Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ainulia Paramita
"Tahan gempa, murah, kokoh, singkatnya waktu pengerjaan adalah beberapa keuntungan (kelebihan) dari Rumah Bambu Plester atau yang biasa disebut Mabuter. Rumah Bambu Plester ini dibangun sebagai rumah tahan gempa yang dapat meminimalisir kerugian akibat gempa dan korban jiwa. Oleh karena itu, mabuter lebih cocok dibangun di daerah tahan gempa. Namun, rumah ini juga bisa digunakan sebagai rumah tinggal di daerah yang jarang gempa sekalipun. Bambu dapat digunakan sebagai struktur utama dalam bangunan atau elemen tambahan dalam bangunan atau sebagai dinding pengisi. Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan bambu sebagai elemen-elemen lain dalam bangunan seperti rangka atap, langit-langit, pintu, dan jendela. Pemlesteran dinding bambu adalah tahap terakhir dari konstruksi rumah ini sehingga menyerupai rumah permanen dan dapat mengurangi anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa rumah bambu dekat dengan kemiskinan.

Tremor resistance, cheap, strong, short building process are several advantages which plastered bamboo house or mabuter have. Plastered bamboo house is built as tremor resistance house which can minimalize cost lost and life lost due earthquake. Because of that its more suitable to be built in high earthquake activity area. Hence this type of house can be built in any other area as well. Bamboo can be used as building material and or building elements such as wall reinforcer and wall filler. But we can utilize bamboo for roof beam, ceiling, door, and window. Bamboo wall plastering is the last construction process from this type of house so its looks nearly the same as ordinary permanent house and can reduce people assumption that bamboo house is close to low class society."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S48368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Habibah Haifa
"Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah.
Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang.

The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities.
The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal's House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Kevin Utomo
"ABSTRACT
Menyediakan rumah hunian sementara bagi korban bencana alam di Indonesia merupakan salah satu isu yang kritis dan menantang mengingat kondisi Indonesia sebagai negara yang rawan terhadap bencana alam. Di Indonesia, bambu merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai material untuk membangun rumah hunian sementara karena merupakan material lokal yang pengerjaannya cukup mudah dan murah. Di sisi lain, material kontainer telah banyak digunakan di beberapa negara sebagai rumah hunian sementara baik untuk penduduk yang kurang mampu maupun korban bencana alam. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan antara rumah bambu dan rumah kontainer di Indonesia. Parameter yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah dari segi biaya pembangunan dan lama periode konstruksi. Dari hasil penelitian, biaya pembangunan rumah bambu sebagai hunian sementara adalah sebesar Rp. 4.913.000,00 dengan waktu total pengerjaan selama enam hari. Sedangkan, biaya pembangunan rumah kontainer adalah sebesar Rp. 29.130.000,00 dengan waktu total pengerjaan selama tiga hari.

ABSTRACT
Providing temporary housing for disaster victims in Indonesia is one of challenging and critical issue considering that Indonesia is a country that prone to natural disaster. In Indonesia, bamboo was used as the material for temporary housing because bambu could be found locally with simple and cheap construction. On one hand, container had been used in other countries as temporary housing either for low income population or disaster victims. This research aims to analyze comparation between bambu house and container house as temporary housing for disaster victims in Indonesia. The parameters that compared in this research are from construction cost aspect and construction period aspect. As the result of the experiment, total construction cost of bamboo house as temporary housing is Rp. 4.913.000,00 with total six days construction period. Hence, the total construction cost of container house as temporary housing is Rp. 29.130.000,00 with total three days construction period. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An attempt to produce arbuscular fungi (AF) spore in pot culture from bamboo soil samples collected from Meru Beteri National Park,Jember,East Java and Purwakarta,West Java was carried out by used of Pueraria phaseoloides as a host plant..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Putri
"
ABSTRAK
Di masa kini, tektonik dalam proses berarsitektur sering diartikan sebagai metode merangkai sambungan agar sebuah bangunan bisa berdiri dengan kokoh. Namun tektonik tidak hanya terbatas pada menyambung untuk keberdirian bangunan, namun juga memperhatikan keindahan sehingga dapat dinikmati dari segi estetika. Bahkan tektonik juga dapat dinikmati sebagai sebuah seni. Selain itu tektonik juga mampu menceritakan kembali ldquo;makna rdquo; yang tersirat dan tersurat baik secara langsung maupun tidak langsung. ldquo;Makna rdquo; ini bisa berupa pesan filosofis yang ingin disampaikan oleh perancangnya melalui elemen-elemen arsitektural makro atau mikro. Salah satu karya arsitektur yang mengungkap cerita tektonik yang kaya adalah arsitektur bambu, karena material ini memiliki karakteristik fisik yang spesial untuk digali dari unsur estetika namun juga tetap kuat sebagai suatu struktur bangunan.

