. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi serta data sekunder dari literatur dan dokumen terkait insiden kegiatan pertambangan mineral dan batubara.
Penelitian ini menggambarkan masih terdapat gap dari beberapa proses or variable yang menyebab proses pembelajaran organisasi dari pengalaman insiden tidak optimal. Masih terdapat ruang untuk improvement bagi Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara dalam menangani insiden, sehingga organisasi optimal belajar dari pengalam insiden, mampu memperoleh umpan balik.

The Directorate of Engineering and Environment of Mineral and Coal as an organization under the Directorate General of Mineral and Coal has the task of managing the aspects of "Mining Safety" and "Environmental Protection". Successful management of both aspects is seen from the number of accidents, dangerous events and environmental cases. While in fact the number of accidents in mineral and coal mining activities remained high, recurring accidents occurred in the same location and in the same company.
The high number of accidents, the recurrence of events, as if there is no learning process from the Directorate of Engineering and Environment in managing mining activities, especially incidents that occur in mining companies under the guidance and supervision. Improvement can be done if the organization is optimally learned from previous incidents, by obtaining feedback experience from previous incident. A qualitative review to make sure whether the Directorate of Engineering and Environment undertakes the learning process by managing the incidents occurring in the mining company. Organizations are able to gain feedback experience from incidents, by obtaining accurate data and information to be applied to the process of mineral and coal mining activities.
The research was conducted by qualitative design gap analysis, comparing the process which took place in the Directorate of Engineering and Environment of Mineral and Coal with ideal conditions based on the literature. Data sources taken from interviews, observations, literature and documents related to incidents of mineral and coal mining activities.
This study illustrates there are still gaps of some process or variables that cause organizational learning process from the experience of incidents do not running well .There is still room for improvement for the Directorate of Engineering and Environment of Minerals and Coal in handling incidents, so that organization learns very well from the incident experience, and able to obtain feedback.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfari Radian Wahyudya
"Kemajuan perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk melakukan rekayasa material hingga tingkat nano. Kemajuan nanoteknologi saat ini dapat menciptakan alat dan piranti elektrik berukuran sangat kecil. Piranti ini mempunyai kecepatan proses tinggi dan menghasilkan perbandingan nilai kalor per area (fluks) tinggi. Saat ini sebuah sistem pendingin konvensional dengan menggunakan fluida kerja seperti air, oli maupun etilen glikol menjadi tidak mampu dalam mengatasi transfer panas yang tinggi untuk mendinginkan piranti tersebut. Jadi, timbul ide untuk meningkatkan konduktivitas termal fluida dengan cara menyisipkan partikel solid berukuran nano yang memiliki konduktivitas termal jauh lebih baik dibanding fluida dasar. Tetapi proses pembuatan nanofluida ini masih cukup mahal dan tergolong sulit diproduksi secara massal.
Oleh karena itu pada penelitian kali ini melakukan sintesis nanofluida dengan prinsip kominusi (top-down) menggunakan metode penggilingan melalui alat planetary ball mill. Material umpan yang digunakan adalah serbuk karbon konsentrasi 15% volum dan media fluida air distilasi. Parameter proses yang digunakan adalah kecepatan putar alat 500 rpm dan waktu putar efektif 15 jam, tanpa campuran aditif.
Hasil yang didapat kemudian diencerkan menjadi variabel konsentrasi terhadap volum untuk dilihat pengaruhnya terhadap nilai konduktivitas termal. Hasil pengujian ukuran partikel menunjukkan bahwa diameter minimum partikel karbon yang dapat dicapai adalah 347,9 nm (belum dibawah 100 nm) pada variabel 1% volum. Nilai konduktivitas termal mengalami kecenderungan kenaikan sebesar 2,809% pada setiap peningkatan kadar karbon 1%.

