Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Wibowo
"Penelitian adsorpsi amonia fasa cair pada kolom adsorpsi unggun tetap zeolit dilakukan deugan menggunakan adsorben zeolit alam Lampung jenis Klinoptilolit yang mengalami perlakuan pemanasan pada 150º C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan adsorpsi amonia oleh zeolit alam Lampung berbentuk granular dengan melihat pengaruh waktu adsorpsi, ukuran butiran zeolit, perbandingan berat unggun terhadap laju alir (W/F), pengaruh regenerasi serta jatuh tekanan (pressure drop) yang ditimbulkan.
Adsorpsi amonia dilakukan dengan menggunakan partikel zeolit berukuran 20-10 mesh dan 10-8 mesh serta laju alir fluida sebesar 0,3 ml/detik. Konsentrasi amonia yang digunakan sekitar 1 gr/L dengan kondisi operasi adsorpsi pada suhu dan tekanan ruang. Konsentrasi amonia keluaran reaktor dianalisa dengan metode distilasi-titrasi, sedangkan zeolitaya dikarakterisasi dengan metode spektroskopi sinar tampak.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk proses adsorpsi selama 240 menit, ukuran partikel 20-10 mesh memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik dibandingkan dengan 10-8 mesh. Untuk W/F 1347 g.detik/mL, 20-10 mesh, waktu pencapaian melampaui baku mutu berlangsung selama 50 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2902 meqNH3/grZAL dengan breakpoint sekitar menit ke-60. Sedangkan W/F 1347 g.detik/mL, 10-8 mesh, waktu pencapaian sekitar 10 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2198 meqNH3/gZAL.
Regenerasi kimiawi dengan larutan NaCl 5 g/L dapat meningkatkan umur pakai adsorben ZAL, tetapi terjadi penurunan kemampuan adsorpsi tahap 2 dan 3 terhadap tahap I. Untuk ZAL 10-8 mesh dengan W/F1397 g.dtk/mL (tinggi 22 cm) perbandingannya 87,00% dan 74,81%.
Pada pengukuran jauh tekanan, perbedaan ukuran partikel tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Jatuh tekanan hasil pengukuran pada kolom adsorpsi untuk tinggi unggun 22 cm dengan ukuran partikel 20-10 mesh dan 10-8 mesh adalah sekitar 2548 N/m²."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto
"Proses regenerasi adsorben zeolit alam Lampung dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme reaksi pertukaran kation dimana kation dalam cairan dipertukarkan atau digantikan dengan kation dari suatu padatan (bahan penukar kation). Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi:
NH4-zeolit + Na+ --><-- Na-zeolit + NH4+
Banyaknya kation yang dipertukarkan memiliki muatan ekuivalen yang sama, sehingga elektronetralitas fasa cair dan padatnya tetap terjaga.
Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran maka perlu dilakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi regenerasi. Dalam penelitian ini digunakan 2,5 siklus adsorpsi-regenerasi (terdiri dari 3 tahap adsorpsi dan 2 tahap regenerasi yang dilakukan secara bergantian) untuk setiap variasi konsentrasi regeneran dan temperatur regenerasi.
Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun zeolit alam Lampung bemkuran 20-10 mesh dan tinggi 22 cm (berat 404 gr). Proses berlangsung secara kontinyu dimana cairan dialirkan masuk ke dalam unggun dengan laju 0,3 ml/dt dari bawah ke atas.
Ada tiga kondisi dalam penelitian ini berdasarkan variasi konsentrasi regeneran dan variasi temperatur regenerasi yaitu:
1. Kondisi A, sildus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 5 g/l dan temperatur regenerasi 30 °C.
2. Kondisi B, siklus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 10 g/l dan temperatur regenerasi 30 °C.
3. Kondisi C, siklus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 5 g/l dan temperatur regenerasi 40 °C.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penambahan konsentrasi regeneran dari 5 g/l menjadi 10 g/I pada temperatur operasi regenerasi 30 °C tidak meningkatkan kapasitas desorpsi sedangkan untuk kapasitas adsorpsi mengalami sedikit kenaikan.
