Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Proses pemisahan, khususnya pemisahan gas erat kaitannya dengan industri kimia di Indonesia maupun di dunia. Membran sebagai salah satu proses pemisahan gas telah berkembang selama 2 dekade terakhir ini. Keberadaannya bersaing dengan proses-proses pemisahan yang telah berkembang terlebih dahulu, namun untuk kasus-kasus tertentu, membran memberikan keuntungan ekonomis yang lebih baik [Spi1lman,1989].
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tekanan dan temperatur operasi terhadap permeabilitas gas CO2, O2 dan N2 pada membran Nylon Film dari PT. Emblem Asia. Dengan menggunakan sel permeasi dapat diukur laju permeasi dan permeabilitas gas pada berbagai tekanan dan temperatur.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa permeabilifas gas CO2 meningkat dengan naiknya beda tekanan dan temperatur, disebabkan oleh adanya efek plastisisasi. Permeabilitas gas O2 dan N2 juga terlihat meningkat dengan naiknya beda tekanan dan tempesatur, namun kenaikannya tidak begitu besar. Dari hasil tersebut, maka membran Nylon Film dapat dikatakan bersifat rubbery. Jenis membran rubbery ini kurang disukai untuk proses pemisahan gas. Akan lebih baik jika digunakan membran jenis glassy, karena memiliki ketahanan terhadap tekanan yang baik. Permeabilitas ketiga gas membentuk urutan : permeabilitas CO2 > permeabilitas O2 > permeabilitas N2.
Selektivitas CO2/O2 tertinggi diperoleh pada temperatur 25°C dan tekanan 8 bar sebesar 9,087. Sedangkan selektivitas CO2/N2 tertinggi diperoleh pada tcmperatur 25°C dan tekanan 12 bar, yaitu sebesar 26,381.
Energi aktivasi rata-rata untuk permeasi gas CO2, O2 dan N2 adalah masing-masing sebesar 44975,354 kJ/mol, 36023,313 kJ/mol dan 49772,502 kJ/mol."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknologi membran telah menjadi salah satu unit operasi yang cukup penting dalam proses pemisahan gas. Berbagai jenis membran dikembangkan, khususnya untuk pemisahan gas CO2 dari gas CH4 pada kilang gas alam ataupun pemisahan gas CO2 dari gas Iainnya seperti pada gas buangan pabrik. Keunggulan utama yang dimiliki adalah konsumsi energi yang relatif rendah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap Iingkungan.
Dalam makalah ini hendak dibahas pengaruh kondisi operasi terhadap permeabilitas gas CO2 , 02, N2 pada membran polietersulfon.
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian membran menggunakan sel permteasi untuk mengetahui laju permeasi gas CO2, sehingga permeabilitas dapat dihitung, pada berbagai kondisi operasi.
Permeabilitas gas dipengaruhi oleh kondisi operasi proses.
Didapatkan bahwa untuk gas CO2, permeabilitas sedikit menurun sejalan dengan kenaikan tekanan operasi dan kemudian konstan pada tekanan yang lebih tinggi. Sedangkan untuk gas O2 dan N2 diperoleh bahwa permeabilitas cenderung konstan terhadap kenaikan temperatur. Hai tersebut merupakan ciri-ciri yang dijumpai pada gas yang melewati membran glassy. Gas CO2 mempunyai nilai permeabilitas paling tinggi, disusui gas O2 dan baru kemudian gas N2. Untuk kenaikan temperatur pada tekanan yang sama menyebabkan kenaikan permeabilitas gas."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Dian S. Dewi
"Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak industri yang menggunakan membran-membran polimer pennselektif untuk sistem pemisahan gas, antara lain pemisahan C02 dari udara (02 dan Nz). Untuk mempelajari kinerja proses permeasi gas melalui membran, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan membran poli-imida dari Nitto Denko, Jepang, dan sel penneasi sebagai alat pengujinya. Membran poli-imida ini adalah membran asimetrik dari polimer glassy yang memiliki stabilitas termal, kimia dan mekanis yang sangat baik. Selain itu sebagai polimer glassy, poli-imida memperlihatkan permeabilitas dan selektivitas gas yang lebih tinggi daripada polimer lain (Matsumoto, 1993).
Dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian dengan menguji pengaruh kondisi operasi terhadap permeabilitas gas CO2, O2 dan N2 pada membran poli-imida. Dengan menggunakan sel permeasi dapat diukur Iaju permeasi dan permeabilitas gas dengan berbagai variasi tekanan dan temperatur pada kondisi ideal.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan kenaikan permeabilitas gas CO2 sebanding dengan kenaikan tekanan dan temperatur operasi, karena adanya efek plastisisasi sehingga membran menjadi bersifat rubbery. Sedangkan untuk O2 dan N2, permeabilitas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Sementara itu permeabilitas ketiga gas meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Permeabilitas gas-gas tersebut membentuk urutan Pco2 > Po2 > PN2; sesuai dengan peningkatan ukuran diameter kinetik molekulnya.
Kenaikan tekanan menyebabkan naiknya nilai selektivitas ideal gas CO2/O2 maupun CO2/N2, tetapi pengaruh temperatur terhadap selektivitas tidak dapat diperkirakan. Selektivitas gas-gas tersebut membentuk urutan αCO2/O2 < αCO2/N2. Dari hasil penelitian juga diperoleh energi aktivasi rata-rata untuk permeasi CO2, O2 dan N2 masing-masing sebesar 25.747 kJ/mol, 17.624 kJ/mol, dan 18.153 kJ/mol, serta permeabilitas standar masing-masing sebesar 3.17E-13 m3(STP).m/m2.det.Pa, 1.06E-15 m3(STP).m/m2.det.Pa, dan 1.21E-15 m3(STP).m/m2.der.Pa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak industri yang menggunakan membran polimer permselektif untuk sistem pemisahan gas, antara lain pemisahan CO2 dari udara (O2 dan N2). Untuk mempelajari kinerja proses permeasi gas melalui membran, dilakukan penelitian dengan menggunakan membran Poli-etilen Tereptalat dari Bakrie Kasei, Co. dan sel pemleasi sebagai alat pengujinya. Membran ini adalah membran asimetrik dari polimer glassy yang memiliki stabilitas termal, kimia, dan mekanis yang baik. Selain itu sebagai polimer glassy, Polli-etilen Tereptalat memperlihatkan permeabilitas seletivitas yang lebih baik dari membran Iain [Billmeyer,1994].
Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh kondisi operasi terhadap permeabilitas gas CO2, O2, dan N2 pada membran Poli-etilen Tereptalat. Dengan menggunakan sel permeasi dapat diukur laju permeasi dan permeabilitas gas dengan berbagai variasi temperatur dan tekanan pada kondisi ideal.
Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menyatakan kenaikan permeabilitas gas CO2 sebanding dengan kenaikan tekanan, hal ini disebabkan oleh adanya efek plastisisasi sehingga membran menjadi bersifat rubbery. Sedangkan untuk gas og dan N2 permeabiljtas gas tidak dipengaruhi oleh kenaikan tekanan. Permeabilitas ketiga gas tersebut meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Harga permeabilitas gas-gas tersebut membentuk urutan PCO2 >> PO2 >> PN2. Hal ini disebabkan oleh diameter kinetik molekul N2 yang paling besar dibandlngkan dengan O2 dan CO2.
Kenaikan tekanan mengakibatkan harga selektivitas gas, baik CO2/O2 maupun CO2/N2, meningkat mengikuti pola permeabilitas CO2 Dengan mengacu pada harga permeabilitas gas, dapat diketahui bahwa selektivitas CO2/O2 lebih kecil daripada selektivitas CO2/N2.
Dari hasil penelitian juga diperoleh energi aktivasi rata-rata untuk permeasi CO2, 02, dan N2 sebesar 29,883 kJ/mol, 21,926 kJ/mol, dan 27,822 kJ/mol.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sistem membran kini mulai banyak digunakan untuk menggantikan berbagai teknologi separasi lainnya karena biayanya Iebih murah dan fleksibilitasnya lebih tinggi.
Pada penelitian yang mendasari tulisan ini, akan dilihat pengaruh tekanan dan temperatur terhadap koetisien permeabilitas, selektititas dan entalpi permeasi gas CO2, O2 dan N2 yang dilewatkan pada membran selulosa tri asetat (CTA). Membran CTA ditempatkan pada sel permasi dan Iaju alir volumetrik gas permeat dicatat pada temperatur 25°C - 50°C dan tekanan 5 bar - 20 bar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permeabilitas gas CO2, O2 dan N2 meningkat dengan meningkatnya temperatur. Permeabilitas gas CO2 meningkat dengan meningkatnya tékanan kecuali pada tekanan rendah.
Permeabilitas gas O2 dan N2 hampir tidak bergantung pada tekanan.