ABSTRAK
In this era, tectonics on architecture process has been explained as a method to connect the joints to make building stand up firmly. But the meaning of tectonic is not only limited by connecting for building stand up, but also pay attention to beauty so it can be appreciated from aesthetic side. Besides, tectonic is capable to re telling implicit and explicit ldquo meaning rdquo directly or indirectly. lsquo Meaning rsquo can be identified as philosophy message that is explained by architect by means of macro and micro architectural elements. One of architecture works that reveals rich tectonic story is bamboo architecture, because this material has special physical characteristic to be uncovered from aesthetic element and also strong enough as building structure."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanchez Vidella, Alex
"Bamboo is also known as "vegetable steel" due to its strength and extreme lightness. Craftsmen, architects, engineers, designers and distributors from around the world have collaborated in this selection of fifty constructions and over sixty product designs"
Barcelona: Loft Publications, 2011
R 624.189 7 SAN b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Abrarsyah Algamar
"Penelitian uji lentur dan uji tarik bambu apus, bambu hitam dan bambu petung pada perendaman air rawa dan larutan CuSO4 dengan variasi waktu peredaman. Uji lentur pada perendaman di air rawa menghasilkan kenaikan modulus young terhadap lama perendaman, semakin lama perendaman semakin besar modulus young perubahan modulus young sebesar 10 ? 25 GPa. Sebagai pembanding hasil uji tarik perendaman di larutan CuSO4 menghasilkan perubahan modulus young sangat kecil bisa dianggap tidak berubah sama sekali, besar nilai perubahan 0,1 ? 0,3 GPa. Pada uji tarik menghasilkan maximum load pada bambu tanpa perlakuan peredaman 1240kg, peredaman larutan CuSO4 selama 3 jam 950kg dan peredaman air rawa selama 1 bulan 15 hari 350kg. Semakin lama perendaman semakin kecil kuat tarik dari serat bambu. Perubahan sifat mekanik bambu tersebut di akibatkan adanya interaksi selulosa dengan metan pada air rawa sedangkan CuSO4 tidak terjadi interaksi tetapi hanya terdapat CuSO4 mengkristal diantara serat bambu.

