Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sully Ayu Wardhani
"Anak-anak merupakan salah satu bagian penting dari komunitas publik yang tinggal pada sebuah ruang kota. Sebagian waktu yang mereka habiskan adalah play. Saat ini banyak anak tinggal pada daerah urban dimana pada daerah tersebut merupakan daerah yang padat dengan pergerakan dan perpindahan manusia dari suatu lokasi ke lokasi lain menjadi sangat beragam. Dapat dikatakan keadaan sebuah kota tidak perduli mengenai anak yang berada didalam kota. Ketidakberpihakan kota terhadap anak tercermin dalam ruang-ruang publik yang minim dari fasilitas untuk anak beraktivitas didalamnya, serta terbatasnya ruang gerak anak ketika berada di ruang publik. Dalam hal ini ruang public seharusnya dapat mengakomodir kegiatan anak beraktivitas. Hal itu dapat diterjemahkan melalui ruang rekreasi anak, walaupun terkadang keberadaannya dilalaikan untuk dibangun mengingat kepentingan komersil yang begitu tinggi sehingga ruang menjadi terbatas ataupun dibatasi. Hal ini sangat bertentangan dengan pengembangan anak yang membutuhkan beberapa elemen untuk tumbuh dan berkembang seperti aktif bergerak, berkenalan dengan lingkungannya dan bersosialisasi. Ruang rekreasi anak menjadi sulit untuk diterapkan terlebih di kotakota besar dengan penduduk yang padat. Karena pada setiap tingkatan umur, anak dapat membedakan beberapa hal yang berkaitan dengan ruang gerak untuk aktivitas bermain mereka. Melalui penulisan ilmiah ini saya akan meninjau ruang rekreasi anak yang tentunya memiliki karakteristik tersendiri, terlebih jika ruang itu diletakkan pada ruang dengan aktivitas beragam berada di pusat kota.

Children becomes an urgent element of the public community is remaining at a town space. Some of time which they doing is play. Now many childs remains at district urban where at the district is massive district with movement and displacement of man from a location to other location become very having immeasurable. Can be told state of a town is not give a dam about residing in child in town. Un-the siding of town to child of mirror in public spaces minim from facility for child of having activity in it, and the limited kinetic space child of when residing in public space. In this case space public ought to can accommodates activity of child of having activity. That is translatable passed recreation space of child, although sometimes its (the existence neglected for built to remembers commercial importance of which so) after height so that space becomes is limited and or is limited. This thing hardly is against expansion of child requiring some element to grow and grows like active moved, gets acquainted with its (the area and socialization). Recreation space for child becoming difficult to be applied particularly in big towns with massive residents. Because in each life level, child can differentiate some things related to kinetic space for activity plays at them. Through this scientific writing I will evaluate recreation space of child that is it is of course has separate characteristic, particularly if the space put down at space with activity is having immeasurable resides in downtown."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Luthfiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses terbentuknya sense of place pengunjung dan pengaruhnya terhadap perilaku repeat visitation pada ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi lapangan, serta data sekunder yang diambil melalui studi literatur yang bersumber dari berbagai instansi terkait. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis fenomenologi untuk memahami dan menggali pengalaman individu terhadap kunjungan ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Selain itu, teknik analisis konten juga digunakan untuk mencari intisari dari tiap-tiap data sekunder yang digunakan. Hasil penelitian menjukkan bahwa sense of place pengunjung terbentuk berdasarkan pengalaman dan pemaknaan oleh pengunjung terhadap ruang rekreasi. Ketika pengunjung memiliki pengalaman yang mudah diingat meliputi karakteristik tempat serta kunjungan yang mengesankan, pengunjung akan merasakan kepuasan yang dapat membangun hubungan keterikatan dengan ruang rekreasi. Sense of place juga dapat terbentuk ketika suatu ruang rekreasi memiliki keunikan dan ciri khasnya serta mampu memenuhi kebutuhan rekreasi pengunjung. Terpenuhinya motivasi kunjunan rekreasi serta karakteristik tempat yang melahirkan kepuasan bagi pengunjung dapat menuntun pada fenomena kunjungan berulang atau repeat visitation.

