Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Kendala utama proses ozonasi adalah biaya yang lebih mahal dibandingkan proses-proses biologis, terutama biaya untuk menghasilkan ozon. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan usaha untuk meningkatkan efisiensi proses. Diantaranya dengan memilih reaktor dan kondisi operasi yang tepat disertai pengetahuan tentang kinetika reaksi dan fenomena perpindahan massa yang terjadi, dan menggabungkan proses ozonasi dengan radiasi sinar ultraviolet (UV).
Pada penelitian ini diidentifikasi kinetika reaksi penyisihan fenol dengan metode ozonasi pada dua jenis kontaktor pendispersi ozon, yaitu Kolom Ozonasi Injeksi Berganda (Multi Injection Ozonizing Column, MIOC) yang berupa kolom gelembung, dan Kolam Ozonasi Injeksi Berganda (Multi Injection Ozonizing Tank, MIOT) yang berbentuk kolam bersekat. Selain itu, dilakukan perbandingan proses ozonasi dengan proses oksidasi lanjut ozon/UV pada MIOT dengan variasi pH dan konfigurasi penyinaran UV.
Semua penelitian dilakukan pada kondisi basa. Mekanisme reaksi ozonasi fenol pada kondisi basa lebih didominasi oleh reaksi tidak langsung yang ditunjukkan oleh nilai koefisien laju reaksi (k) yang sangat besar (antara 1010-1013}. Peningkatan pH tidak selalu memberi pengaruh kenaikan persentase penyisihan fenol.
Penyisihan fend dengan proses ozonasi pada MIOC menunjukkan bahwa pada pH 10-11 persentase penyisihan yang dicapai lebih kecil daripada pada pH 9-10. Demikian pula untuk penyisihan fenol dengan proses ozon/UV pada MIOT. Pengaruh penggunaan radiasi ultraviolet pada proses penyisihan fenol pada MIOT sangat tergantung pada konfigurasi penyinarannya. Hal ini ditunjukkan oleh persentase penyisihan fenol untuk berbagai variasi proses yaitu 74,72% untuk proses ozonasi saja, 87,52% untuk proses ozon/UV konfigurasi I (penyinaran pada zone I), 65,53% untuk proses ozon/UV II dan 74,44010 untuk proses ozon/UV konfigurasi III.

The main obstacle of ozonation process is relatively high cost for producing ozone, compared to biological processes. To overcome this problem, the efficiency of the process should be increased by selecting appropriate reactor and its process conditions, knowing the characteristic of kinetics and mass transfer, and combining ozonation with UV irradiation.
This research deals with the identification of reaction kinetics of phenol ozonation in two kinds of contactors, a bubble column called Multi Injection Ozonizing Column (MIOC) and a baffled tank called Multi Injection Ozonizing Tank (MIOT). In addition, ozonation process is compared with advanced oxidation process (AOPs) using ozone/UV in MIOT for several variations of pH and UV radiation configurations.
The identification of reaction kinetics shows that the reaction of phenol ozonation in high pH condition is dominated by indirect mechanism, indicated by very high reaction rate coefficients k (ranging from 1010-1013). The rate of ozonation reaction in base condition is much higher than that in acid condition. However, the increasing of pH doesn't always increase the phenol removal percentage.
Phenol removal by ozonation in MIOC shows that removal percentage at pH of 10-11 is lower than that at pH of 9-10. So does the ozone/UV process. The effect of UV radiation in phenol removal highly depends on the radiation configuration. This shows by variation of removal percentage for different processes. Ozonation alone gives 74.74% removal, ozone/UV I (radiation at zone I) 87.52%, ozone/UV II 65,53%, and ozone/UV III 74,44%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Nirvanda
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fitria Darmayanti
"Penelitian ini difokuskan pada aspek ¬aspek kinetika dekomposisi metana dalam reaktor DBD koaksial yang terbuat dari kuarsa dan elektroda stainless steel. Reaksi berlangsung pada tekanan atmosfer dan laju alir umpan 250 cc/menit. Konversi metana semakin stabil pada volume reaktor yang besar dan tegangan yang rendah. Dekomposisi optimal diperoleh pada reaktor 55,4 cc dengan tegangan 9,5 kV. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh tegangan reaktor, 9,5 kV memberikan laju reaksi yang paling besar. Laju reaksi dekomposisi dan formasi metana masing¬masing dipengaruhi waktu tinggal. Laju reaksi tersebut tidak dapat dimodelkan dengan pendekatan reaksi elementer.

