Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Tresno Sejati
"Membangun Di Lahan Basah Merupakan Salah Satu Alternatif Yang Dapat Digunakan Sebagai Pemenuhan Permintaan Akan Kebutuhan Tempat. Tapi Dalam Membangun Di Lahan Basah Tidak Dapat Dilakukan Begitu Saja. Kita Harus Memperhatikan Berbagai Hal Dari Keadaan Tanah Di Site Yang Berdaya Dukung Rendah, Sistem Perbaikan Tanah Yang Dipilih, Teknologi Pondasi Yang Dipergunakan, Cara Mengatasi Kelembaban Sampai Kepada Keadaan Lingkungan Yang Harus Dijaga.
Penulisan Skripsi Ini Berusahan Untuk Memberikan Masukan Bagaimana Sebainya Yang Harus Dilakukan Saat Membangun Di Lahan Basah Yang Sesuai Dengan Karakteristik Lahan Yang Selalu Basah. Hasil Penulisan Skripsi Ini Menunjukkan Bahwa Hanya Ada Beberapa Pondasi Tertentu Yang Sesuai Dengan Lahan Basah, Yaitu Pondasi Tiang, Pondasi Cakar Ayam, Pondasi Rakit Dan Pondasi Sarang Laba-Laba. Selain Pondasi Tiang Yang Dapat Menyangga Bangunan Tinggi, Pondasi Lain Dapat Menyangga Bangunan Dengan Tingkat Ketinggian Bangunan Menengah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rizyan Nyssa
"Rumah Panggung lahan basah umumnya memiliki dua jenis rumah panggung yaitu Rumah Bantaran Sungai dan Rumah Tepi Sungai. Rumah Bantaran Sungai (RBS) merupakan rumah panggung yang pondasinya berada di area aliran sungai sedangkan Rumah Tepi Sungai (RTS) merupakan rumah yang pondasinya berada di area rawa tenang berair. Pada pengamatan awal terlihat bahwa kualitas fisik dari RBS kurang baik jika dibandingkan dengan RTS. Penelitian ini kemudian bertujuan untuk mencari tahu bagaimana ketahanan dari segi struktur, material serta kemudahan dalam teknik konstruksi dan perawatan yang digunakan masyarakat setempat pada dua jenis rumah panggung ini dalam menghadapi kondisi lahan basah. Penelitian ini merupakan penelitian empiris kuantitatif dengan menggunakan metode analisis pengujian laboratorium pada bagian sambungan kayu dan simulasi keandalan bangunan secara digital pada bagian keseluruhan konstruksi. Pada hasil penelitian ini ditemukan RBS dan RTS memiliki perbedaan pada bagian konstruksi pondasi dan jenis sambungan yang digunakan. RBS menggunakan pondasi cerucuk Kayu Galam dengan sambungan Pen-Lobang sedangkan RTS menggunakan pondasi tiang menerus Kayu Galam yang disambung dengan Kayu Ulin menggunakan sambungan Kayu Lidah. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa konstruksi pada RBS ternyata memiliki daya tahan yang lebih baik dari RTS. Hal ini disebabkan kondisi alam RTS yang berada diatas arus sungai menuntut masyarakat menggunakan konstruksi yang lebih memudahkan saat proses konstruksi. Secara keseluruhan ketahanan pada rumah panggung masih bisa dikatakan baik dikarenakan material kayu yang digunakan sangat cocok dengan kondisi Lahan Basah.

Wetland stilt houses generally have two types of stilt houses, namely the Riverbank House and the Riverside House. The Riverside House (RBS) is a stilt house whose foundation is in a watershed area, while the Riverside House (RTS) is a stilt house whose foundation is in a non-tidal swamp area. At the initial observation, it was seen that the physical quality of the RBS was not as good as RTS. This study then aims to find out how the durability in terms of structure, material, and ease of construction and maintenance techniques used by the local community in these two types of stilt houses in dealing with wetland conditions. This research is quantitative empirical research using laboratory test analysis methods on the wood joints section and digital simulation of building reliability in the overall construction section. In the results of this study, it was found that RBS and RTS had differences in the foundation construction section and the type of connection used. RBS uses the Galam Wood cerucuk foundation with a pin-hole wood joint while the RTS uses a continuous pile foundation of Galam wood which is connected to Ulin Wood using a joint called Kayu Lidah. From the test results, it was found that the construction on RBS turned out to have better durability than RTS. This is due to the natural condition of the RTS which is above the river flow, which requires the community to use construction that makes it easier during the construction process. Overall, the durability of the stilt house is categorized in good condition because the wood material used is very suitable for Wetland conditions. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Rakhmani
"Sekolah Dasar sebagai lingkungan belajar anak harus dirancang sedemikian rupa sehingga membuat kegiatan belajar nyaman bagi anak. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan sebuah sekolah dasar agar pada akhirnya memenuhi kenyamanan belajar tersebut. Faktor tersebut antara lain faktor fisik yang terdapat pada lingkungan.