Selain itu dari hasil penelitian juga diketahui kapasitas adsorpsi akan meningkat akibat penambahan temperatur regenerasi dari 30 °C ke 40 °C sedangkan banyaknya NH3 yang terdesorpsi mengalami penurunan.
Secara keselumhan proses regenerasi dengan NaCl sebagai regeneran menunjukkan adanya pengurangan kadar amonia dalam zeolit dengan persentase terbesar yaitu 84,85 % untuk konsentrasi regeneran 5 g/1 dan temperatur 30 °C (kondisi A)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robin
"Proses adsorpsi amonia secara kontinyu yang telah berjalan selama lebih dari 3 tahun belum memberikan hasil yang memuaskan. Persoalan yang timbul adalah waktu adsorpsi yang terlalu cepat dan ketahanan fisik dan kimiawi dan zeolit yang hanya bisa diregenerasi sekali saja. Dari evaluasi diperoleh ternyata faktor yang paling dominan dalam proses adsorpsi ini adalah dengan memperhatikan proses regenerasinya. Proses adsorpsi yang telah berjalan selama ini ternyata kurang efektif proses regenerasinya.
Pengaruh berat unggun/laju alir (W/F) menunjukkan bahwa tinggi unggun 51 lebih baik dengan jatuh tekanan sekitar yang relatif kecil, yaitu 4 cmHg (5260 N/ml). Sedangkan untuk ukuran partikel yang lebih kecil, yaitu 30-20 mesh tidak menunjukkan adanya peningkatan kapasitas adsorpsi. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antara partikel zeolit sehingga pada ukuran molekul yang lebih kecil menyebabkan penurunan luas pennukaan kontak efektif. Sedangkan untuk perlakuan secara kimiawi dengan larutan NaOH temyata tidak meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Hal ini dapat terjadi karena larutan NaOH dapat melarutkan pengotor-pengotornya yang terdapat pada zeolit, disamping itu juga kemungkinan adanya pengaruh ion Na+ terhadap mekanisme pertukaran kation, sehingga kapasitas tukar kationnya berkurang.
Dari penelitian ini diperoleh proses adsorpsi yang lebih baik adalah dengan menggunakan zeolit yang berukuran 20-10 mesh dengan perlakuan awal pemanasan pada suhu 15O°C selama 2 jam, pada tinggi unggun 51 cm dengan laju adsorpsi sebesar 0,3 ml/detik dan laju regenerasi sebesar 1,5 ml/detik selama 3 jam. Waktu efektif yang diperoleh untuk proses adsorpsi sampai memenuhi baku mutu adalah 153 menit pada adsorpsi tahap pertama dan penurunan yang tenjadi pada tahap adsorpsi berikutnya cukup kecil, sehingga diperoleh waktu rata-rata untuk mencapai baku mutu sekitar 114 menit.
Hasil yang diperoleh dari proses adsorpsi ini terdapat dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang berupa larutan amonia telah dijerap oleh zeolit sehingga effluentnya telah mencapai baku mutu. Sedangkan limbah padatan berupa zeolit sisa pakai dapat digunakan sebagai pupuk, karena dapat memberikan nutrisi nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif tumbuhan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngalu, Vincentius Maruli
"Air merupakan salah satu unsur penunjang kehidupan yang keadaannya seringkali diabaikan. Seringkali terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh buangan limbah baik dari industri maupun rumah tangga. Pencemaran tersebut mengakibatkan kerugian terhadap manusia, terutama masalah kesehatan. Oleh karena itu periu diadakan pengolahan iimbah, baik dari industri maupun rumah tangga, agar tidak mencemari air. Beberapa parameter tercemamya air antara lain adalah kandungan amonia dalam air dan nilai COD dari air. COD mengukur jumlah senyawa organik dalam air. Semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air yang mempunyai COD tinggi, berarti kanduugan oksigen terlarutnya rendah. Hal ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air. Sedangkan amonia pada kadar tertentu dapat membahayakan manusia.
