Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzia Dwi Anggraini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Wulandari
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monfitriani
"Tanaman kacang tanah banyak tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Produksi dan penggunaannya cukup banyak, biasanya
digunakan sebagal bahan baku minyak dan pangan bahkan bungkil hasii
dari sisa pembuatan minyaknya digunakan untuk makanan ternak. Kulit
kacang tanahnya sendirl belum banyak dimanfaatkan bahkan hanya sebagal
llmbah hasli pertanlan saja. Oleh karena Itu pada penelltlan Inl dicarl
alternatif pemanfaatan kullt kacang tanah yaltu sebagal karbon aktlf.
*
Penggunaan llmbah pertanlan sebagal karbon aktlf telah banyak dllakukan
seperti tempurung kelapa , tempurung bijl pala, sekam, bonggol jagung, kayu
dan sebagalnya. Pembuatah karbon aktif kulit kacang tanah ini berdasarkan metode
yang umum digunakan dalam pemanfaatan limbah pertanian sebagai karbon
aktif yaitu dengan destilasi kering menggunakan aktivasi kimia dengan
aktivator ZnCl2. Pada penelltlan ini digunakan konsentrasi ZnCb 10 %
dengan perbandingan 1:10. Suhu aktivasi yang digunakan bervariasi yaitu
300°C, 400°C, 500°C selama Ijam dan variasi waktu aktivasi pada suhu
optimum yaitu 2 jam dan 3 jam.
Pada percobaan ini suhu yang menghasilkan penyerapan paling baik
adalah 500°C dengan nilai penyerapan iod 568,8 mg/g dan nilai penyerapan
methylen blue 1100 ml/g sedangkan waktu aktivasi yaitu pada waktu 3 jam
dengan 647,2 mg/g dan 1300 ml/g. Nilai penyerapan iod masih di bawah
standar SNI tetapi nilai penyerapan methylen blue telah melewati SNI. Pada
aplikasinya yaitu penyerapan zat warna menyerap sekitar 12% dibandingkan
Merck sekitar 24% , untuk penyerapan logam Pb^"" sekitar 10% sedangkan
Merck 26,6%, untuk penyerapan minyak di mana hanya dilihat secara
kualitatif karbon aktif kulit kacang tidak memberikan perubahan warna
sedangkan Merck memberikan perubahan warna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Air sadah, yaitu air yang banyak mengandung ion Mg dan Ca merupakan
masalah yan cukup serius bagi pabrik-pabrik yang menggunakan alat pemanas
(ketel). Air sadah menyebahkan berkurangnya efisiensi alat pemanas karena ion
Ca dan Mg terpresipitasi membentuk kerak pada alat pemanas tersebut sehingga
perpindahan panas tidak berlangsung maksimal.
Untuk mengurangi kesadahan air, maka pada penelitian ini digunakan
karbon aktif untuk mengadsorpsi ion Mg". Air sadah dilewatkan melalui unggun
karbon aktif dengan aliran vertikal ke atas. Variasi yang dilakukan pada penelitian
ini adalah variasi tinggi unggun, yaitu 5, 7,5 , 10, 15 cm dan variasi jenis karbon
aktif, yaitu karbon aktif dari tempurung kelapa dan karbon aktif dari residu minyak
bumi.
Dari hasil variasi tinggi unggun, temyata semakin tinggi uggun maka daya
adsorpsinya terhadap ion Mg” semakin besar. Unggun karbon aktif dengan
ketinggian 5 cm dapat mereduksi ion Mg” sampai 30,37 % dan sudah jenuh pada
menit ke-120, unggun dengan ketinggian 7,5 cm sampai 94,49% dan menit ke-180,
unggun dengan kctinggian 10 cm sampai 93,19 % dan menit ke-240, unggun
dengan ketinggian 15 cm sampai 98,3 1% dan setelah 300 menit masih belum jenuh.