This experiment is focused in kinetic aspects of methane decomposition through coaxial DBD reactor made from quartz dielectric and stainless steel electrodes. Reaction occurs at atmospheric pressure and 250 cc/min feed flow rate. Methane conversion is more stable in the larger reactor volume and lower voltage. Optimal decomposition is obtained in 55,4 cc reactor and 9,5 kV voltage. The data showed that reaction reaction rate is affected by reactor voltage, 9,5 kV results the fastest reaction rate. Both decomposition and formation rate of methane are affected by residence time. Those reaction rates model can?t be developed well with elementary reaction approach."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veny Luvita
"Penelitian tentang degradasi senyawa fenol dengan menggunakan metode oksidasi kimiawi dalam reaktor plasma yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi atas 2 (dua) bagian pekerjaan utama, yaitu rancang bangun suatu reaktor plasma yang disebut Reaktor Hibrida Ozon-Plasma (RHOP) dan, yang kedua adalah uji kinerja terhadap reaktor tersebut untuk limbah senyawa fenolik sintesis dan non-sintetis. Reaktor RHOP belum dapat dipublikasikan karena masih dalam pengajuan paten, sehingga masih diperlukan kajian yang lebih komprehensif. Prinsip kerja RHOP tersebut adalah kombinasi atau hibrida reaksi ozonasi dalam medan plasma cair yang berada di ruang reaksi RHOP. Gas ozon sebagai pereaksi dihasilkan oleh ozonator standar jenis Resun RSO-9805 buatan Hongkong yang diumpankan ke dalam RHOP dengan cara mencampurkannya dengan umpan fasa cair dalam injektor, sedemikian rupa sehingga campuran dua fasa ini dapat bereaksi secara lebih intensif di dalam RHOP. Campuran dua fasa tadi dimaksudkan juga untuk mengintensifkan radikal hidroksil bila fasa cair dalam kondisi basa dan secara kontinyu terpapar dalam plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sirkulasi kontinyu selama 2 jam pada konsentrasi awal p-klorofenol 50 ppm dengan volume 2 liter diperoleh tingkat penyisihan 83,98 %. Dengan kondisi operasi yang sama diperoleh persen degradasi limbah tekstil katun 88,58 %, limbah tekstil batik 34,51 %, limbah bahan peledak Natrium Pikramat 72,64 % dan limbah DDNP 47,74 %. Dengan adanya hasil yang baik pada uji kinerja dari beberapa limbah dengan konsentrasi tinggi tersebut, maka diharapkan ke depannya akan dapat diaplikasikan dalam industri meskipun masih akan banyak mengalami penyempurnaan.