Untuk mengatasi hal di atas, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengolah limbah yang nantinya akan dibuang ke badan air, supaya tidak mencemari lingkungan. Proses yang relatif mudah untuk pengolahan limbah adaiah dengan cara adsorpsi. Proses ini dikatakan mudah karena banyaknya media penyerap alam untuk dijadikan adsorben dalam proses adsorpsi. Penelilian ini menggunakan zeolit alam sebagai adsorben, untuk menyerap kandungan amonia dalam limbah. Penelitian terdahulu telah menghasiikan alat adsorpsi berikut dengan pola siklus adsorpsinya.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang memakai larutan amonia teknis sebagai adsorbat, penelitian sekarang menggunakan limbah asli, yaitu air danau UI yang kadar amonianya telah ditingkatkan. Ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh bahan-bahan lain dalam proses adsorpsi amonia. Proses adorpsi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti pola siklus adsorpsi yang dihasilkan dari penelitian terdahulu.
Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa limbah yang diolah dengan mengikuli polar siklus yang ada, tidak semuanya mencapai baku mutu kandungan amonia. Limbah yang mengikuti proses adsorpsi pada seri A, B, C, yang menggunakan 14, dan 5 buah batch ZAL, belum mencapai baku mutu, sedangkan limbah yang diolah pada seri adsorpsi D dan E , yang menggunakan 6 buah batch ZAL telah mencapai baku mum. Untuk limbah yang diolah pada seri adsorpsi A, yang semua batch-nya berisi ZAL barn, kemungkinan dibutuhkan jumlah batch bam sebanyak 4 buah umuk menoapai baku mum amonia. Hal ini menandakan perlunya diadakan penyempurnaan umuk pola siklus adsorpsi yang ada.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa zeolit juga dapat menyerap senyawa organik dalam limbah. Ini digambarkan dengan lebih sedikitnya jumlah amonia teradsorp pada batch pertama dibandingkan dengan batch kedua dari proses adsorpsi pada seri A dan C, yang mempunyai kandungan senyawa organik relatif tinggi. Pada batch pertama ini, penurunan senyawa organik terjadi dengan jumlah penurunan cukup besar. Pada batch kedua, hal yang sebaliknya terjadi, dimana penurunan COD kurang signifikan, akan tetapi penurunan konsentrasi amonia terjadi dengan cukup drastis. Fenomena ini menggambarkan bahwa pada saat konsentrasi senyawa organik dalam larutan tinggi, proses adsorpsi amonia menjadi terhalang, dan zeolit lebih cenderung menyerap senyawa organik. Pada saat konsentrasi senyawa organik telah mengalami penurunan, zeolit dapat mengadsorp amonia dengan lebih baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Reynold Aksa
"Limbah amonia yang keluar dari industri mengandung konsentrasi amonia yang cukup tinggi, diatas ambang batas baku mutu yang berlaku (50 mg/L). Hal ini akan menimbulkan masalah bila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengolah Iimbah yang mengandung amonia adalah dengan cara adsorpsi dengan menggunakan zeolit alam. Zeolit alam digunakan untuk mengurangi kadar amonia dalam larutan karena memiliki ukuran pori yang sesuai dengan diameter amonia sehingga proses adsorpsi dapat berlangsung.