Selektifitas CO2 terhadap O2 lebih rendah dibandingkan dengan selektititas CO2 terhadap N2. Entalpi permeasi (energi aktivasi) rata-rata gas CO2, O2 dan N2 masing-masing sebesar 2218555 Jlmol, 25985,'/92 Jlmol dan 34741,541 J/mol."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudha Aria Putra
"Penggunaan komposit sebagai material baru telah mencakup pada bidang yang amat luas seperti pada bidang automotif, kelautan, luar angkasa dan lain sebagainya. Pada penerapannya kekuatan mekanis material komposit sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, khususnya setelah temperatur melewati temperatur transisi gelas (Tg).
Dalam penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur terhadap kekuatan mekanis material komposit. Material komposit yang digunakan adalah komposit serat gelas/poliester dengan metode pembuatan laminasi basah manual. Sera gelas yang digunakan yaitu kombinasi serat gelas tipe E jenis Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR), dengan susunan 3CSM-WR-3CSM-WR-2CSM, sedangkan matriks yang digunakan yaitu resin poliester. Terhadap material dilakukan pemanasan selama 120 menit dengan variasi temperatur 60C, 80C, dan 100C kemudian didinginkan di udara terbuka. Sebagai pembanding beberapa komposit tidak dipanaskan. Kemudian dilakukan pengujian tarik (ASTM D 638), pengujian tekan (ASTM D 695), dan pengujian lentur (ASTM D 790). Pengujian tersebut dilakukan pada temperatur ruang. Mekanisme perpatahan yang terjadi akibat pembebanan diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan naiknya temperatur pemanasan maka kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit serat gelas/poliester mengalami penurunan. Kekuatan tekan komposit serat gelas/poliester lebih rendah dibanding kekuatan tariknya untuk setiap temperatur pemanasan. Perpatahan yan terjadi akibat pembebanan tarik cenderung bersifat getas dengan terjadinya pelepasan ikatan antara matriks dengan serat, dan patahnya matriks dengan serat yang tertarik ke luar. Dengan naiknya temperatur pemanasan mode perpatahan yang terjadi akibat pembebanan tekan pada arah longitudinal cenderung menunjukkan perpatahan ekstensional. Perpatahan yang terjadi akibat pembebanan lentur dimulai pada lapisan terluar yang berlawanan dengan titik pembebanan yang kemudian diikuti oleh lapisan yang berdekatan, dengan kerusakan berupa hancurnya matriks, patahnya serat dan delaminasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Donald
"Penggunaan material komposit serat gelas-poliester dewasa ini sangat banyak dijumpai pada aplikasi perairan disebabkan sifatnya yang menguntungkan yaitu ringan. rasio kekuatan tinggi terhadap berat, pembuatan bentuk yang tidak terbatas dan harga bahan baku yang rendah serta kemudahan memperoleh bahan bakunya. Namun adanya lingkungan pemakaian seperti perendaman dan temperatur tinggi. komposit serat gelas-poliester memiliki keterbatasan seperti menurunnya sifat mekanis komposit serat gelas-poliester. Pada penelitian ini akan dievaluasi pengaruh perendaman dan temperatur terhadap kekuatan komposit serat gelas poliester. Dalam penelitian ini spesimen komposit merupakan kombinasi dari serat gelas jenis E-glass dan resin poliester jenis GP (general purpose). Serat gelas yang digunakan berbentuk CSM (chopped strand mar) dan WR (woven roving) dengan susunan: 3CSM- I WR - 3CSM - 1 WR - 2CSM Sebagian spesimen tidak direndam (pada temperatur ruang) dan sebagian lagi mengalami perendaman pada temperatur 25'C, 60'C dan 90'C selama 23 hari (552 jam). Setelah itu dilakukan uji tarik arah longitudinal terhadap salah satu serat WR Standar uji tarik yang digunakan adalah ASTM D-638M Pengamatan struktur makro dan mikro selanjutnya dilakukan terhadap bentuk kerusakan yang terjadi pada setiap kondisi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada perendaman di bawah temperatur gelas (73' C) kadar air yang terserap meningkat dengan naiknya temperatur perendaman, sedangkan di alas temperatur gelas, kadar air yang terserap justru mengalami penurunan. Kekuatan tarik spesimen mengalami penurunan dengan naiknya temperatur perendaman. Warna spesimen juga mengalami perubahan dari hijau bening menjadi putih kekuningan dan tekstur permukaan spesimen semakin kasar dengan naiknya temperatus perendaman. Bentuk perpatahan yang terbentuk pada komposit serat gelas-poliester meliputi patah intralaminer, interlaminar dan translaminer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>