Terbatasnya lahan di daerah kota serta meningkatnya jumlah siswa membuat perancangan sekolah dasar semakin rumit. Perancangan tidak hanya dipusatkan pada susunan ruang dan hubungan antar ruang, tetapi juga mempertimbangkan potensi gangguan yang berasal dari lingkungan. Faktor fisik pada lingkungan yang memiliki potensi untuk mengganggu kegiatan belajar harus dipertimbangkan dalam perancangan sekolah dasar di daerah kota dengan lahan terbatas. Akibat dari antisipasi yang dilakukan sebuah sekolah dasar swasta, pada akhirnya berpengaruh terhadap susunan ruang dan wujud bangunan sekolah tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utaminingsih
"Penelitian mengenai bangunan-bangunan sitinggil pada kompleks keraton Kasepuhan ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberi gambaran lengkap mengenai bentuk bangunan-bangunan sitinggil yang terdapat pada kompleks kraton Kasepuhan dan bangunan-bangunan serupa yang telah ada pada masa sebelumnya, berupa penggambaran pada relief di candi-candi masa Majapahit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pertama, tahap penggumpulan data: dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung yang di dalamnya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pencatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan; serta studi kepustakaan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan penelitian. Kedua, tahap pengolahan data: dilakukan dengan melakukan pemeriari dan analisis terhadap bentuk bangunan-bangunan sitinggil yang terdapat pada halaman kraton Kasepuhan tersebut. Selanjutnya, ketiga, yaitu tahap penafsiran data: dilakukan dengan melakukan perbandingan bentuk bangunan-bangunan sitinggil dengan bangunan-bangunan yang rnempunyai bentuk serupa yang terdapat pada relief di candi-candi Majapahit. Selain itu juga digunakan juga sumber-sumber sejarah sebagai data penunjang. Hasilnya menunjukkan bahwa, terdapat banyak persamaan bentuk antara bangunan-bangunan sitinggil dengan gambaran bangunan-bangunan yang terdapat pada relief di candi-candi dari masa Majapahit. Ternyata persamaan-persamaan itu menunjukan terdapatnya suatu kesinambunganan konsepsi maupun gaya seni bangunan Jawa-Hindu, khususnya dari periode Jawa Timur dalam hal ini Majapahit yang tetap berlanjut hingga ke masa Jawa-Islam, dalam hal ini Cirebon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Trepti Pratiwi
"Dari pengamatan penulis bila mengunjungi rumah sakit pada umumnya, maka banyak pendamping pasien yang duduk-duduk menunggu di selasar ruang rawat inap pasien. Padahal selasar tersebut merupakan jalur lalu-Iintas penting yang harus bebas hambatan. Sehingga bila dipakai untuk duduk-duduk, selain mengganggu kelancaran alur gerak pasien, staf maupun peralatan, juga merubah esensi dan selasar tersebut. Kondisi ini jelas tidak nyaman baik bagi pendamping maupun orang yang hendak melewati seIasar tersebut.
Disini penulis ingin meneliti latar belakang yang menyebabkan fenomena ini ditinjau dan segi kultur budaya maupun sosio-psikologis masyarakat Indonesia pada umumnya. Apabila hal ini terbukti merupakan suatu kultur atau tradisi yang bersifat baik, artinya dapat mendukung kesembuhan keluarganya yang sedang dirawat, maka pendamping pasien ini perlu diperlakukan secara lebih manusiawi dengan menyediakan tempat untuk beristirahat dan melakukan kegiatan sehari-hari."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Eviutami Mediastika
Jakarta: Erlangga, 2005
690 CHR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ruiter, D. de
Jakarta: Erlangga, 1983
690 RUI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Erly Ika Suminar
"Pesatnya perkembangan transportasi udara di dunia, baik dilihat dari sudut semakin besarnya jumlah perusahaan penerbangan maupun semakin banyaknya orang yang bepergian dengan menggunakan pesawat, mengakibatkan keberadaan Bandar udara belakangan ini tidak hanya sebagai tempat naik dan turunnya penumpang pesawat yang datang dan pergi, tetapi juga tempat bertemu informal, tempat berbelanja, bahkan tempat rekreasi yang menjadi magnet bagi masyarakat umum. Maka tak heran bisnis makanan dan pertokoan di bandar udara mengalami perubahan yang sangat drastis. Banyak bandar udara di kota-kota besar menjadi semakin canggih dan mewah dengan dilengkapi pusat perbelanjaan yang lengkap yang dikenal dengan istilah airport shopping. Perubahan itu tidak terlepas kehidupan berbelanja (shopping) yang sudah menjadi bentuk kegiatan masyarakat sehari-hari, begitu juga dengan pembangunan pusat perbelanjaan yang sangat pesat di kota-kota besar dunia yang seolah tak dapat dihindari. Bahkan bukan saja bandar udara yang sudah berkembang seperti pusat perbelanjaan, tetapi banyak bentuk bangunan umum lainnya, yaitu stasiun kereta, museum, rumah sakit, sekolah, dan kemiliteran. Walaupun banyak pendapat yang mengatakan bahwa airport shopping adalah tempat placeless yang mengorbankan sense of place, tetapi airport shopping berusaha membuat ruang transisi para pelancong menjadi lebih baik untuk mendapatkan sence of comfort dan sense of security. Oleh karena itu itu perlu adanya penelitian terhadap tata letak fasilitas pendukung, dalam hal ini komersial, di terminal bandar udara agar rancangannya nyaman, aman, efektif, efesien dan tidak mengganggu aliran penumpang dan barang yang menjadi bagian penting dalam bandara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41152
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Joice Despin M.