Research on the degradation of phenolic compounds using the methods of chemical oxidation in the plasma reactor is conducted in this study is divided into two parts of the main job, that is a plasma reactor design called Ozone-Plasma Hybrid Reactor (RHOP) and the second is a performance test of the reactor for the synthetic of phenolic compound and non-synthetic waste. RHOP can not be published because it is still in the filing of the patent, so it still required a more comprehensive study. RHOP principle is a combining ozonation reaction and plasma reaction that happening in the same field at RHOP chamber. Ozone as the reactants gas is produced by a standard ozonator type Resun RSO 9805 made in Hong Kong. RHOP fed into the feed by mixing with the liquid phase in the injector, such that the two phase mixture can react more intensively in the RHOP. Two phase mixture was injected also to intensify when the hydroxyl radicals in the liquid phase under alkaline conditions and is continuously exposed to the plasma. The result showed that the continuous circulation for two hour at p-chlorophenols initial concentrations of 50 mg/L by volume of 2 liters obtained by the elimination of 83.98%. Operating conditions were obtained percent degradation of phenol for waste allowance of 88.58% of cotton textiles, batik textile waste at 34.51%, sodium pikramat waste explosives at 72.64% and waste DDNP at 47.74%. Given the good results on the performance test of some of these wastes with high concentrations, it is expected that the future will be applied in the industry although it will still have a lot of improvements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30563
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Widyaningrum
"Lepasnya zat pencemar berupa logam berat dan organik ke lingkungan merupakan masalah serius di banyak industri. Konsentrasi dari logam dan zat organik terlarut dalam air limbah nilainya tinggi dan sebanding dengan tingkat toksisitasnya. Logam berat perlu diolah lebih lanjut karena cenderung untuk dapat terbioakumulasi dalam jangka waktu lama. Logam berat yang akan menjadi penelitian kali ini adalah besi, tembaga, dan nikel, dengan dasar pertimbangan bahwa ketiga logam tersebut merupakan jenis logam berat yang banyak terkandung dalam limbah cair industri. Proses separasi yang diterapkan pada penelitian ini adalah flotasi ozon. Flotasi merupakan metoda pemisahan bahan dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Diffuser yang digunakan adalah campuran udara-ozon (dari udara). Selain diffuser, pada flotasi ozon ini menggunakan zeolit alam lampung (ZAL) sebagai bahan pengikat, sodium lauril sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan polialumunium klorida (PAC) sebagai bahan koagulan. Analisis ini dilakukan dengan cara memvariasikan waktu operasi untuk menentukan kondisi optimum proses flotasi ozon bagi ketiga logam. Dari kondisi optimum yang diperoleh maka akan ditentukan kisaran konsentrasi logam awal dalam limbah yang masih dapat diolah. Variabel tetapnya adalah konsentrasi ozon dan tekanan udara kompresor yang digunakan. Kondisi operasi optimum untuk logam besi adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7, dan waktu flotasi 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan besi sebesar 99,50 %. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah besi dengan konsentrasi besi awal hingga 150 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam tembaga adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan tembaga sebesar 89,46%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah tembaga dengan konsentrasi tembaga awal hingga 100 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam nikel adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,0667 g/L PAC, pH pencampuran 9 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan nikel sebesar 98,17%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah nikel dengan konsentrasi nikel hingga 150 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan
"Penelitian ini bertujuan memproduksi hidrogen (H2) dan carbon nanotube (CNT) secara simultan melalui reaksi dekomposisi katalitik metana dengan katalis Ni-Cu-AL. Secara garis besar, penelitian dibagi menjadi dua tujuan besar yaitu studi kinetika intrinsik dan pemodelan reaktor. Studi kinetika didekati dengan tiga cara. Model reaktor yang dibuat adalah reaktor pelat sejajar. Studi kinetika dengan internal reaktor pelat sejajar menghasilkan kinetika non-intrinsik. Pelapisan katalis pada pelat sebanyak 4 kali tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada loading katalis.
Hasil eksperimen diverifikasi menggunakan kriteria-kriteria limitasi tahanan massa dan panas (eksternal dan internal). Hasil verifikasi menunjukkan bahwa kinetika pelat sejajar tidak mampu mengatasi limitasi tahanan internal. Studi kinetika diperbaiki dengan internal reaktor berupa katalis serbuk. Studi kinetika serbuk menghasilkan kinetika intrinsik. Tetapi hasil ini tidak akurat karena deposisi karbon dihitung melalui neraca karbon terhadap waktu (pendekatan dinamik) padahal rata-rata 43,45% karbon hilang di akhir reaksi. Studi kinetika dilanjutkan menggunakan reaktor yang dilengkapi dengan microbalance. Kinetika model ini dapat mengukur pertambahan karbon sebagai fungsi waktu dan suhu pada tekanan atmosfer.