Sedangkan dari variasi jenis karbon aktif yang digunakan, temyata karbon
aktif dari residu minyak bumi memiliki daya adsorpsi yang jauh Iebih besar
daripada karbon aktif dari tempurung kelapa. Hal ini terbukti dari kemampuan
unggun karbon aktif dad residu minyak bumi untuk mereduksi ion Mg” sampai
mencapai 88,3 % dan setelah 180 menit masih belum jenuh, sedangkan karbon aktif
dari tempurung kelapa hanya sampai 80,3 7% dan telah jenuh pada menit ke-120."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hizba Ilmi Naf An
"Gas alam merupakan bahan bakar alternatif yang cadangannya masih terdapat banyak di bumi, khususnya di Indonesia. Penggunaan optimal dari gas alam mampu menggantikan peran bahan bakar minyak yang ketersediaannya mulai terbatas. Salah satu pemanfaatannya ialah dengan teknologi ANG yang berdasar pada prinsip adsorpsi menggunakan material berpori. Teknologi ANG mampu menampung gas alam dalam konsentrasi tinggi dengan tekanan yang rendah dalam temperatur kamar. Material berpori yang dapat digunakan untuk menampung gas alam salah satunya karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang cukup tinggi karena memiliki porositas yang tinggi. Karbon aktif dapat dibuat dari bahan yang memiliki rantai hidrokarbon yang cukup tinggi, salah satunya dari limbah pertanian yang mengandung selulosa yang tinggi. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan aktivasi kimia dan fisika. Pembuatan karbon aktif menggunakan aktivator KOH dilakukan dengan variasi perbandingan berat 1:0,25 hingga 1:1. Pembuatan karbon aktif dengan konsentrasi KOH 1:1 menghasilkan karakteristik terbaik dengan bilangan iod 1337 mg/mg dan luas permukaan 1190,8 m2/g. Kapasitas penyimpanan tertinggi dari karbon aktif ini mencapai 0,0397 kg/kg pada tekanan 9 bar dan suhu 27 C dengan efisiensi pelepasan sebesar 43,82 . Karbon aktif yang disintesis dari limbah mahkota nanas dibandingkan dengan karbon aktif komersil dimana karbon aktif komersil memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 0,0429 kg/kg pada tekanan 9 bar dan suhu 27 C serta efisiensi pelepasam sebesar 43,82.

Natural gas is considered as alternative fuel that still has the sufficent availability in the earth, particularly in Indonesia. The optimal use of natural gas is able to replace the role of fuel oil that its capacity is started to decrease in the world. One of the utilization of natural gas is ANG technology which based on the adsorption principle of the porous material. ANG technology is capable to store the natural gas in high concentration with low pressure in room temperature. One of the porous material that can be use to store the natural gas is activated carbon which has a fairly high surface area due to its good porosity. Activated carbon can be made from the material that consist of hydrocarbon chains, referring agricultural waste with high cellullose as one of its example. Pineapple crown as a agricultural waste has an abundant source but has not been utilized maximally, is able to be used in this research. Activated carbon using KOH activator is done with variation of weight ratio 1 0,25 to 1 1. Activated carbon with KOH concentration of 1 1 produced the best characteristic with iod number 1337 mg mg and surface area 1190,8 m2 g. The highest storage capacity of this activated carbon reached 0.0397 kg kg at a pressure of 9 bar and a temperature of 27 C with desorption efficiency of 43.82 . Activated carbon synthesized from pineapple crown waste compared with commercial activated carbon in which commercial activated carbon has a storage capacity of 0.0429 kg kg at a pressure of 9 bar and a temperature of 27 C and a desorption efficiency of 43.82."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Aulia Hanifah
"Emisi gas buang dari kendaraan bermotor banyak mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Karbon aktif dapat dikembangkan sebagai adsorben guna mendukung upaya penanggulangan pencemaran udara akibat emisi gas kendaraan bermotor. Karbon aktif diproduksi dengan bahan baku biomassa, salah satunya ialah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan selulosa (6,92%), hemiselulosa (26,16%), dan lignin (53,85%). Karbon aktif berbahan baku limbah cangkang kelapa sawit diproses melalui proses dehidrasi, reduksi, dan diaktivasi kimia menggunakan larutan kalium karbonat (K2CO3) dengan rasio massa 1:1 dan konsentrasi K2CO3 sebesar 20%-w. Selanjutnya, sampel dikarbonisasi pada furnace dengan temperatur 500 ºC dan dilanjutkan dengan aktivasi kimia tahap dua dengan variasi perbandingan massa K2CO3 dan massa bahan baku yang digunakan sebesar 1:1 dan 3:2. Sampel yang telah teraktivasi kimia selanjutnya mengalami aktivasi fisika pada temperatur 750 ºC dan dialiri gas N2 dengan laju 200 ml/menit selama 90 menit. Karbon aktif yang telah disintesis memiliki luas permukaan terbaik pada variasi rasio massa 3:2 yaitu sebesar 1202 m2/g. Modifikasi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi dari karbon aktif. Pada penelitian ini, modifikasi dilakukan dengan menyisipkan logam oksida berupa nikel oksida (NiO) ke dalam pori karbon aktif dengan variasi konsentrasi sebesar 0,5%, 1%, 2%. Penyisipan NiO mengurangi luas permukaan karbon aktif hingga 802 m2/g pada variasi konsentrasi 2%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa media karbon aktif terimpegrasi NiO 1% yang dipasang pada tabung adsorpsi dapat memberikan hasil penurunan konsentrasi gas CO sebesar 61,95%, HC sebesar 37,96 %, dan CO2 sebesar 48,5 %.