Penelitian adsorpsi secara barch bertingkat ini mengikuti siklus pola adsorpsi berseri yang ditentukan pada penelitian sebelumnya, di uji cobakan dalam alat adsorpsi bertingkat menggunakan ZAL dengan ulcuran 0,8-1 cm dan dipakai larutan buatan dengan konsentrasi awal amonia semua larutan 1000 mg/L. Proses adsorpsi dilakukan secara seri sampai setiap larutan mencapai baku mutu. Zeolit yang telah jenuh diregenerasi secara kimia dengan Iarutan NaCl 5 gram/liter. Zeolit hasil regenerasi dipakai kembali untuk mengadsorpsi amonia sampai jenuh.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk mereduksi konsentrasi larutan amonia 1000 mg/liter sampai mencapai baku mutu 50 mg/l diperlukan 3 batch berseri yang berisi ZAL baru (seri 1), kemudian seri 1 ini dipakai untuk mengadsorpsi larutan baru berikutnya yang berkonsentrasi 1000 mg/l dan untuk mencapai baku mutu dibutuhkan 4 barch yang terdiri dari batch seri 1 dan 1 batch baru yang ditempatkan di akhir proses(seri 2), larutan baru berikutnya membutuhkan 5 batch yang terdiri dari ZAL dari seri 2 ditambah 1 barch ZAL baru yang juga ditempatkan di akhir proses, demikian seterusnya Dan seri 1 sampai dengan sen 6 dapat digunakan sesuai dengan pola siklus adsorpsi yang telah direncanakan.
Daya serap ZAL, terhadap larutan amonia baru 1000 mg/l di batch l untuk 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali adsorpsi berturut-turut adalahh 1,817 meq/g, 1,091 meq/g, 0,93 meq/g, 0,535 meq/g atau 51,8 %, 30,8 %, 26,5 %, dan 14,4 %. ZAL setelah digunakan untuk mengadsorpsi larutan amonia 1000 mg/l sebanyak 4 kali, kemampuan adsorpsi turun dari 51,8 % menjadi 14,4 % dan meningkat menjadi 28,5 % setelah diregenerasi dengan NaCl. Estimasi operasi 1 kali siklus sesuai dengan pola siklus yang direncanakan dengan 6 batch ZAL berisi masing-masing 1,67 ton, membutuhkan waktu 44 jam mampu mengolah limbah amonia seban 50.000 L dengan biaya yang dibutuhkan 6.376.840 rupiah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S50853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Syaripudin
"Kandungan amonia yang tinggi dalam air menimbulkan masalah jika tidak diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air limbah agar konsentrasi amonia dalam larutan mencapai ambang batas yang diperbolehkan sebelum di buang ke badan air.
Penulisan skripsi ini mengandung pengumpulan dan pengolahan data yang dilanjutkan dengan perancangan alat adsorpsi batch bertingkat Pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan penelitian sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengambil data hasil laporan penelitian terdahulu.
Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi amonia dari air limbah dengan menggunakan zeolit alam Lampung (ZAL) jenis klinoptilolit. Zeolit jenis klinoptilolit mempakan adsorben yang sangat baik untuk rnenyerap ion amonium dalam larutan. Zeolit yang digunakan ZAL granular yang berukuran 0.8-1 cm. Konsentrasi awai limbah yang diadsorpsi adalah 1 gr/l dan diharapkan berkurang sampai mencapai baku mutu (50 mg/l).
Proses adsorpsi dilakukan secara batch bertingkat yang artinya proses adsorpsi dari satu batch (kolam) dilanjutkan ke batch lain hingga larutan yang diolah mencapai baku mutu. Jumlah batch yang digunakan sebagai tempat adsorpsi sebanyak enam batch dengan waktu adsorpsi tiap batch 2 jam, Sistem adsorpsi batch bertingkat ini disusun atas dasar:
- ZAL digunakan untuk mengadsorpsi amonia secara berturut-turut sampai baku mutu tidak dapat tercapai lagi.
- Setelah baku mutu tidak tercapai, ZAL di batch pertama yang menerima larutan dengan konsentrasi amonia paling tinggi diregenerasi sebanyak satu kali.
- ZAL hasil regenerasi diletakkan di akhir susunan batch bertahap dan digunakan kembali untuk adsorpsi.
- ZAL hasil regenerasi yang tidak mampu lagi mengadsorpsi larutan dibuang dan diganti dengan ZAL segar, kemudian ditempatkan diakhir susunan batch bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah batch yang dibutuhkan agar konsentrasi amonia mencapai baku mutu adalah 3 batch. Jika dilakukan dengan menggunakan ZAL bekas adsorpsi pertama, maka jumlah batch yang dibutuhkan untuk mengolah larutan kedua adalah 4 batch. Untuk larutan ketiga 5 batch, dan untuk larutan keempat 6 batch.
