Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada proses pembakaran, semua bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi yang pada umumnya beracun seperfi CO, SO2; dan NOx dan harus diperhitungkan juga efisiensi pembakaran dan efisiensi termal dari bahan bakar. Dalam penelitian ini digunakan batubara (briket batubara) dan LPG untuk dibandingkan tentang efisiensi pembakaran, efisiensi termal dan emisi gas beracun hasil pembakaran. Briket balubara dibuat dengan teknik pembuatan tanpa karbonisasi dan berbentuk sarang tawon silinder bulat. Komposisi briket batubara (dalam 15 kg bahan baku) adalah : 90% batubara Adaro-Kaltim, 10% clay, 2.7% tapioka dan 25% air. Hasil analisa kimia briket batubara : moisture = 8.7770%, volatile matter - 39.1708%, abu = 13.7654% dan fixed carbon = 38.2868% (analisa proksimat), kandungan C 53.92%, H = 4.879 dan N = 0.515% (analisa ultimat), nilai kalor = 5107.1 kka1/kg, berat rata-rata = 674.0 gr.
LPG yang digunakan adalah LPG yang ada di pasaran dengan kamposisi 60% propana dan 40% butana. Berat bersih LPG adalah 12.0 kg. Parameter yang dibuat sama untuk emisi gas beracun dan efisiensi pembakaran adalah jumlah/kuantitasb bahan bakar dan parameter yang dibuatsama untuk efisiensi termal adalah jumlah/kuantitas bahan bakar, jum1ah/kuantitas air yang dipanaskan serta suhu akhir pemanasan (100°C). Parameter yang dibandingkan untuk emisi gas beracun adalah emisi gas CO, SO2 dan NOx hasi1 proses pembakaran, untuk efisiensi pembakaran adalah emisi gas CO yang dihasilkan selama proses pembakaran dan untuk efisiensi termal adalah jumlah kemampuan bahan bukar untuk memanaskan air hingga suhu akhir pemanasan untuk sejumlah/kuantitas buhan bakar yang dipakai dan efisiensi termal yang dihasilkan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk emisi gas beracun, pembakaran briket batubara menghasilkan emisi CO = 2979 ppm (max), SO2 = 0 ppm dan NOx = 61 ppm (max) sedangkan pembakaran LPG menghasilkan emisi CO, SO2 dan NOx = 0 ppm. Untuk efisiensi pembakaran didapatkan efisiensi pembakaran briket batubara adalah < 100% dan dan efisiensi pembakaran LPG adalah 100%. Dari percobaan efisiensi termal didapatkan dalam waktu yang sama yaitu 230 menil, pembakaran briket batubara dapat memanaskan air sebanyak 8 kali dengan waktu pemanasan rata-rata 28.75 menit dan efisiensi termal = 54.67% dan pembakaran LPG dapat memanaskan air sebanyak 12 kali dengan waktu pemanasan rata-rata 19.25 menit dan efisiensi termal = 22.06%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kusuma Dewi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita
"Pemerintah Indonesia menganjurkan alternatif penggunaan briket batubara dalam kegiatan rumah tangga, dan industri skala kecil dan menengah. Penggunaan briket batubara sebagai alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah yang banyak digunakan oleh masyarakat sedangkan persediaannya terbatas. Jika dibandingkan dengan minyak tanah sumber daya batubara berlimpah (61.3 Milyar ton). Penggunaan briket batubara dapat menimbuikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan, karena dapat meningkatkan konsentrasi pencemaran udara diantaranya Total Suspended Particulat (TSP), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), senyawa organik seperti benzo[a]pyrene dan benzene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara ambien akibat pembakaran briket batubara.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Pembakaran briket batubara dengan cara simulasi, contoh uji udara ambien diambil sebelum dan sesudah pembakaran dengan menggunakan alat High Volume Air Sampling (HVAS) untuk TSP dan B[a]P, dan dengan impinjer untuk parameter gas Iainnya seperti yang diuraikan diatas.