Recent technology development gives possibility for mankind to be able to manipulate and develop material in nano scale. Development of nanotechnology can produce super-mini electrical devices. These devices have great processing speed and produce great amount of heat in localized area (heat flux). Nowaday, a conventional cooling system with traditional working fluids, such as water, oil or ethylene glycol became unable to handle great amount of heat flux, in order to chill the device. Thus, an idea emerge to improve thermal conductivity of base fluid by dissipating solid nano particle which has greater thermal conductivity than base fluid. However, this nanofluid processing is still expensive and difficult for mass production.
Therefore, this research will study about nanofluid synthesize by comminution (top-down) method, using planetary ball mill. Feeds used in this research are carbon powder with 15% concentration of base fluid volume and distilated water as base fluid. Variables used are 500 rpm milling speed and 15 hours effective milling time of the planetary ball mill, without additive mixing.
The result obtained is divided into some variables base on concentration to see the effect toward thermal conductivity value. The particle size testing result shows that minimum diameter of carbon particle achieved is 347.9 nm (not under 100 nm yet) at 1% volume variable. Thermal conductivity has increasing tendency about 2,809% for every 1% carbon concentration increase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51497
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Raharjo Dipokusumo
"Penelitian ini difokuskan pada proses ekstraksi, khususnya pelindian dengan Bayer Process, dan memperlihatkan pengaruh konsentrasi pelindian dengan NaOH terhadap perubahan kadar unsur-unsur logam yang ada pada bauksit dan mineral ikutan atau Red Mud. Hasil yang didapatkan adalah kadar unsur Al semakin menurun dari 31% pada bauksit awal menjadi 12,05% pada konsentrasi 1,5 M. Kadar unsur Si pada tren stabil, bauksit awal adalah sebesar 4,03% sedangkan pada konsentrasi pelindian 1,5 M menjadi 5,1%. Peningkatan kadar juga terjadi pada logam Titanium, dari tidak terdeteksi pada bauksit awal hingga menjadi sebesar 2,08% pada pengotor di konsentrasi pelindian tertinggi sebesar 1,5 Molar. Unsur logam Fe (besi) pada pengotor mengalami kenaikan kadar dimana pada bauksit awal ditemukan kadar Fe sebesar 4,12% sedangkan pada konsentrasi pelindian 1,5 M diperoleh kadar sebesar 22,32%. Dari hasil proses pelindian dengan Bayer Process, pengolahan Red Mud mampu memberikan keuntungan dari sisi ekonomi Dengan didapatnya peningkatan kadar Titanium yang memiliki harga jual tinggi.

This Study Focused on extraction process, especially the Bayer Process leaching method, and showed the influence of leaching concentration on changes in levels of metal element exist in bauxite and gangue minerals or Red mud. The result is the content of Al decreasing from 31% at the raw bauxite, to 12,05% at 1,5 Molar NaOH concentration. Meanwhile, the Si element stay at the stable level, because it hovering at 4,03% on the raw bauxite, then stay at 5,1% in the 1,5 Molar NaOH concentration. However, the concentration of Titanium increase from undetectable at the raw bauxite, to 2,08% at 1,5 Molar NaOH concentration. And finally, the Fe element content increasing from 4,12% at the raw bauxite, to 22,32% at 1,5 Molar NaOH concentration. In conclusion, processing Red Mud from the leaching process using the Bayer Prrocess can provide economic benefit because the level of Titanium, which has a high selling price, increase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51662
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edward, Richard Jeza
"Penelitian ini difokuskan pada proses ekstraksi, khususnya pelindian dengan Bayer Process, dan memperlihatkan pengaruh temperatur pelindian terhadap perubahan kadar unsur-unsur logam yang ada pada bauksit dan mineral ikutan atau Red Mud. Hasilnya adalah Kadar unsur Al semakin menurun dari 31% pada bauksit awal, 16,51% pada temperatur 80°C, hingga menjadi 12,56 % pada temperatur 240°C. Kadar unsur Si semakin meningkat dari 4,03% pada bauksit awal, hingga 9,19% pada temperatur 120°C. Kemudian menurun hingga 4,65% pada temperatur 240°C. Hal ini menunjukkan kadar Al di larutan sodium aluminat semakin tinggi, sementara kadar Si pada larutan tersebut semakin sedikit. Kemudian Kadar unsur Titanium semakin meningkat dari tidak terdeteksi pada bauksit awal, 1,45% pada temperatur 80°C, hingga 1,98% pada temperatur 240°C. Kadar unsur Fe semakin meningkat dari 4,12% pada bauksit awal, 18,05% pada temperatur 80°C, hingga 27,22% pada temperatur 240°C. Pengolahan Red Mud dari hasil proses pelindian menggunakan Bayer Process mampu memberikan keuntungan dari segi ekonomi dengan didapatnya peningkatan kadar Titanium yang memiliki harga jual tinggi.

