Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kukuh Kuntoadhi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S49181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mangatur Victor
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Rhomadani
"Kebutuhan akan metil amina, terutama dimetil amina (DMA) semakin meningkat dari tahun ketahun. Selama ini proses pembuatannya di industri menghasilkan tiga jenis metil amina yaitu Monometil Amina (MMA), Dimetil amina (DMA) dan Trimetil Amina (TMA) dengan selektifitas terhadap TMA cukup tinggi. Sedangkan produk ini kurang diharapkan karena selain nilai ekonomisnya lebih rendah juga cenderung membentuk azeotrop jika bercampur dengan kedua produk lainnya. Oleh karena itulah studi untuk menentukan katalis yang cocok untuk menghambat pembentukan TMA merupakan satu hal yang cukup penting dilakukan.
Pada penelitian ini digunakan katalis asam heteropoli (H3PW12O40) dan garamnya H0.5Cs2.5PW12O40 dalam reaksi fasa cair, dan sebagai katalis pembanding digunakan Al2O3. Digunakannya katalis asam heteropoli karena mempunyai sifat dan struktur yang unik dibandingkan dengan katalis lainnya yaitu kemampuan katalis tersebut untuk mengabsorpsi sampai ke fasa bulk. Selain itu katalis tersebut juga dilaporkan aktif dalam reaksi sintesis MTBE dari alkohol pada fasa cair dan suhu rendah. Sebagai reaktor digunakan "auto clave" dengan temperatur 30 - 80°C. Untuk menghindari terjadinya udara tekan sebesar 8 bar.
Hasil analisa BET menunjukkan bahwa H0.5Cs2.5PW12O40 mempunyai diameter pori rata-rata 8.167 A dal Al2O3 mempunyai diameter pori rata-rata 6.35 A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis-katalis tersebut aktif untuk reaksi sintesis metil amina, walaupun keaktifannya masih sangat rendah. H0.5Cs2.5PW12O40 dapat menekan terbentuknya TMA hingga 100%. Untuk katalis H3PW12O40 kenaikan temperatur dari 30ºC menjadi 45C pada jam kelima reaksi akan meningkatkan konversi dari 0.0551% menjadi 0.0765%. Penambahan mmol H+/mol MEOH dari 1.25 menjadi 2.5 pada katalis H0.5Cs2.5PW12O40 akan meningkatkan konsentrasi produk DMA sebesar 9.75% dan konversi sebesar 12.3%. Tingkat keaktifan katalis berturut-turut adalah H3PW12O40>H0.5Cs2.5PW12O40>Al2O3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Fajar Riyanto
"Anisol dapat disintesis melalui reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol. Anisol sering dikenal dengan metoksibenzena atau metil fenil eter, merupakan senyawa aromatik sederhana yang termasuk dalam golongan eter. Anisol dan derivatnya digunakan dalam reaksi kima sebagai intermediet untuk sintesis suatu material seperti dyes, farmasi, minyak wangi, fotoinisiator dan agrokimia.
Uji katalitik reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol menjadi anisol menggunakan katalis zeolit X dalam fasa cairtelah dipelajari. Reaksi tersebut dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit X sebesar 10% berat reaktan (fenol dan metanol) dan perbandingan volume pelarut dimetilsulfoksida (DMSO) dengan reaktan (fenol dan metanol) adalah 10:1. Pelarut DMSO digunakan untuk menjaga suhu reaksi pada 135-155°C. Zeolit X yang digunakan sebagai katalis, berasal dari bahan alam yaitu kaolin yang sebelumnya diaktivasi menjadi metakaolin melalui proses kalsinasi pada suhu 750-850°C.
Perubahan bentuk struktur metakaolin dari kaolin dikarakterisasi menggunakan XRD dan untuk mengetahui komposisi kimianya digunakan XRF. Sintesis zeolit X dilakukan dengan proses hidrotermal pada suhu 900C selama 72 jam menggunakan botol polipropilen dengan komposisi gel yaitu 3.83 Na2O: 1.17K2O : AIQO3: 2.97SiO2 : 118 HQO.
Hasil sintesis zeolit X dianalisis dengan menggunakan XRD dan XRF. Zeolit X hasil sintesis mempunyai komposisi kimia yaitu Na2O 12.50%, Al2O3 32.40%, SiO; 42.50%, KQO 11.10%, TiO2 0.31%, dan Fe2O3 1.18% (% berat) dan rasio Si/Al sebesar 1.33. Uji katalitik dilakukan dengan memvariasikan suhu reaksi pada 135°C, 140°C, 145°C, 150°C, dan 155°C dan molar rasio reaktan (fenol : metanol) pada 1:10, 1:20, 1:30, 1:40, dan 1:50. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu reaksi dan molar rasio reaktan terhadap produk anisol yang terbentuk. Selain itu, uji katalitikjuga dilakukan dengan tanpa menggunakan katalis zeolit X untuk mengetahui pengaruh katalis tersebut.