This research aims to determine and analyze the process of forming visitors' sense of place and its influence on repeat visitation behavior in public open spaces in Bekasi City. Primary data was obtained through in-depth interviews, field observations and documentation, as well as secondary data taken through literature studies sourced from various related agencies. The research method used in this research is a qualitative method with phenomenological analysis techniques to understand and explore individual experiences of visiting public open spaces in Bekasi City. Apart from that, content analysis techniques are also used to find the essence of each secondary data used. The research results show that visitors' sense of place is formed based on visitors' experiences and meaning of the recreation space. When visitors have a memorable experience including the characteristics of the place and a memorable visit, visitors will feel satisfaction which can build a relationship of attachment to the recreation space. A sense of place can also be formed when a recreation space has unique and distinctive characteristics and is able to meet visitors' recreational needs. The fulfillment of motivation for recreational visits and the characteristics of places that create satisfaction for visitors can lead to the phenomenon of repeat visits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khasyyatika
"Ruang jalan memiliki potensi sebagai ruang beraktivitas anak dimana anak bisa bermain dan berinteraksi dengan pengguna jalan yang lain Anak memiliki peran dalam pembentukan ruang bermain di jalan Anak sebagai pengguna ruang dikategorikan sebagai pengguna pasif reaktif dan kreatif Ketiga kategori ini dilihat dari permainan apa yang mereka hadirkan di ruang jalan dan respon yang mereka berikan Mereka melihat adanya found space yang bisa digunakan sebagai ruang untuk bermain dan membentuk ruang tersebut constructed space menjadi ruang bermain.

Street space has the potential for children activity, where children can play and interact with other street users. Children are play a role in the creation of play space on the street. Children as space users are categorized into passive, reactive, and creative users. These categories depend on the types of game they represent in the space and the response they give. Eventually, they see the found space that could be used as a space to play and shape the space (constructed space) into a play space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nugraha Salim
"Penelitian dilakukan untuk mencari tahu kriteria ruang-ruang publik di kota Gorontalo yang dijadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat. Penelitan ini dilakukan berdasarkan fenomena dari kegiatan masyarakat yang menjadikan beberapa ruang publik bukan dengan peruntukan kegiatan rekreasi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi. Penelitan juga dikembangkan pada kondisi ruang terbuka dengan peruntukan rekreasi yang ada, untuk menunjukan kriteria-kriteria ruang terbuka yang berhasil. Peneletian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dari wawancara terhadap pengguna ruang terbuka, kuesioner, observasi serta dokumentasi yang dianalisis berdasarkan teori dari studi literatur.
Hasil dari peneltian menunjukan adanya kriteria-kriteria khusus yang membuat masyarakat Kota Gorontalo tertarik untuk berekreasi di suatu ruang terbuka. Kriteria yang dimaksud adalah potensi kualitas ruang lingkungan sekitar berupa lingkungan alami, keadaan eksisting dan fasilitas yang ada di suatu ruang terbuka yang berdampak pada keberhasilan suatu ruang publik kota.

This research is conducted to reveal the criteria of public places in Gorontalo which are potential for the citizens’ recreational spot. This research is done based on the the citizens’ tendency to turn a public space, not meant to be a recreational spot, into one. To show the criteria of a successful open space, this research focuses on the open space with recreational utility. Research data are gathered by interview with open space users, questionnaires, observation and analised documentation based on theories and text studies.
Results shows specific criteria of an open space that attracts citizens of Gorontalo to recreate there. These criteria are the potential environment’s spatial quality which are natural environment, existing site, and facilities in open spaces that contribute to the success of an open city space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meriza
"Ruang terbuka hijau merupakan suatu hal penting dalam membentuk fungsi ruang perkotaan. Hal ini dikarenakan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, keamanan, kesehatan, serta terhadap pengembangan ekonomi dan sosial. Selain itu, apabila ruang terbuka hijau ini disediakan secara baik dan proporsional, maka akan memberikan multi benefit bagi komunitas serta dapat memberikan efek positif terhadap nilai lahan properti di sekitarnya. Sejalan dengan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Penataan Ruang no. 26/2007, saat ini pemerintah provinsi DKI Jakarta sedang membangun ruang terbuka hijau. Sehubungan dengan dinamika tersebut, studi ini mencoba untuk melihat hubungan antara nilai lahan dengan ruang terbuka hijau dengan menggunakan hedonic pricing model.