This study focused on extraction process, especially the Bayer Process leaching method, and showed the influence of leaching temperature on changes in levels of metal elements exist in bauxite and gangue minerals or Red Mud. The result is the content of Al decreasing from 31% at the raw bauxite, 16.51% at a temperature of 80°C, up to 12.56% at a temperature of 240°C. The element Si increasing from 4.03% at the raw bauxite, up to 9.19% at a temperature of 120°then decreased to 4.65% at temperatures of 240°C. This shows the Al content at sodium aluminate solution will increase, while the Si content in the solution will decrease. Then the concentration of Titanium increased from undetectable at the raw bauxite, 1.45% at a temperature of 80°C, up to 1.98% at a temperature of 240°C. Fe element content increasing from 4.12% at the raw, 18.05% at a temperature of 80°C, up to 27.22% at a temperature of 240°C Processing of Red Mud from the leaching process using the Bayer Process can provide economic benefits because of the increasing levels of Titanium, which has a high selling price."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51549
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chinta Pratama Saputra
"Pencemaran yang diakibatkan oleh limbah minyak bumi telah mencapai tingkat yang memprihatinkan, ditambah lagi teknologi pengolahannya masih belum efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena limbah minyak bumi merupakan limbah yang sulit untuk didegradasi oleh bakteri karena banyaknya kandungan senyawa ikatan kompleks di dalamnya. Karena itu, pada penelitian ini digunakan proses ozonasi sebagai pretreatment dengan tujuan untuk meningkatkan proses biodegradasi. Adapun variasi kondisi operasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dosis ozon dan nilai pH serta bakteri yang digunakan sebagai agen pendegradasi adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan proses ozonasi dapat meningkatkan biodegradasi yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase degradasi dan pertumbuhan populasi bakteri. Selain itu, kemampuan bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam mendegradasi limbah minyak bumi berbeda-beda untuk masing-masing nilai pH. Persentase degradasi tertinggi untuk variasi dosis ozon didapatkan sebesar 79,32% dicapai saat dosis ozon 0,53 g/jam, sedangkan untuk variasi pH dicapai saat pH bernilai 7 sebesar 75,21%.

Contamination caused by petroleum waste has reached alarming levels, plus its processing technology is not yet effective and efficient. This is caused by petroleum waste is difficult to be degraded by bacteria because of the many complex bonding compound content in it. Therefore, this study used ozonation as pretreatment process with the aim to enhance the biodegradation process. The variations in operating conditions performed in this study was a dose of ozone and pH. The bacterial isolates were used as a degrading agent is the bacteria Pseudomonas aeruginosa.
The results obtained showed that ozonation processes can enhance biodegradability as indicated by the increase in the percentage of degradation and population growth of bacteria. In addition, the ability of the bacteria Pseudomonas aeruginosa in degrading petroleum waste vary each pH value. The highest percentage of biodegradation for ozone dose variation obtained 79.32% achieved at doses of 0.53 g ozone / h, while for the variation of pH value obtained 75.21% achieved at pH 7.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>