Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marganda, Simon
"Di beberapa tempat tertentu terdapat fenomena dimana sebuah jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki mendapatkan tambahan fungsi sebagai tempat berjual beli. Dengan adanya kebutuhan tersebut didukung serta dengan bersarnya kuanlitas orang yang berjualan, maka tempat-tempat tersebut direncanahakan sedemikian rupa sehingga terlindungi dari kondisi alam yang tidak diinginkaan. Dengan demikian terbentuklah suatu bangunan yang memberikan suatu pengaruhh fisik maupun tingkah laku terhadap lingkungan sekitar. Bangunan itu disebut jembatan niaga.
Apakah kondisi (kriteria Iokasi) yang memungkinkan terbentuknya bangunan jembatan niaga tersebut. Bagaimana pengaruh kberadaan bangunan tersebut terhadap tingkah Iaku orang yang berada disekitarnya seperti orang yang melalui jalan yang berada di bawah jembatan toko tersebut. Dalam karya ilmiah ini, penulis mencoba untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan manusia di sekitar jembatan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Charisa
"Bangunan memiliki potensi untuk berubah. Namun, tidak semua bangunan dapat mengakomodir perubahan guna. Bangunan ruko adalah contoh bangunan yang dianggap fleksibel terhadap perubahan guna. Fenomena maraknya pembangunan ruko dipicu oleh anggapan bahwa ruko dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan. Ruko yang semula digunakan sebagai rumah dan toko, kini didesain agar dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan.
Tiap bangunan dengan kegunaan yang berbeda tentunya memiliki kriteria bangunan yang berbeda pula, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkanpun berbeda. Namun, dalam bangunan ruko, keberagaman guna bangunan diupayakan agar dapat diakomodir dalam bentuk bangunan yang serupa. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah keberagaman guna yang ditawarkan ruko dapat benar mengakomodir kebutuhan-kebutuhan penghuni yang berbeda. Skripsi ini akan membahas sejauh mana tingkat fleksibilitas bangunan dapat mengakomodir perubahan guna pada bangunan.
Fenomena berkembangnya ruko dengan berbagai kegunaan ini mengantarkan pada tindakan-tindakan penghuni ruko untuk menyesuaikan ruko sesuai dengan kebutuhannya. Perubahan-perubahan terhadap bangunan dilakukan sebagai upaya menyelaraskan hubungan antara bentuk bangunan dengan kegunaan yang harus diakomodirnya.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan terhadap kompleks ruko di wilayah Cinere dapat disimpulkan bahwa tidak mudah untuk menemukan bentuk bangunan yang benar-benar fleksibel. Untuk mencapai bangunan yang fleksibel, maka diperlukan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan kegunaan bangunan yang dipilih. Tingkat fleksibilitas suatu bangunan dapat diamati melalui struktur, tampak luar bangunan, area servis, layout ruang, dan interior bangunannya. Semakin banyak perubahan yang terjadi maka menandakan tingkat fleksibilitasnya semakin kurang.

Building has the potentials to change. However, not all buildings could accommodate the change of building uses. Shophouse is an example of buildings that are regarded as flexible towards the change of building use. The rapid development of shophouses was triggered by the view that shophouses could accommodate various sorts of building uses. Shophouse that was originally used just as a house and a shop has recently been designed in order to accommodate all various sorts of building use.
With the different uses of each building there is also a different building criteria for each, so is the fo rm of the building that was produced. In the case of shophouses the various sorts of uses was striven so that could be provided in the form of the similar building. This matter raised the question whether the various uses that are offered by shophouses could truly accommodate the occupants? different requirements. This writing will discuss the extent to which building flexibility could accommodate the change in building uses.
The expansion of shophouses with various uses generates occupants? actions to adapt shophouses in accordance with their requirements. These changes were carried out as the efforts in balancing the relations between the form of building and its uses.
Based on the case study that was carried out towards the complex of shophouse in Cinere, it could be concluded that it is not easy to find the form of building that is really flexible. In order to reach flexible building, changes are needed to adapt the building to the chosen uses. The level of flexibility of a building could be observed through the structure, skin of the building, the area of the services, layout spaces, and the interior of the building. The more the changes that happened indicated the less amount in flexibility level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48398
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutajulu, Roma
"Tesis ini tentang penyelenggaraan manajemen pengamanan fisik di kawasan ITC Kuningan -- Mal Ambasador dengan fokus penelitian terhadap koordinasi pengamanan fisik yang dilakukan oleh satuan pengamanan. Ruang lingkup penelitian adalah : (a) Prosedur operasional tindakan pengamanan fisik yang dilakukan oleh sekuriti ITC Kuningan - Mal Ambasador, dan (b) Koordinasi pengamanan fisik yang dilakukan oleh satuan pengamanan ITC Kuningan - Mal Ambasador.
Penelitian ini akan mempunyai tujuan sebagai berikut : (a) Mengetahui pola hubungan manajemen pengamanan fisik di ITC Kuningan - Mal Ambasador, dan (b) Mengetahui pola yang khusus menghasilkan hubungan antar individu.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara mend alam dan penelusuran dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Kebijakan pengamanan pengelola gedung adalah membentuk kepala seksi pengamanan yang berada dibawah Departemen HRD dan GA. Operasionalisasi pengamanan yang dilakukan oleh satuan pengamanan melalui outsourcing dan internal pengelola gedung dengan berpedoman pada standar prosedur operasional yang sama. Koordinasi pengamanan gedung dilakukan oleh Kepala Sekuriti (Chief Security) masing-masing dan melakukan koordinasi bersama dibawah koordinator Kawasan ITC Kuningan - Mal Ambasador.