Green open space is very important for the functioning of an urban area. Moreover, it may give significant contribution for environmental sustainability, safety, health, as well as for sosial and economic development. When green open space adequately provided, it offers multi-dimensional benefits to the community and substitutes to positively impact the property values. There are recent developments of green open space in DKI Jakarta, which aligns with an obligation as regulated by law no. 26/2007 on spatial planning to provide public green space in urban area. This research try to estimate the land value which can explain the house prices in the area of study with the existencies of green open space using hedonic pricing model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Najatun
"Anak-anak merupakan kelompok individu yang memiliki perilaku senang bergerak atau bermain. Terutama untuk anak-anak usia sekolah mereka senang bermain di luar ruangan. Saat bermain di luar, ruang-ruang kota seringkali menjadi tempat yang menarik untuk mereka bagi yang tinggal di area perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebuah ruang bermain berupa RPTRA yang ada di dalam lingkungan kota menjadi tempat yang sering mereka gunakan untuk bermain. Elemen-elemen di dalam ruang bermain RPTRA memiliki peran dalam mengakomodasi anak-anak untuk bermain didalamnya. Elemen-elemen tersebut memiliki affordances yang kemudian anak-anak akan menerima affordances itu sesuai karakter masing-masing anak. Affordances-affordances di dalam RPTRA menjadi penting agar anak-anak memiliki ruang bermain yang sesuai dengan karakteristik mereka. Peran-peran elemen ruang di dalam RPTRA dapat dilihat melalui konsep affordances dan hubungannya dengan anak-anak.

Children are a group of individuals who have different behavior from adults. They like to move actively or play. Especially for school age children, they love to play outside. When playing outside, city spaces often become interesting places for them who live in the city. It is influenced by various factors. A play space in the RPTRA of the city environment is a place that they often use to play. The elements in the RPTRA’s layspace have roles in accommodating children to play in it. These elements have affordances which then children will receive the affordances according to the character of each child. Affordances in RPTRA are important.  Children will have play spaces that are appropriate to their characteristics. The role of the space element can we see through affordances theory and the relation with children."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diadikma Belarosa
"

Pendahuluan : Infeksi parasit usus disebabkan oleh STH dan protozoa. Faktor risiko infeksi parasit usus antara lain higienitas dan sanitasi yang buruk, kekurangan air bersih, kekurangan nutrisi, serta kontak dengan sumber infeksi. Di Indonesia salah satu kawasan rural adalah Kabupaten Bogor. Sementara itu Jakarta sebagai kawasan urban, penduduknya juga memiliki faktor risiko terhadap infeksi parasit usus terutama anak-anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi infeksi parasit usus.

Metode           : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan data hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling pada populasi anak usia 4-9 tahun atau sedang dalam tingkat pendidikan PAUD hingga SD/MI/sederajat di Kabupaten Bogor (sebagai kawasan rural) dan Kota Administrasi Jakarta Barat (sebagai kawasan urban). Sampel berjumlah 620 dengan jumlah sampel dari masing-masing kawasan adalah 310. Data diolah dengan menggunakan uji chi square atau Fisher exact.