Hasil penelitian analisis udara ambien adalah sebagai berikut. Parameter anorganik:
1. Sulfur dioksida (SO2) : 5,50 1.i.g/Nm3 - 225 µg/Nm3,
2. Karbon monoksida (CO): 228 1.Lg/Nm3 - 508 µg/Nm3,
3. Total Suspended Particulat (TSP) : 105 ug/Nm3 - 115 1.tg/Nm3,
4. Nitrogen dioksida (NO2): 16,1 1.ig/Nm3 - 20,5 µg/Nm3, Parameter organik,
5. Benzo[a]pyrene (B[a]P):485 ng/g - 4518.1 ng/g,
6. Benzena (C5H6): 0 µg/Nm3 - 1µg/Nm3.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t dengan alpha (a)= 0,05. Berdasarkan uji ini, semua parameter konsentrasinya 'dinyatakan berbeda nyata sebelum dan sesudah percobaan, kecuali untuk parameter hidrokarbon (HC) yaitu 1,53 µg/Nm3 - 1,61 µg/Nm3
Pada penelitian ini disarankan bahwa penggunaan briket batubara sebagai alternatif dapat digunakan namun perlu hati-hati pencemaran udara dari emisi yang ditimbulkan.

The Government of Indonesia suggests that the use of coal briquette as an alternative energy needs to be applied to domestic activity, and small and medium scale industries. The use of coal briquette as an alternative energy is to reduce domination of kerosene since the kerosene is abundantly used by society while its supply is limited. comparing to kerosene coal resource is copious (61,3 ton billion). The used of coal briquette as an alternative energy could generate negative impact on human health and environment, because it would raise the concentration of air pollution, such as Total Suspended Particulate (TSP), nitrogen dioxide (NO2), sulphur dioxide (502), carbon monoxide (CO), hydrocarbon (HC), the organic compound like benzo[a]pyrene (B[a]P) and benzene. The aim of this research is to know the effect of combustion of coal briquette to ambient air quality due to emission of air pollutants.
This research used experimental method. The combustion of coal briquette in this test used simulation technique. The sampling of ambient air quality was taken before and after combustion using High Volume Air Sampler for TSP and B[a]P, as well as grab impinge for other gases mentioned above. The air sample was analyzed in laboratory according to standardized method.
The results of ambient air analyses are as follows.
Inorganic parameters:
1. Sulphur dioxide (502): 5,50 µg/Nm3 - 225 µg/Nm3,
2. Carbon monoxide (CO): 228 µg/Nm3 - 508 µg/Nm3
3. Total Suspended Particulate (TSP): 105 ug/Nm3 -115 jig/Nm3
4. Nitrogen dioxide (NO2): 16,1 1.tg/Nm3 - 20,5 1.1g/Nm3, Organic parameters:
5. Benzo[a]pyrene (B[a]P): 485 ng/g - 4518, 1 ng/g,
6. Benzene (C6H6) : 0 µglNm3 - 1 µg/Nm3.
These data were analyzed using t test with an alpha (a) of 0, 05.
Base on this test, all parameters indicate that there are significant concentration differences before and after experiments were conducted, except for hydrocarbon (HC):1,53 µglNm3 - 1,61 µglNm3.
For these results, it is suggested that the use of coal briquette as an alternative fuel-could be applied with precautions on gaseous pollutants emitted."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto Wibowo
"Seiring dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak di Indonesia, maka alternatif bahan bakar lain mulai banyak digunakan, yakni batubara. Hal ini didorong dengan semakin menipisnya ketersediaan bahan bakar minyak dan besarnya potensi batubara mengingat cadangan/ketersediaannya di Indonesia yang masih sangat besar. Kompor briket, merupakan salah satu pemanfaatan batubara untuk keperluan rumah tangga. Dalam pemanfaatannya, selain memiliki sejumlah keunggulan dalam segi biaya, ternyata pembakaran briket masih memiliki berbagai macam kendala, baik dari segi kepraktisan seperti waktu penyalaan (ignition time) yang lambat, kurang optimalnya panas yang dihasilkan ataupun emisi gas buang yang masih terlalu banyak.