Hasil reaksi uji katalitik dianalisis menggunakan kromatogratl gas (GC) dan GCIVIS. Berdasarkan percobaan, yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik tanpa menggunakan zeolit X hanya sebesar 40.48% sedangkan yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik pada kondisi yang sama dengan menggunakan katalis zeolit X didapatkan sebesar 74.02%. Hasil reaksi uji katalitik optimum didapat pada suhu reaksi 155°C dan molar rasio reaktan 1:20 dengan persentase fenol yang terkonversi 82.70%, yield anisol yang terbentuk 81 .49%, dan selektifitas fenol yang terkonversi menjadi anisol 98.54%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasikin
"Metilamina yang disintesis dari metanol dan amoniak diteliti pada studi ini menggunakan katalis garam parsial kalium heteropoli (Cs3-xHxPW12O40 disingkat KPW). KPW dipreparasi dari asam heteropoli dan kalium karbonat dengan metode pertukaran ion. Reaksi dilakukan pada 600~800K dan tekanan atmosfir menggunakan reaktor alir kontinyu pada W/F=0,1~0,9g-kat.mnt./cc. Analisis konsentrasi produk dan reaktan menggunakan gas kromatografi sedangkan karakterisasi struktur katalis menggunakan XRD (X-ray diffraction) dan adsorbsi isothermal untuk menentukan ukuran pori katalis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertukaran ion H dengan K untuk membentuk garam kalium heteropoli menyebabkan perubahan interstisial space yang teramati dengan berubahnya lattice constant dari kristal katalis. Ukuran pori yang lebih kecil dari Trimetilamina (TMA) akan tetapi lebih besar dari Monometilamina (MMA) dan Dimetilamina (DMA) menyebabkan TMA menjadi tidak diproduksi. Kristal KPW bersifat rigid sehingga pori yang terbentuk tidak berubah sepanjang reaksi, sebaliknya kristal (NH4)3PW12O40 tidak rigid dan ukuran pori mudah berubah tergantung dari ukuran metilamina yang teradsorbsi sehingga katalis ini menjadi tidak selektif terhadap metilamina yang berukuran kecil.

Role of K3-xHxPW12O40 as a Catalyst in Selective Catalysis of Methylamine Synthesis from Ammonia and Methanol. Synthesize of methylamine from methanol and ammonia was studied in this research work using a partially potassium heteropoly salt (K3-xHxPW12O40 abbreviated as KPW) as a catalyst. KPW was prepared from heteropoly salt and potassium carbonate by using ion exchange method. The reaction was conducted at 600 ~ 800K and at the atmospheric pressure. Reactor used was a continue flow reactor with W/F=0,1~0,9g-kat.mnt./cc. Concentration of reactants and products were analyzed by gas chromathography while catalyst structure was observed by XRD (X-ray diffraction). Isothermal adsorption method was used for determining catalyst pore size. The result showed that ion exchange between H ion in zeolit with K ion produced potassium heteropoly salt that caused the change of interstitial space. The change of interstitial space was observed by the change of the lattice constant of the catalyst crystal. Trimethylamine(TMA) has molecule size smaller than catalyst pore size but bigger than molecular size of Dimethylamine (DMA) and Monimethylamine (MMA). This phenomenon caused the suppression of TMA formation. KPW has a rigid crystal structure and stabil during reaction. On the other hand, crystal structure of a non selective catalyst (NH4)3PW12O40 was not rigid and its pore size is easy to change depending on the product molecule size."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gandi Iswara
"Jumlah konsumsi bensin di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, cadangan minyak bumi di Indonesia yang terus berkurang menuntut untuk ditemukannya sumber energi alternatif pengganti bensin. Telah dipublikasikan sebelumnya bahwa minyak kelapa sawit dapat direngkah menjadi senyawa hidrokarbon melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa' gas menggunakan katalis asam, namun produk yang dihasilkan memiliki yield bensin yang kecil, yaitu 4-20%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bensin dari minyak kelapa sawit melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa cair dengan jumlah yield bensin yang tinggi. Minyak kelapa sawit direaksikan dengan katalis H-Zeolit yang dipreparasi dari Zeolit Alam melalui metode pertukaran ion. Reaksi dilakukah dalam fasa cair dengan rasio berat katalis per berat umpan 1:75 di dalam reaktor tumpak berpengaduk. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 1 hingga 2 jam pada suhu 300-320°C. Reaksi yang terjadi adalah reaksi perengkahan katalitik, dimana H-Zeolit merengkah ikatan kimia minyak kelapa sawit menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Agar diperoleh yield bensin yang tinggi, produk reaksi didistilasi secara tumpak sebanyak 2-3 kali. Distilasi dihentikan apabila diperoleh produk yang memenuhi spesifikasi bensin dalam hal titik didih dan densitas. Produk yang memenuhi spesifikasi bensin ini disebut Bensin-Bio. Pada Bensin-Bio, dilakukan analisis GC-MS, angka oktana dan RVP. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimum reaksi adalah pada reaksi selama 1 jam pada suhu 320°C dan dilanjutkan dengan dua kali distilasi secara tumpak. Produk yang dihasilkan memiliki densitas 0,77 g/mL dan titik didih akhir 255°C. Komposisi Bensin-Bio adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah rantai Ci-Cn , memiliki RVP 48,23 serta angka oktana 122,24. Konversi reaksi adalah 21,56% dan yield bensin sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Eddy Suhendi
"Metanol dapat dibuat dengan reaksi hidrogenasi karbon dioksida. Keberhasilan reaksi dapat dil::ingkstkan dengan menggunakan katalis dalam reaksinya. Keberhasilan reaksi katalitik tersebut diteninkan diantaranya oleh luas permuksan katalis serta desorpsi re~ dan produk oleh katalis. Katalis okslda iogam memilild Iuas permukaan yang kedl dan kestahilan yang rendah. selain itu umurnya dalam pabrik relatif sehentar. Penggabungan beberapa okslda logam (CuO, ZnO, A1.p, Cr,OJ membentuk suatu katalis okslda logam kompleks (Cu/ZnO/ AJ.,O,!Cr,OJ yang memiliki Iuas permuksan yang besar. Semakin besar luas permuksan suatu katalis memperbesar kemungkinan adsorpsi reaklan oleh katalis yang pada aklrirnya meningkatkan ierjadinya reaksi. C02 dan H, yang diadsorp pada temperatur 250 °C terdesorpsi diatas temperatur 300 °C, sehingga reaksi pada temperatur 250 OC dapat berl.angsung dengan baik"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>