Model rancangan kolam adsorpsi secara batch bertingkat terdiri dari 8 batch dengan enam batch sebagai tempat adsorpsi dan dua batch yang lain digunkanan sebagai cadangan. Berat ZAL yang diperlukan untuk mengolah amonia sebanyak 6 liter adalah 2 kg/batch, dan untuk mengoiah 5000 liter adalah 1.67 ton/batch.
Biaya investasi alat adsorpsi secara batch bertingkat untuk mengolah limbah dengan volume 5 m³/batch adalah Rp37,144,350.00. Sedangkan untuk hasil-hasil yang lainnya adalah:
a. Untuk waktu operasi 8 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 450 m³
- ZAL yang diperlukan : 25.05 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 1.875 ton
- Biaya operasi : Rp16,979,400.00
b. Untuk waktu operasi 16 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume Iimbah yang dapat diolah : 750 m³
- ZAL yang diperlukan : 45.09 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 3.375 ton
- Biaya operasi : Rp30,529,800.00
c. Untuk waktu operasi 24 jam/hari dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 900 m³
- ZAL yang diperlukan : 60.12 ton
- Regeneran (NaCl) yang dipcrlukan : 4.5 ton
- Biaya operasi : Rp40,699,200.00"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdan Fadli
"Proses regenerasi adsorben dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme pertukaran kation, dimana kation dalam cairan dipertukarkan dengan kation dari suatu padatan.
Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi:
NH4-Zeolit + Na+ = Na-Zeolit + NH4+
Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran, maka perlu diiakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi. Dalam penelitian ini menggunakan 5 siklus adsorpsi-regenerasi, yaitu terdiri dari dari 5 tahap adsorsi dan 5 tahap regenerasi.
Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun Zeolit Alam Lampung berukuran 20 ~ 10 mesh dan tinggi unggun 22 cm- Proses berlangsung secara kontinyu dengan mengalirkan umpan dari bawah kolom pada kecepatan 0,3 ml/detik. Regeneran yang digunakan adalah NaCl 5 g/L dengan variasi suhu 30 ° C, 40 ° C, dan 60 ° C.
Dari hasil penelitian didapat beberapa hal, yaitu:
1. Regeneran dengan temperatur 60 °C memiliki persentase penurunan daya desorpsi yang Iebih kecil.
2. Regeneran dengan temperatur 60 °C mampu menghasilkan ZAL yang memiliki daya adsorpsi yang lebih tinggi, sekitar 98 % dari tahap awal.
3. Regeneran dengan temperatur 40 °C menghasilkan ZAL dengan umur pakai yang lebih tinggi, sekitar 4 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel
"Hidrogen adalah salah satu energi terbarukan yang menjanjikan dan berpotensi menjadi pengganti bahan bakar fosil. Namun, aplikasi hidrogen sebagai bahan bakar memiliki kekurangan, yaitu dalam hal penyimpanannya. Dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir, hidrogen memiliki rasio energi yang sangat rendah terhadap volumenya jika disimpan dalam bentuk gas sehingga perlu dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan metode dan material untuk menyimpan hidrogen terus dilakukan. Sejauh ini metode penyimpanan hidrogen memakai prinsip adsorpsi dengan karbon aktif berbentuk granular sebagai adsorben sangat menjanjikan karena bisa menurunkan tekanan dalam tangki dengan kapasitas penyimpanan yang relatif sama. Pada penelitian ini, karbon aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif berbahan dasar zeolite alam.
Proses pengambilan data dilakukan dengan metode volumetrik dan tipe adsorpsi yang digunakan adalah adsorpsi isotermal. Penyerapan dilakukan pada 3 temperatur berbeda, pertama pada temperatur 35°C dan tekanan mencapai 40 bar, yang kedua adalah pada temperatur 25°C dan tekanan mencapai 40 bar, dan yang ketiga pada temperatur 0°C dengan tekanan mencapai 40 bar. Pada temperatur 35°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.01162kg/kg pada tekanan 39.3620 Bar. Pada temperatur 25°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.01991kg/kg pada tekanan 40.2015 Bar. Pada temperatur 0°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.03042kg/kg pada tekanan 39.6427 Bar. Data yang didapat selanjutnya dikorelasi dengan menggunakan persamaan model Langmuir, Toth, dan Langmuir-Freudlich.