Hasil               : Prevalensi infeksi cacing di kawasan rural 3,2% sedangkan di kawasan urban 1,0% dengan nilai p = 0,09 (OR = 3,33; IK 95% = 0,93 – 11,99). Infeksi cacing didominasi STH spesies A. lumbricoides. Prevalensi infeksi protozoa di kawasan rural 31,3% sedangkan di kawasan urban 16,5% dan didapat nilai p = 0,00 (OR = 1,90; IK 95% = 1,41 – 2,57). Spesies yang paling banyak ditemukan adalah B. hominis. Terdapat infeksi tunggal dan infeksi campur, namun prevalensi infeksi parasit usus (kombinasi cacing dan protozoa) tidak dapat dihitung karena infeksi hanya ditemukan di kawasan rural (5 kasus).

Diskusi           : Infeksi cacing memiliki prevalensi relatif rendah. Hal ini dapat terjadi apabila kontak dengan tanah sebagai sumber utama infeksi berkurang atau pengobatan yang adekuat. Sementara itu tingginya prevalensi infeksi protozoa usus dapat disebabkan oleh konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi kista protozoa. Kontaminasi dapat terjadi antara lain akibat higienitas dan sanitasi buruk, fasilitas MCK yang tidak memadai, dan kekurangan air bersih.

Kesimpulan    : Prevalensi infeksi parasit usus lebih tinggi di kawasan rural dibanding dengan kawasan urban. Terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi protozoa usus, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi cacing usus.


Introduction  : Intestinal parasitic infection is commonly caused by STHs and protozoa. The risk factors of the infection are poor sanitation and hygiene, lack of clean water, lack of nutrition, and having contact with sources of infection. In Indonesia, one of rural area is Bogor District. Meanwhile, Jakarta as an urban area was considered to have the risk factors of intestinal parasitic infection, particularly children. Therefore, this study aims to know the association between intestinal parasitic infection and rural or urban as living area.

Method           : This study used a cross-sectional design and the results of survey conducted by Indonesia’s Ministry of Health in 2017. Sample was collected by consecutive sampling method among children who were at age 4th – 9th years old or being a student in early childhood education program or kindergarten and elementary school in Bogor District (as rural area) and Jakarta Barat (as urban area). Total were 620 samples that was divided into 310 samples for each area. Data was analyzed using chi square test or Fisher exact test.

Result             : The prevalence of helminths infection in rural area was 3,2% whereas  in urban area was 1,0% with p = 0,09 (OR = 3,33; CI 95% = 0,93 – 11,99). Helminths infection was dominated by STH especially A. lumbricoides species. The prevalence of protozoa infection was 31,3% found in rural area and 16,5% found in urban area (p = 0,00; OR = 1,90; CI 95% = 1,41 – 2,57). The most prevalence species was B. hominis. There were single and mixed infections in each area, however the prevalence of intestinal parasitic infection caused by both helminth and protozoa was unable to count because it is only found in rural area (5 cases).

Discussion      : The prevalence of helminths infection was relatively low. It was possibly because of diminishing contact with soil as the main transmission media or adequate treatment had been given. Meanwhile, the prevalence of protozoa infection remains high probably due to consumption of contaminated water and foods by the cysts. Contamination happens as consequences of poor sanitation and hygiene, insufficient latrines, and lack of clean water.

Conclusion     : The prevalence of intestinal parasitic infection was higher in rural compared to urban area. There was statically significant difference between rural or urban as living area and the prevalence of protozoa infection, nevertheless there was not statically significant difference between living area and the prevalence of helminths infection.