Exhaust emissions from motor vehicles contain many compounds that are harmful to human health and the environment. Activated carbon can be developed as an adsorbent to support efforts to combat air pollution due to motor vehicle gas emissions. Activated carbon is produced with biomass raw materials, one of which is a palm shell which contains cellulose (6.92%), hemicellulose (26.16%), and lignin (53.85%). Activated carbon made from palm shell waste is processed through the process of dehydration, reduction, and chemical activation using potassium carbonate (K2CO3) solution with a mass ratio of 1:1 and K2CO3 concentration of 20%-w. Furthermore, the sample was carbonized in the furnace at a temperature of 500 ºC and continued with second step chemical activation with a variation in the mass ratio of K2CO3 and the mass of the raw material used was 1:1 and 3:2. Samples that have been chemically activated then undergo physical activation at 750 ºC and flowed with N2 gas at a rate of 200 ml/min for 90 minutes. The synthesized activated carbon has the best surface area at a mass ratio of 3:2 which is 1202 m2/g. Modifications were made to increase the adsorption capacity of activated carbon synthesized. In this study, the modification was carried out by impregnating metal oxides in the form of nickel oxide (NiO) into pores of activated carbon with a concentration variation of 0.5%, 1%, 2%. NiO impregnation reduces the surface area of activated carbon up to 802 m2/g at 2% concentration variation. From the results of the study, the NiO 1% -activated carbon mounted on the adsorption tube can result in a decrease in CO gas concentration of 61.95%, HC of 37.96%, and CO2 of 48,5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chodijah
"ABSTRAK
Material karbon aktif berukuran mikro (mikro-karbon aktif) dikembangkan untuk
memperoleh material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari efektivitas penggunaan penggilingan bola planetari dengan
parameter, ratio sampel terhadap bola 1:5 selama 30 jam, kecepatan 200
putaran/menit dalam kondisi penggilingan non-inert. Karbon aktifasi hasil
pemilingan kemudian dibentuk pelet dengan penambahan gula cair sebagai
pengikat dan KOH sebagai larutan aktifasi. Material karbon aktif berukuran 36,41
mikron meningkat setelah penggilingan bola sebanyak 13,6 % untuk batok kelapa
dan 0,74 % untuk batubara. Pelet karbon aktif (batok kelapa) memiliki nilai
penyerapan yang lebih tinggi jika dibandingkan serbuk karbon aktif. Kapasitas
penyerapan pelet karbon aktif meningkat hingga ± 75,87% pada temperatur
rendah -5oC dan ± 78 % pada temperatur ruang 25oC.

ABSTRACT
Micro-activated carbons have been developed for hydrogen storage materials. The
research was conducted to observe the effect of planetary ball milling with the
ratio sample to ball 1:5 for 30 hours, 200 rev / min in non-inert conditions. Ball
milled activated carbon material were then formed as pellet with addition of liquid
sugar as binder and KOH as activated reagents. The pellet was reactivated at 550o
C for 1 hour. Fraction of activated carbon material with the size of less than 36.41
microns increased after ball milled as mucs as 13.6% for coconut shell and 0.74
for coal. Pellet activated carbon has higher adsorption capacity than powdered
activated carbon. Adsorption capacity of pellet activated carbon up to ± 75.87% in
low temperature -5oC and 78% in room temperatur 25oC."
2011
T30032
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Setyaningsih
"Industri mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah produksi yang mencemari lingkungan. Limbah produksi bisa mencemarkan bahkan merusak lingkungan, baik untuk jangka waktu .yang pendek maupun untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, perlu diusahakan teknik dan cara produksi yang memperkecil bahkan meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses produksi yang menghasilkan produk sampingan. Untuk memudahkan pengendalian pencemaran industri, maka pemusatan industri pada kawasan industri akan sangat membantu.