Hasil penelitian sebelum deaktivasi menunjukkan bahwa tahap pembatas laju reaksi adalah tahap adsorpsi. Energi aktivasi yang diperoleh sebesar 67,76 kJ/mol dan faktor pre-eksponensial 5,15 x 1018. Model persamaan kinetika deaktivasi katalis mempunyai persamaan laju deaktivasi orde satu. Reaktor katalis terstruktur pelat sejajar dimodelkan tiga dimensi (3D) kondisi stedi. Model 3 dimensi diselesaikan dengan program aplikasi computional fluid dynamics (CFD) yaitu COMSOL. Konversi metana dan yield hydrogen digunakan sebagai data validasi antara model dan data hasil eksperimen. Hasil simulasi mempunyai persentase kesalahan konversi total metana dan yield H2 berturut-turut 0,77% dan 2,38%. Validasi menunjukkan bahwa hasil model reaktor sesuai dengan data hasil percobaan laboratorium.

This study aims to produce hydrogen (H2) and carbon nanotube (CNT) simultaneously through methane decomposition reaction over a Ni-Cu-Al catalyst. The research is divided into two major objectives namely intrinsic kinetics study and reactor modeling. Kinetics studies were approached in three ways. Reactor model is made parallel flat plate reactor.
The result of kinetics study using internal reactor parallel-plate was nonintrinsic kinetics. Coating 4 times on the parallel plate had no significant effect on catalyst loading. The experimental results are verified using the criteria for limitation of mass and heat resistance (external and internal). Verification results show that kinetics of parallel-plate are not able to overcome the internal resistance limitation. Kinetics studies corrected with the reactor's internal form of the catalyst powder.
This experiment result is not accurate because of carbon deposition is calculated by carbon balance versus time (dynamic approach) whereas the average 43.45% of carbon lost by the end of the reaction. The last study using the reactor which is equipped with a microbalance. This model can measure carbon growth as a function of time and temperature at atmospheric pressure. The results before deactivation suggests that the limiting step is the adsorption. The activation energy of 67.76 kJ/mol and preexponential factor of 5.15 x 1018. Deactivation kinetics model have first order. Parallel-plate structured catalyst reactor is modeled three-dimensional (3D) with steady condition. 3-dimensional model solved by the application program computational fluid dynamics (CFD) namely COMSOL. Methane conversion and hydrogen yield used as validation between model and experimental data. The simulation results have an error percentage of the total methane conversion and H2 yield respectively 0.77% and 2.38%. Validation showed that the model in line with experimental data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1276
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
JPEN 11:2(2009)(1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Misri Gozan
"Perkembangan sektor industri yang cukup pesat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh sektor industri adalah limbah fenol. Untuk melindungi kehidupan air dari kerusakan yang parah, maka konsentrasi fenol dalam effluent harus kurang dari 5.8 mg/L.
Untuk mengolah limbah fenol dapat dipergunakan proses lumpur teraktifasi dengan jenis biorektor yang dipergunakan dengan merrcycle sebagian hasil olahan dalam perbandingan laju alir recycle terhadap laju alir influent tertentu. parameter lain yang mempengaruhi kinerja reaktor adalah perbandingan antara laju alir recycle terhadap laju alir effluent.
Untuk nilai yang tetap jika nilai meningkat maka nilai 5,,8 dan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi tunak pada proses start up akan menjadi lebih lama. Jika nilai semakin besar maka waktu tinggal limbah dalam areaktor akan semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi yang lunat pada proses start up akan semakin cepat pula. Kondisi terbaik pada tulisan ini diperoleh pada saat nilai berturut turut adalah 0.8 dan 0.9 dengan 5.8 sebesar 0.08 hari."
1998
JUTE-XII-4-Des1998-375
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>