"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wembi Syarif Chan
"ABSTRAK
Kebutuhan atas ruang rekreasi di perkotaan sangat sulit, terhimpit segala bentuk pembangunan yang tidak menyisakan ruang untuk aktivitas tersebut. Kawasan Situ Cikaret merupakan ruang yang sering digunakan warga Cibinong dan sekitarnya untuk berekreasi. Dengan pendekatan penelitian realistic phenomenology, didapatkan penggambaran ensensi-ensensi konstruksi ruang rekreasi dan motif, tindakan dalam berkegiatan rekreasi di Situ Cikaret. Ruang rekreasi Situ Cikaret adalah ruang diferensial yang merupakan representasi ruang dari warga perkotaan yang menciptakan ruang alternatif atas ruang perkotaannya. Kegiatan rekreasi berlangsung pada setting besar yang berupa ruang alam situ dan setting yang kecil berupa ruang yang diproduksi sesuai dengan motif kegiatannya. Dalam mereprestasikan ruangnya ke set kecilnya, pelaku membutuhkan sebuah atribut untuk mempertegas apa yang akan dilakukan dalam kegiatan meruangnya dan status sosialnya. Hubungan kepribadian para pelaku dalam merepresentasikan ruangnya, berada pada tingkat yang apathy (sikap acuh tak acuh), hubungan mereka bersifat taken for granted atau sesuatu yang apa adanya. Saat ini cenderungan membawa ruang diferensial kawasan Situ Cikaret mejadi ruang abstrak. Salah satu yang bisa dilakukan adalah penetapan zonasi ruang yang bertujuan untuk menempatkan ruang-ruang agar lebih tertata dan juga guna membatasi kegiatan pada wilayah tertentu di kawasan situ, agar lingkungan situ dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

ABSTRACT
The needs for recreation space in urban areas is very difficult, crushed all forms of development that does not leave room for the event. Cikaret Situ area is a room that is often used by people Cibinong and surrounding areas for recreation. With a realistic approach to phenomenology study, obtained seeing and describing of universal essences construction space and motif recreation activism in action in Situ Cikaret. Recreation space Situ Cikaret is a differential space is a representation space of urban residents who creates an alternative space on urban space. Recreational activities that take place on a large set of natural space and setting it in the form of a small manufactured in accordance with the motif activity. In the space to set his representation, actors need an attribute to reinforce what will be done in space activity and social status. Relationship represents the personality of the actors in space, is at levels apathy, their relationships are taken for granted. Current tendency to bring regional differential space Situ Cikaret becoming abstract space. One possible solution is to space zoning aims to put the spaces to be more organized and also to limit the activities of a specific region in the area Situ Cikaret, so that the neighborhood can be maintained and improved."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Fitrisari
"Ruang kota adalah ruang yang tersusun dari batas-batas antarbangunan dan segala elemen yang mengisi diantaranya, serta kegiatan yang terjadi di dalamnya. Pada sebuah Kota di negara berkembang yang selalu berubah keadaanya tiap tahun, tentu keadaan ruang kotanya juga berubah. Selain pembangunan gedung, perkembangan dalam transportasi juga merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi perubahan ruang kota. Sejak abad ke-20 isu sustainability merupakan masalah yang sering menjadi perhatian masyarakat untuk mendukung keberlanjutan generasi kita di masa depan. Konsep sustainability ini mulai diterapkan di berbagai aspek dalam kehidupan, termasuk transportasi. Berbeda dengan sistem transportasi lain, transportasi berkelanjutan tidak hanya diwujudkan untuk memecahkan masalah mobilisasi saja namun juga untuk menjaga keberlangsungan lingkungan, ekonomi, dan sosial sebuah kota agar tidak memberikan dampak buruk kedepannya. Rangkaian dari transportasi dan fasilitas pendukungnya ini akan menimbulkan pola pergerakan dan aktivitas baru dalam kota, yang tentunya dapat berpengaruh pada ruang sebuah kota. Begitu juga yang terjadi di Jakarta. Dengan maraknya isu kemacetan dan polusi udara di Jakarta, sejak masa pemerintahan Sutiyoso telah dilakukan percobaan untuk menerapkan transportasi berkelanjutan, salah satunya dengan menggunakan desain transportasi PTM (Pola Trasnsportasi Makro) yang terdiri dari Busway, MRT, dan LRT, serta penataan jalur pejalan kaki di sekitarnya yang membentuk sebuah sistem sustainable movement di Jakarta. Karya tulis ilmiah ini akan membahas bagaimana sustainable movement berada di dalam ruang kota, khususnya di Jakarta.