Research on bending and tensile test of bamboo apus, black bamboo and bamboo petung soaked by swamp water and aqueous CuSO4 with variation of the attenuation time. The result of bending test on the bamboo soaked by swamp water produce greater young‟s modulus depend on how long the soaking time, the longer soaking time make greater young‟s modulus which is the change of young‟s modulus is 10 - 25 GPa. As a comparison, results test on bamboo soaked by solution of CuSO4 produce very small young's modulus can be deemed not changing at all, great value change 0.1 - 0.3 GPa. By the tensile test produce maximum load on bamboo without silencing treatment 1240kg, soaked by solution of CuSO4 for 3 hours produce 950kg and soaked by swamp water for 1 month 15 days produce 350kg. The longer soaking the less result elastic test from bamboo fiber. Mechanical properties changes of the bamboo in the presence of impact interactions cellulose with methane in the swamp water while CuSO4 interaction does not occur but only found in bamboo fiber between crystallized CuSO4.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuha Dhia Fajri
"Penggunaan serat alam dapat menjadi alternatif penguat pada material komposit. Serat bambu merupakan salah satu serat alam yang dapat dijadikan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik dan lengkung dari komposit Polyester/ Serat Bambu Haur Hejo yang memenuhi syarat SNI 01-4449-2006 untuk papan serat. Proses alkalisasi menggunakan larutan NaOH dilakukan pada bambu Haur Hejo. Fabrikasi komposit dilakukan dengan metode laminasi basah dengan variasi fraksi berat bambu Haur Hejo sbesar 10 wt%, 20 wt%, dan 30 wt%. Uji tarik, uji lengkung, dan densitas dilakukan pada papan komposit, serta dilakukan pengamatan pada permukaan papan komposit sebelum dan sesudah pengujian.
Komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 20 wt% memiliki nilai modulus tarik tertinggi yaitu (377,9 ± 38,7) MPa, nilai ini 66,05% lebih tinggi dari nilai modulus tarik Polyester. Nilai modulus lengkung tertinggi terdapat pada komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 30 wt% sebesar (3128,9 ± 341,5) MPa. Semua Komposit yang dihasilkan termasuk dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi mengacu pada standar SNI 01-4449-2006 dengan densitas komposit > 0,84 g/cm3. Hasil pengamatan morfologi komposit memperlihatkan adanya void, yang mungkin menyebabkan penurunan modulus dan kuat tarik untuk komposit dengan fraksi berat lebih dari 10 wt%.

The use of natural fibers can be an alternative reinforcement in composite materials. Bamboo fiber is one of the natural fibers that can be used as reinforcement. This study aims to determine the tensile and flexural strength of Haur Hejo bamboo fiber/polyester that meets the requirements of SNI 01-4449-2006 for fiberboard. The alkalization process using NaOH solution was carried out on Haur Hejo bamboo. Composite fabrication was carried out by wet lamination method with a variation of Haur Hejo bamboo weight fraction of 10 wt%, 20 wt%, and 30 wt%. Tensile test, bending test, and density were carried out on composite, and observations were made on the composite surface before and after testing.
Haur Hejo Bamboo Fiber / Polyester Composite 20 wt% has the highest modulus of tensile value (377.9 ± 38.7) MPa, this value is 66.05% higher than Polyester tensile modulus. The highest flexural modulus is found in Haur Hejo Bamboo Fiber/Polyester Composite 30% wt% composite at (3128.9 ± 341.5) MPa. All Composites produced are included in the category of High Density Fiber Board referring to SNI 01-4449-2006 standard with composite density> 0.84 g/cm3. Composite morphology observations show voids, which might cause a decrease in modulus and tensile strength for composites with a weight fraction of more than 10 wt%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Gumilar
"ABSTRAK
Bambu sebagai salah satu serat alam yang ada di Indonesia berpotensi menjadi penguat pada komposit yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis komposit dan kuat lengkung dari komposit polipropilena/serat Bambu Tali (PP/SBT) sesuai dengan SNI 01-4449-2006 untuk papan serat dan kekeraannya. Serat Bambu Tali diberi perlakuan alkali sebelum dijadikan penguat komposit. Single Fiber Test dan analisa FTIR dilakukan pada serat Bambu Tali sebelum dan sesudah proses alkalisasi. Fabrikasi komposit menggunakan mesin ekstruder dengan variasi fraksi berat serat Bambu Tali 10wt%, 20wt%, dan 30wt%, dengan ukuran serat 0.5 mm. Uji lengkung dan kekerasan dilakukan pada komposit dan polipropilena murni, dan pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan pada permukaan patahan uji lengkung. Hasil uji lengkung dan densitas menunjukkan bahwa komposit PP/SBT merupakan tipe Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) T1, dengan modulus lengkung dan kuat lengkung terbaik pada PP/SBT 30wt% masing-masing yaitu (79,01±4,47) GPa dan (36,97±3,03) MPa. Nilai ini meningkat 15,5% dan 25,6% dari polipropilena murni. Nilai uji kekerasan terbaik pada komposit PP/SBT 30wt% yaitu (61,86±0,67) HD yang meningkat 26% dari nilai kekerasan polipropilena murni. Hasil pengamatan SEM terlihat patahan serat terjadi pada permukaan patahan uji lengkung.

