Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lavina Taurina
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hayon, Yohanes Pande
"Each political formula in the form of a statement (argument) always has a direct interconnected political purpose relative to an important group. This importance factor becomes basic consideration in the formulation of a political statement in such a manner that it can influence public emotion and feeling producing desired agreement and response from the public. Because a wide segment of society becomes special target, with their different levels of education and understanding, the logical aspects are considered unimportant and subject to elimination. The important thing is how to encourage public emotion and encourage the public to response according to what the politicians want. That is why many political statements are irrational (argumentum ad populum), having no consistency between the premise and the conclusion. Many political statements commit the fallacy of composition, shifting the distributive understanding to collective understanding. This article examines the types of fallacies in political staements by presenting actual cases as illustrations."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arundi Dosini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
128 ZAI f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bakir
Bandung: Refika Aditama, 2009
340.1 HER f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bakir
Bandung: Aditama, 2007
340.1 HER f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto Soesilo
"Arsitektur Postmodern yang mulai berkembang pada tahun 1970an, merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari Fenomena Postmodern sebagai pergerakan budaya pada akhir abad XX. Setelah Postmodernisme berkembang di dunia sastra, maka perkembangan ini menjalar ke sektor-sektor lain terutama ke sektor postmodern 'par-excellence", yaitu arsitektur. Pada tahun 1975, seorang sejarawan dan teoritikus Amerika. Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post Modern Architecture telah mengalihkan istilah Postmodern dari sastra ke arsitektur. Sampai sekarang arsitektur merupakan bidang yang menonjol dalam wacana mengenai modernitas dan postmodernitas, sehingga tak dapat dipungkiri, bahwa arsitektur mempunyai peran yang penting dalam pergerakan Postmodern sebagai fenomena abad XX.
Di antara tahun 1960-an dan 70-an Postmodernism menyebarkan pengaruhnya pada seni dan arsitektur. Hal itu telah dimulai sejak tahun 1961 oleh buku yang spektakuler yang ditulis oleh Jane Jacobs The Death and Life of American Cities yang menjelaskan tentang pengaruh modernisme dan politik welfare state yang menciptakan kantong-kantong perumahan untuk kaum miskin, kebijaksanaan yang anti urban dan anti human yang pola-pola gridnya telah memotong mekanisme sosial dari pola urban neighbourhood yang telah secara tradisional hidup dalarn masyarakat.
Tahun 1966 Robert Venturi, seorang arsitek, kritikus dan teoritikus arsitektur meluncurkan buku Complexity and Contradiction in Architecture yang menekankan bahwa komunikasi arsitektural membutuhkan kompleksitas bukan simplisitas dan bahkan membutuhkan kontradiksi. Slogan dari kaum modernis "less is more" akan menjurus pada "less is a bore". Pendekatan gaya modernis dan pendekatan sosial yang uniform, teknokratik, dan solusi top down telah ditinggalkan.
Istilah postmodern kemudian dipakai secara menyebar sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1975 Charles Jencks menggunakannya dalam arsitektur. Pada akhir tahun 1970-an tiga buah buku menegaskan Postmodernisme sebagai sebuah pergerakan : The Language of Post-Modern Architecture (1977) oleh Charles Jencks, La Condition Postinoderne : rapport sur le savoir (1979) oleh Jean-Francois Lyotard dan Philosophy and the Mirror of Nature (1979) oleh Richard Rorty.
Walaupun sulit untuk merumuskan arti postmodemisme, bukan saja banyaknya hal-hal yang dilabeli postmodernisme tetapi karena para postmodemis sendiri menyangkal bahwa mereka mempunyai doktrin dan teori tertentu. Tetapi walau bagaimanapun harus dilakukan suatu pemahaman yang kurang lebih dapat dicatat, sbb : Adanya tema-tema besar ataupun ide yang muncul dalam karya-karya post-modernisme, adanya berbagai klaim para postmodemis dan adanya isu-isu yang membagi postmodernisme.
Arsitektur Post-Modern kemudian berkembang pesat dengan beberapa doktrin-doktrinnya, di antaranya dikenal : Historicism, Straight-revivalism, Neo-vernacular, Adhocism Urbanist, Metaphor Metaphysical, Post-modern space Masing-masing mempunyai ciri fisik arsitektural tersendiri dan secara keseluruhan mengandung makna pluralistis serta mengindahkan masa lalu.
Arsitektur sering disebut sebagai Applied Art salah satu cabang seni-guna. Sesuai perkembangannya sebagai applied-art, karena harus bisa digunakan, Arsitektur harus ditopang oleh teknologi (building-engineering) dan fisibilitas ekonomi. Dalam perkembangan terakhir, Arsitektur didekati dari berbagai cabang ilmu, misalnya: ilmu-ilmu perilaku (behavioural sciences) seperti: Psikologi, Sosiologi dan Antropologi, di?."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
D489
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada masanya, kehidupan masyarakat Cina di Batavia masih mempertahankan kebudayaan negara asalnya. Ini bisa dilihat dari tampak dan dekorasi bangunan-bangunannya. Tetapi mengenai organisasi ruang bangunan-bangunan tersebut seringkali luput dari pembahasan. Melalui metode pendekatan studi literatur, pengamatan, dan wawancara, tulisan ini mencoba menggali prinsip organisasi ruang arsitektur klasik Cina, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai organisasi ruang arsitektur Cina di Batavia dengan menampilkan beberapa studi kasus."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Lee
"Courtyard sebagai ruang terbuka ke langit dengan pelingkupnya yang memberikan pembedaan terhadap adanya ruang luar dan ruang dalam dianggap sebagai solusi modern dalam berarsitektur yang memberikan inovasi dalam penanganan masalah kenyamanan iklim, kebutuhan privasi dalam lingkungan yang padat. Dalam penulisan skripsi ini akan digali peranan courtyard dikaitkan dengan konsep pola tata ruang arsitektur masyarakat tradisional. Melalui tinjauan tersebut penulisan skripsi ini akan memperlihatkan keterikatan yang erat antara kehadiran courtyard dengan latar belakang kebudayaan tradisional khususnya pada tradisi budaya Cina, India dan Bali.
Dari hasil tinjauan tersebut akan disimpulkan bahwa courtyard lebih dari sekedar memberikan pembedaan terhadap adanya ruang luar dan ruang dalam ataupun solusi terhadap kenyamanan fisik. Bagi masyarakat tradisional melalui konsep orientasi tertentunya, memaknai courtyard sebagai simbolisasi yang mencerminkan konsep pandangan hidup mereka untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan kehidupan manusia di dunia. Pada akhirnya, dari semua uraian tersebut akan didapatkan suatu pelajaran yang berharga mengenai konsep berarsitektur khususnya sebuah courtyard dalam pola tata ruang arsitektur.

Courtyard--as a clear space enclosed by walls or buildings open to sky defines what is "the outside" and "the inside" and in architecture it is believed to be one of modern innovation that gives solution to climatic problem, lack of privacy in crowded environment. But in this writings, courtyard will observed through traditional society points of view considered to their spatial organization concepts. The observation will show the interconnection between courtyard and culture values of Chinese, Indian, and Balinese societies.
The result showed that courtyard is more than its physical enclosure that defines "the outside" and "the inside" or its function in giving some physical comfort in particular area. In certain orientation concepts of traditional societies, courtyard acts as symbols that reflect their points of view about harmony in their lives with universe. In the end, this observation hopefully gives a wider lesson about architecture concepts especially courtyard in spatial organization concepts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>