Urban space is a space that consists of many boundaries between buildings, the elements that occupy it, and the activity that happens in it. The urban space condition of a city always changes as times goes by, especially in a developing country. Beside a building construction that happens in a city, the transportation development in a city is also a big factor that affects the condition of an urban space. Since the 20th century, the issue of sustainability has become the focus of discussion around the world to maintain the continuation of our future generation. Since then, the concept of sustainability has been applied in many aspects in the world, such as transportation. The sustainable transportation not only solves the mobilization problem, but can also help us maintain th state of our environment, economic, and social condition for our future generation. So it needs different facilities than a normal transportation. The sequence between these facilities and their sustainable transportations can create a different, more sustainable movement and activities pattern in a city. This different in transportation, facilities, and the activities happens in there is the cause of urban space change in a city. This thing also happens in Jakarta. Because of the issue of traffic jam and air pollution, since the government of Sutiyoso there are many attempt to apply the concept of sustainability in Jakartas transportation, such as the application of PTM (Pola Transportasi Makro) transportation design that consist of Busway, MRT, LRT, and pedestrian approach that creates a sustainable movement in Jakarta. This scientific paper will discuss the sustainable movement and how it exist in urban space, especially in Jakarta. "
Depok: 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritami
"ABSTRAK
Car Free Day CFD merupakan salah satu cara untuk membentuk kebiasaan hidup sehat masyarakat ibukota Jakarta. Antusiasme masyarakat yang begitu besar menjadikan jalur CFD bertambah fungsi dan semakin banyak variasi penggunaan ruang yang terjadi. Penerapan ruang informal olahraga pada CFD tidak memiliki pengaturan khusus sebagai fasilitas joging. Oleh karena itu skripsi ini membahas pemaparan terkait kualitas ruang kota yang dapat mendukung dalam memperoleh aspek kenyamanan dan memberi pengalaman menyenangkan dalam berjoging. Dengan studi kasus yang secara tidak sengaja sudah teraplikasikan kualitas tersebut pada elemen arsitektural di ruang kota dalam hal ini CFD Sudirman-Thamrin, Jakarta. Penelitian dilakukan secara deskriptif diawali dengan mengkaji teori dari literatur yang terkait dengan berjoging, dalam hal ini pejoging sebagai pengguna ruang dan kualitas lingkungan di ruang kota yang memberi kenyamanan saat berjoging. Kemudian dilakukan analisis berdasarkan literatur dan pengamatan secara visual dari kumpulan foto. Kesimpulannya adalah terdapat dua faktor kualitas lingkungan di CFD Sudirman-Thamrin yaitu, faktor yang menentukan kenyamanan determinan seperti: kualitas permukaan pengalas, batas vertikal ruang, serta keramaian, dan faktor yang mendukung kenyamanan modifier seperti: variasi, dan kekayaan stimulus indera. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain guna menciptakan kualitas ruang kota yang dapat mengakomodasi pengguna ruang tepatnya pejoging.

ABSTRACT
Car Free Day CFD is one of the ways to establish healthy living habits of Jakarta rsquo s capital community. The enormous enthusiasm of the community makes the CFD path increased functionality and the more varied use of space. The informal sport spaces on CFD does not provide a special setting as a jogging facility. Therefore this study is explane the quality of urban space that can support in provide the comfort aspect and joyful experience in jogging. With case study that have inadvertently applied these qualities to architectural elements in urban space, CFD Sudirman Thamrin, Jakarta. Research done descriptively begins by studying the literature reviews related to jogging, especially the environmental quality in the urban space that gives comfort when jogging, then continued with observations from the field and documented through series of photos. The conclusion of this study is that there are two factors of environmental quality in CFD Sudirman Thamrin, that determine comfort such as the quality of horizontal surface, and vertical boundary including human crowd, and factors that support the comfort modifier such as variations of space and the wealth of sensory stimuli. Both of these factors affect each other to create the quality of the urban space that can accommodate the user space especially joggers.Keywords Jogging Environmental Quality Car Free Day Sudirman Thamrin"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>