"Untuk memulainya, marilah kita kilas balik sesaat Dahulu manusia mencita ramah tinggal, bukan sekedartempat tinggal saja, tapi ada tujuan seperti sarana beribadah, bersosialisasi, atau untuk pengungkapan ekspresi diri Dari latar belakang tersebut, terwujudlah rumah tinggal atau ruang berkegiatan yang di dalamnya mempunyai nilai- nilai atau maksud tertentu. Bentuk yang muncul pun mencerminkan nilai-nilai dan maksud itu. Seperti contohnya bangunan Meru (salah satu komponen dalam pura Bali) yang mempunyai atap berundak/lapis 5, maksudnya menunjukkan 4 arah utama utara- timur-selatan-barat ditambah pusatnya Tuhan.
Konsep bangunan tradisional pada penulisan ini, mengandung arti suatu konsep yang dikandung pada bangunan tradisional mengenai bagian-bagian kepala-badan-kaki pada bangunan. Dianalogikan bagian kepala-badan-kaki itu adshh atap-dinding/lantai- pondasi Namun bagian-bagian itu tidak sekedar bentuk semata. Di yakini bagian-bagian tersebut juga mempunyai nilai dan maksud tertentu seperti halnya Meru di atas.
Bangunan tinggi, sampai sekarang diyakini sebagai salah satu jawaban aras keterbatasan lahan yang semakin hari semakin bertambah. God still creates everything ecceptland, istilah yang sangat sesuai mengungkapkan atas kondisi sekarang ini. Ruang semakin dijelajah ke arah vertikal, bahkan hasrat menjelajah vertikal itu sampai ke luar bumi, begitu minimnya ternyata bumi kita ini sekarang. Dalam penulisan ini tidak sampai menjelajah sampai luar bumi.
Bangunan tinggi diciptakan untuk lebih mementingkan kuantitas ruang yang tingkat fungsionalitasnya tinggi. Terlebih lagi bangunan tinggi kaca. Bangunan tinggi kaca adalah bangunan tingkat tinggi yang bahan penutup fasadenya menggunakan kaca. Dan penulis menspesifikkan(,yang seluruhnya ditutupi oleh kaca
Jadi apakah bangunan tinggi kaca masih menatapkan konsep kepala-badan-kaki yang diserap dari bangunan tradisional. Terlebih di era modern ini yang lebih mengutamakan fungsionalitas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Nurdini Rospitha
"Merealisasikan Bandar udara masa depan sebagai aerotropolis dan memenuhi kriteria sebagai bandara berkelanjutan atau sustainable tidak hanya demi meningkatkan kebutuhan akan transportasi yang baik dan aman, akan tetapi juga untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat aktifitas di bandara. Polusi suara sebagai salah satu dampak lingkungan, selalu menjadi salah satu isu yang penting untuk diselesaikan di kawasan sekitar bandara. Menentukan area yang terpapar oleh polusi suara yang diakibatkan oleh pesawat udara membutuhkan aircraft?s noise modelling yang akan memetakan area polusi suara di sekitar bandara dengan menggunakan program computer seperti misalnya Integrated Noise Modelling. Dimana program ini membutuhkan masukan data berupa infrastruktur bandara, trayek lalu lintas di udara, kondisi cuaca, dan bentuk permukaan tanah atau topography di sekitar bandara. Peta yang diproduksi akan bermanfaat dalam penerapan system untuk pengukuran dan pengawasan terhadap kebisingan sebagai salah satu solusi dalam melindungi masyarakat dari dampak yang berlebihan dari kebisingan pesawat udara. Implementasi dari system yang terintegrasi seperti Sentinelle dan VITRAIL (VIsualisation des Trajectoires et des Informations en Ligne) di Perancis telah dipelajari dalam tesis ini dalam hal metode dan bagaimana cara untuk dapat diterapkan di bandar udara di masa mendatang.

Actualize the future airport as an aerotropolis and meet sustainable criteria not only for improving the needs of a good quality and safety transportation, but also minimize the environmental impact of airport activities. Noise pollution as one of this impact always becomes the most important issue to solve around the urban area in the vicinity of aerodrome. Defining the exposed area by nuisance needs aircraft?s noise modelling which will produce the noise map zone with software such as Integrated Noise Modelling required input of airport?s infrastructure, traffics, trajectories, weather report, and topography surround the aerodrome. The map produced will be an effort for implementing Smart noise solution as one best solution to protect the community from the impact of aircraft?s noise. The implementation of one integrated system of smart noise measurement and monitoring such as Sentinelle and VITRAIL (VIsualisation des Trajectoires et des Informations en Ligne) in France has been studied in this report in order to learn about how its work and implement them in the future airport.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>