Air buangan bukanlah merupakan masalah yang baru di masa sekarang ini, tetapi meruapakan masalah yang telah ada sejak dulu. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau tidak menyadari akan pengaruh negatif dari adanya pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri-industri dan perusahaan yang membuang air buangannya ke lingkungan sekitar dengan tidak memperhatikan akibat-akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh air buangan tersebut.
Limbah air yang berasal dari pabrik batik mengandung bahan buangan yang berupa zat warna yang berasal dari proses pencucian kain. Warna merupakan indikator pencemaran air yang sangat mudah terlihat. Pembuangan air limbah berwarna tidak hanya merusak estetika badan air penerima tapi juga meracuni biota air di badan air penerima. Di samping itu adanya warna yang pekat akan menghalangi tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan- biota air akan berkurang. Hal ini akan mengancam-kehidupan makhluk hidup yang ada di badan air tersebut.
Hampir sebagian besar industri batik saat ini membuang air limbahnya langsung ke badan air penerima. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya cara pengolahan limbah yang tepat dan murah dan juga kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan masih rendah.
Dengan adanya relokasi industri batik yang berasal dari pindahan industri batik Karet Setiabudi ke daerah Kompleks Industri Kerajinan batik di desa Pasirbolang Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, maka diperlukan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah. Dengan didapatkannya cara pengolahan yang tepat dan murah, pihak industri di samping merasa tidak dirugikan, juga limbah yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk mendapatkan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah, dilakukan percobaan laboratorium dengan mengambil sampel dari pabrik batik Gabatex di Palmerah. pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisik, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)z.
Dari percobaan yang dilakukan di laboratorium, didapat dosis optimum koagulan FeSO4 = 300 mg/1 dan Ca(OH)2 = 200 mg/l. Untuk nendapatkan pengolahan limbah yang paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah : Koagulasi/flokulasi-sedimentasi, Koagulasi-flotasi, koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi Baja. Dari rangkaian percobaan tersebut, didapat hasil yang paling optimum adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, dengan persen pengurangan warna sebesar 100%.
Untuk mengetahui jenis adsorben yang paling bagus, dilakukan percobaan secara batch terhadap jenis karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi, karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor. Karbon aktif sekam padi dibuat sendiri di laboratorium, sedang jenis karbon aktif yang lain (tanpa merek dagang) didapat dari toko bahan kimia. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan waktu kontak dan konsentrasi dari karbon yang digunakan. Pengurangan warna yang paling besar dicapai dengan menggunakan karbon aktif sekam padi yaitu sebesar 95,16%, sedangkan dengan tempurung kelapa hanya sebesar 75,81%.
Untuk mendapatkan pembangunan unit pengolah limbah yang murah, dilakukan penbandingan antara sistem kelompok dan sistem individu. Dari perhitungan biaya pembuatan pengolahan limbah, didapat biaya yang paling murah, jika industri batik melakukan pengolahan secara berkelompok, yaitu didapat penghematan sebesar 24 juta. Angka ini didapat dari perhitungan total 4 pabrik bila melakukan pengolahan secara individu dan bila ke empat pabrik melakukan pengolahan secara berkelompok. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaina Sari Rahmawaty
"Fotokatalisis adalah salah satu metode yang dipakai untuk mengolah limbah
organik dalam air, contohnya limbah fenol. Semikonduktor yang banyak dipakai sebagai
katalis dalam fotokatalisis adalah TiO2 Degussa P25. Proses fotokatalisis dengan sistem
katalis slurry memiliki kendala teknis dalam hal memisahkan suspensi Ti02 dari air yang
telah diolah. Selain itu suspensi partikulat tidak mudah diterapkan dalam sistem aliran
kontinu, sehingga dipakailah sistem Ti02 yang diimmobilisasi pada material lain yang
berfungsi sebagai penyangga. Karbon aktif (AC) adalah salah satu penyangga dengan daya adsorpsi cukup baik dan sering dipakai sebagai material pengolahan limbah organik.