ABSTRACT
Bamboo as one of the natural fibers in Indonesia has the potential to become an environmental friendly composite reinforcement. This study was conducted to determine the density of composite and bending properties of polypropylene/Tali Bamboo fiber (PP/TBF) composites in accordance with SNI 01-4449-2006 for fiberboard and their hardness. Tali Bamboo Fiber was treated with alkali before being fabricated. Single Fiber Test and FTIR analysis were conducted on Tali Bamboo fibers before and after the alkalization process. Composites were fabricated using an extruder machine with variations in the weight fraction of Tali Bamboo fiber i.e 10wt%, 20wt%, and 30wt%, with a fiber size of 0.5 mm. Bending and hardness tests were carried for composites and pristine polypropylene ; fracture surfaces after bending test were ensured using Scanning Electron Microscope (SEM). The density and bending test results showed that all PP/TBF composites were categorized as Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) T1 type. PP/TBF30 composites had the highest bending modulus and strength of (79.01±4.47) GPa and (36.97±3.03) MPa respectively. These values increased 15.5% and 25.6% compared to the pristine polypropylene. The highest hardness value belong to PP/TBF30 i.e (61,86±0.67) HD, in which increased 26% from the value of pristine polypropylene hardness. SEM observations showed that fiber failure occurred on the fracture surfaces after bending test.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayanto
"ABSTRAK
Bagan atau bagang merupakan alat perangkap ikan dan hasil tangkapan lainnya yang dioperasikan oleh nelayan secara pasif di malam hari yang menggunakan lampu sebagai pemikat untuk ikan-ikan tersebut. Bagan yang sering dijumpai khususnya di wilayah pesisir laut Jakarta biasanya dibuat dari bambu yang dirakit-rakit sedemikian rupa menyerupai perkemahan di atas air. Penyangga dari bangunan tersebut hanya berupa bambu-bambu yang disambung-sambung dan ditancapkan begitu saja di dasar laut berkedalaman 15 sampai 30 meter. Apabila dilihat dari aspek keselamatan pekerja di bagan tersebut terlihat sangat meragukan. Maka diperlukan suatu rancangan model bagan yang dipandang dari sisi keselamatan untuk pekerjanya lebih terjamin. Adapun kayu, kebutuhannya semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Sehingga berdampak buruk terhadap persediaan kayu di Indonesia. Sementara bambu, dapat dipanen lebih cepat daripada kayu dan persediannya juga sangat melimpah. Selain itu bambu dapat dilaminasi yang menurut studi literatur sifat-sifatnya dapat mengungguli kayu. Oleh karena itu dipilih bambu laminasi sebagai bahan utama rancangan bagan. Fokus utama pembahasan pada skripsi ini ialah membahas tentang perancangan bagan yang sesuai dengan kriteria tersebut. Besar harapan juga rancangan ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh nelayan.

ABSTRACT
Bagan or bagang is a fish trap and other catches provided by fishermen at night that use lights as a decoy for these fish. Bagan that are often found in the coastal areas of Jakarta are usually made from bamboo which is assembled to be adapted to the air. The buffer of the building consists only of bamboos that are joined together and plugged in on the seabed with a depth of 15 to 30 meters. When viewed from the aspect of worker safety in that bagan looks very doubtful. So we need a design of bagan model that is seen from the safety side for workers who are more secure. As for wood, its needs have increased over time so that it has a negative impact on wood supplies in Indonesia. While bamboo, can be harvested faster than wood and the supply is also very abundant. Besides bamboo can be laminated which, according to the study of literature, its properties can outperform wood. Therefore laminated bamboo was chosen as the main material for the bagan design. The main focus of this essay is to discuss the design of bagan that meet these criteria. It is also hoped that this design can be utilized maximally by fishermen.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>