2. Koordinasi yang dilakukan antar personil satuan pengamanan menggunakan mekanisme koordinasi penyesuaian timbal balik karena hubungan antar individu/unit satuan pengamanan memiliki kesalingtergantungan timbal balik (reciprocal); sedangkan antara satuan pengamanan dengan kepolisian memiliki hubungan kesalingtergantungan berurutan (sequential) sehingga mekanisme koordinasi berdasarkann perencanaan. Adapun hubungan antara satuan pengamanan dengan karyawan merniliki kesalingtergantungan terpisah (polled) sehingga jenis koordinasi dilakukan berdasarkan suatu standar tertentu.
3. Hubungan antara satuan pengamanan dan manajemen bersifat vertikal dan formal, sedangkan hubungan dengan karyawan bersifat horisontal dan formal. Hubungan satpam dengan penyewa dan pengunjung bersifat horisontal dan informal. Kedua hubungan tersebut mendukung upaya penciptaan rasa aman dan nyaman. Sebaliknya, hubungan harrnonis antara satpam dengan supir angkot yang bersifat horisontal dan informal mengandung potensi konflik antar keduanya karena perbedaan tujuan.
4. Dilihat dan tingkat pengamanan fisik, pengamanan yang dilakukan oleh manajemen termasuk dalam "menuju" katagori High Level Security. Salah satu aspek yang belum mencukupi katagori sesungguhnya High Level Security karena belum tersedianya formal contingecy plans. Dari segi teknologi pengamanan masih belum memiliki kelengkapan yang sama. ITC Kuningan memiliki alat kontrol digital terhadap kegiatan pengamanan, sedangkan Mal Ambasador memiliki jaringan otomatis ke dinas pemadam kebakaran.
5. Dalam menjalankan fungsi pengawasan keamanan, dilaksanakan pengawasan pendahuluan dan pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan. Hal ini dinilai relevan karena sifat pengamanan yang Iebih menekankan pada tindakan preventif dan aktif."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiro Ribismo
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheryl
"Pada kota urban, ruang publik didominasi oleh kawasan komersial seperti pusat perbelanjaan, kafe, atau pasar. Menurut Oldenburg, ruang-ruang berkumpul ini adalah third place yang menurutnya adalah the heart of every community dan memberikan keterikatan komunal di dalam lingkungan. Dalam menggunakan third place, terdapat aktivitas sharing. Sharing adalah perilaku alami manusia yang diartikan sebagai memiliki, menggunakan, memberikan atau menempati dengan orang lain sehingga pasti melibatkan lebih dari satu orang. Melalui sharing, masyarakat dapat terlibat dalam collaborative consumption saat menempati ruang third place dan membangun keterikatan komunal. Namun, transaksi ekonomi bukanlah sharing dan membuat bangunan komersial dikaitkan dengan tingkat keterikatan komunal yang rendah. Dalam space sharing, manusia memiliki teritorialitas dan personal space yang seringkali mereka tunjukkan saat menggunakan third place. Untuk melihat lebih lanjut, penelitian ini menggunakan observasi langsung dan analisis kualitatif di Tribeca Park sebagai third place di bangunan komersial. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terlepas dari aktivitas ekonomi, keterikatan komunal tetap terbentuk melalui aktivitas sharing yang terjadi secara pasif dan aktif. Sharing dipicu oleh hadirnya atribut seperti hewan peliharaan dan fasilitas. Lalu, pengunjung menunjukkan teritorialitas dan batas personal space menggunakan barang pribadi dan jarak. Kehadiran sharing melalui collaborative consumption membentuk keterikatan komunal pada third place di bangunan komersial.

In urban cities, public places are dominated by commercial places such as shopping malls, cafes, or markets. According to Oldenburg, these public places are third place, acts as the heart of every community and create a sense of belonging in neighborhood. In using third place, people share. Sharing is human natural behavior meaning to partake in having, using, giving, or occupying with other people, therefore, will always involve more than one person. By sharing, people involved in collaborative consumption when occupying third place and Thus build the sense of belonging. However, the economic transaction is not sharing, hence the commercial building is associated with a low sense of belonging. In space sharing, human has territoriality and boundary of personal space and shown when using third place. To see further, this study used direct observation and qualitative analysis at Tribeca park as third-place in commercial building. The observation result shows that regardless of economic activities, a sense of belonging can be formed by sharing activities passively or actively. Sharing happened by the presence of attributes such as pets dan facilities. Moreover, people showed territoriality behavior and boundary of personal space by using their private belonging and distance. The presence of sharing through collaborative consumption generates a sense of belonging in third place on commercial buildings."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Puslitbang Jalan dan jembatan, Badan Litbang Kementrian PU, 2007
380 JJJ 24:3 (2007)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Mahkamah Agung, 2004
343.08 PED
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Supartono
"Dalam makalah ini disampaikan perkembangan jembatan modern berbenlang panjang, terutama jembatan beton, yang berkembang pesat berkat kemajuan teknologi beton dan keberhasilan sistem beton pralekan. Selanjutnya disampaikan keuntungan jembatan berbentang panjang dengan sistem cable stay dan perbandingannya dengan sislem kantilever, yang mana keduanya merupakan sistem tekologl modern untuk jembatan berbentang panjang, terutama untuk lokasi pelaksanaan yang relatif sulit. Seiring dengan meningkatnya teknologi beton, jembatan dengan sistem cable slay dapat merupakan suatu pilihan ekonomis untuk jembalan dengan bentang sampai 1000 meter, terutama bila dikombinasikan dengan baja. Sebagai studi kasus, disampaikan jembatan cable stay Normandie, yang saa! ini mcrupakan jembatan cable stay terpanjang dnnia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
KAJ 9:3 (2004) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 2004
347.04 LAP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>