Tahap awal irnmobilisasi adalah preparasi kataiis yang dilakukan dengan
mencampurkan Tit), dalam air bebas mineral sampai terbentuk slurry Si02 dari larutan
TEOS 98 % ditambahkan dalam slurry katalis sebagai kekuatan mekaniknya untuk
mengurangi perontokan Ti02 pada perrnukaan adsorben. Setelah slurry disonikasi dan
dicampurkan dengan karbon aktif, pelapisan dilakukan dengan menguapkan seluruh cairan slurry sampai habis pada suhu 100 °C, kemudian dikeringkan di dalam furnace pada suhu 100 °C dan dikalsinasi pada suhu 400 °C masing-masing selama 1 dan 2 jam. Kemudian untuk mengetahui luas permukaan dan ukuran pori katalis sebehun dan sesudah dipreparasi perlu dilakukan karakterisasi BET pada karbon aktif mumi dan katalis TiO2/SiO2/AC. Uji kinerja dilakukan di dalam reaktor silinder pyrex yang disekelilingnya dipasang 8 buah Iampu UV pada selubung reaktor dengan intensitas cahaya illuminasi UV 144 μW/m2. Parameter yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah konsentrasi awal fenol 30 ppm, laju alir keluaran 35 ml/menit, dan lama pengujian 8 jam. Untuk mengetahui hasil pengujian, sampel dianalisis dengan metodeforometri langsung.
Hasil karakterisasi BET menunjukkan telah terjadinya peningkatan luas permukaan
dan volume pori pada katalis setelah dipreparasi walaupun peningkatannya tidak terlalu
signifikan dan terbukti bahwa karbon aktif merupakan microporous adsorbenr. Dari hasil uji kinerja katalis diperoleh kondisi optimum proses pengolahan limbah fenol ini, yaitu dengan menggunakan 25 g katalis TiO2/SiO2/AC dngan komposisi 2,4 : 0,047 : 97,5 % berat yang berhasil menyisihkan fenol sebesar 100% untuk lama pengujian 8 jam. Air hasil pengolahan limbah fenol ini sudah memenuhi standar baku mutu air untuk air mimun dan kehidupan ekosistm aquatik yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu masing-masing 0,002 mg/L, dan 0,5 - 1,0 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Ayu Dwi Prasanti
"ABSTRAK
Pada industri otomotif terdapat proses elektroplating sebagai bagian dari
proses produksi. Proses ini menghasilkan limbah dengan kandungan logam nikel
yang cukup tinggi kisaran 27,6 - 34,8 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu
alternatif pengolahan limbah secara fisik yang memiliki desain sederhana dan
mudah dalam pengaplikasiannya. Salah satu adsorben alami yang dapat dipakai
untuk menyisihkan logam nikel adalah kulit buah jeruk lokal dari jenis jeruk siam
(Citrus nobilis var microcarpa). Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan
secara batch dengan metode two-level full factorial design untuk mendapatkan
waktu kontak dan dosis adsorben optimum. Dari hasil penelitian, kulit jeruk
berhasil dijadikan sebagai karbon aktif dengan nilai bilangan iodin sebesar 364,29
mg/gr, nilai kadar air sebesar 2,9%, dan densitas sebesar 0,623 g/mL. Proses
adsorpsi secara batch dapat menyisihkan nikel sebanyak 18,3% dengan kombinasi
dosis adsorben optimum sebesar 36 g/L dan waktu kontak optimum 70 menit. Data
ekuilibrium adsorpsi nikel menunjukkan kecocokan dengan model isotherm
Freundlich dengan nilai kapasitas adsorpsi sebesar qe = 0,23 mg/g. Data kinetika
adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai
laju kinetika knikel = 0,04 g/mg.menit.

ABSTRACT
In the automotive industry there is an electroplating process as a part of
the production process. This process produces a waste with nickel metal content
that high enough with range of 27.6 to 34.8 mg/L. Adsorption is one of physical
waste treatment alternative which has a simple design and easy to apply. One of
natural adsorbent that can be used to reduce a nickel metal is local orange peel from
tangerine family (Citrus nobilis var microcarpa). In this study, an activated carbon
successfully made from orang peel with iodine number 364,29 mg/gr, water content
2,9%, and density 0,623 g/mL. Batch adsorption experiments with two-level full
factorial design method was conducted to get the optimum contact time and
optimum adsorbent dosage. From the result of this research, the batch adsorption
can reduce 18,3% nickel with a combination of 36 g/L optimum adsorbent dose and
70 minutes optimum contact time. Adsorption equilibrium data of nickel were best
fitted by Freundlich isotherm model with adsorption capacity values of qe = 0,23
mg/g. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics
model with a rate value knikel = 0,04 g/mg.minute."
2016
S64521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>