Hydrogen is one of promising and potential new energy sources as the substitute of fossil fuel.But, the application of hydrogen as fuel still has weakness in a storage system. Inroom temperature and atmosphere pressure, hydrogen has a very low energy/volume ratio if the hydrogen is stored in gas phase, so it's needed to do some research about the method and materials to adsorp hydrogen. Nowadays, hydrogen adsorption's method using granular activated carbon as the adsorbent is very promising since can reduce the pressure in cell with the adsorption capacity relatively same as other methods. In this research, the activated carbon which used is natural zeolite.
The method which used in this research is volumetric method and the type of adsorption in this research is isothermal adsorption. The adsorptions in this research are in 3 temperatures, first adsorption in 35oC and the pressure up to 40 bars. Then second adsorption in 25°C and the pressure up to 40 bars, and the third adsorption in 0oC. At temperature 35°C, the hydrogen adsorption is 0.01162kg/kg at 39.3620 Bars. At temperature 25°C, the hydrogen adsorption is 0.01991kg/kg at 40.2015 Bars. At temperature 0°C, the hydrogen adsorption is 0.03042kg/kg at 39.6427 Bars.The Data are corelated with some model equations Langmuir, Toth, and Langmuir-Freudlich.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Subroto
"Pada penelitian ini digunakan H-Zeolit hasil preparasi menggunakan metode pertukaran ion dengan NH4NO3. H-Zeolit ini dipakai untuk mengadsorpsi gas NH; dalam campurannya dengan gas Nitrogen secara siklus yang terdiri atas tahap adsorpsi dan regenerasi. Uji pengaruh suhu terhadap kapasitas adsorpsi dilakukan pada rentang suhu 100-350°C. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 2,5 siklus dengan adsorpsi pada suhu 125°C dan regenerasi pada suhu 475°C. Untuk uji pengaruh air terhadap kapasitas adsorpsi, maka HZ dijenuhkan dengan air sebelum digunakan untuk mengadsorpsi NH; pada suhu 125 dan 100°C. Pada penentuan laju adsorpsi, dilakukan adsorpsi dengan variasi konsentrasi umpan pada temperatur adsorpsi 100°C.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi NH3, pada temperatur operasi 100, 125, 200, 300 dan 350°C adalah sebesar 1.72, 1.35, 0.90, 0.47 dan 0.33 mmol/gr H-Zeolit. Kapasitas adsorpsi pada suhu rendah lebih besar dibandingkan suhu yang lebih tinggi karena terjadi adsorpsi fisika dan kimia secara simultan.
Dari basil uji stabilitas diperoleh kapasitas adsorpsi siklus ke 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 1.35, 1.26 dan 1.16 mmol NH3/gr HZ. Kapasitas adsorpsi karena adanya pengaruh air untuk temperatur operasi 100 dan 125°C adalah sebesar 1.56 dan 1.26 mmol NH3/gr HZ atau mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan kapasitas 'fresh' HZ. Persamaan laju awal adsorpsi pada temperatur 100°C dan W/F=0.03 g.menit/ml adalah r = 1.06x10-2 [NH3]0.82 mol NH3/g HZ. menit.
Studi kasus untuk konsentrasi gas buang NH3 3000 ppm dengan Iaju total gas buang 12 ton/jam., membutuhkan HZ sebanyak 11.98 ton atau 21.89 m3 dengan waktu tahap adsorpsi 2 jam 30 menit dan regenerasi 40 menit. Temperatur operasi yang digunakan adalah 125 ºC, yang merupakan temperatur keluaran stripper dan untuk meregenerasinya digunakan steam HP pada temperatur 475°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>