Pada penelitian ini, dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari faktor bentuk, ukuran dan karbonisasi dari briket batubara sub bituminous terhadap waktu penyalaan, kalor yang dilepas serta emisi pembakarannya yang berupa gas CO dan CO2. Dari faktor bentuk akan diperbandingkan antara briket berbentuk telur dan briket berbentuk bola yang memiliki massa yang sama, sedangkan dari faktor ukuran, akan diperbandingkan antara briket berbentuk bola berdiameter 3, 4 dan 5 cm. Sehingga dari kedua faktor tersebut akan dapat diketahui bentuk optimal dari batubara yang memiliki waktu penyalaan dan pelepasan kalor yang paling baik, untuk selanjutnya diperbandingkan dari segi emisi CO dan CO2 dengan briket karbonisasi yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Dari penelitian yang dilakukan, dengan pembakaran sebanyak 0.5 kg dan dibantu dengan sebutir briket biomass sebagai promotor serta forced draft berkecepatan 1.4 m/s, didapat bahwa briket berbentuk bola memiliki waktu penyalaan yang lebih cepat (tbola : 1515 detik < ttelur : 1949 detik) dan pelepasan kalor yang lebih baik, hal ini dikarenakan briket berbentuk bola memiliki hambatan udara yang lebih kecil dan resirkulasi yang lebih optimal. Begitupula dengan uji pengaruh ukuran briket, diketahui bahwa semakin kecil ukuran / diameter briket, memiliki waktu penyalaan yang semakin baik (t3cm : 1463 detik < t4cm : 1515 detik < t5cm : 2538 detik), karena memiliki luas permukaan kontak pembakaran yang semakin besar pula. Akan tetapi dari segi pelepasan kalornya, ternyata briket bola berdiameter 4 cm mempunyai karakteristik pelepasan kalor yang lebih optimal dibandingkan briket bola berdiameter lainnya, dikarenakan tumpukan briket bola berdiameter 4 cm memiliki turbulensi yang cukup baik tetapi dengan porositas yang tidak terlalu besar.
Selanjutnya, dari hasil penelitian ini, diketahui pula bahwa ternyata pembakaran briket yang sudah dikarbonisasi justru membuat waktu penyalaannya menjadi jauh lebih lama dan dengan pelepasan kalor yang lebih rendah (tkarbonisasi : 2396 detik > tnon karbonisasi : 1515 detik). Sedangkan dari segi emisinya, pembakaran briket karbonisasi akan menghasilkan gas CO yang lebih banyak dari pembakaran briket non karbonisasi dan berlaku sebaliknya terhadap gas CO2 yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pembakaran briket karbonisasi menghasilkan temperatur yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak mampu menghasilkan pembakaran CO lebih lanjut menjadi CO2, seperti yang terjadi pada pembakaran briket non karbonisasi yang memiliki temperatur pembakaran lebih tinggi.

Along with more expensively oil price in Indonesia, so dissimilar fuel alternative start a lot of used, namely the coal. This matter is pushed progressively attenuate the oil fuel availability and level of coal potency, which coal reserve and availability in Indonesia is very big. Briquette stove, representing one of coal application for domestic. In its using, besides having a number of excellence in cost, the briquette combustion still have assorted of constraint, from practical facet like a long ignition time, not enough optimal of heat yield and the gas emission throw away still too much.
At this research, is done to know influence from shape factor, size and carbonization process from subnituminous coal briquette to ignition time, heat released and also emission of CO and CO2 gases during the combustion. From shape factor will be compared between oval briquette and spherical briquette with the same mass. While from size factor will be compared between 3, 4 and 5 cm inner diameter of spherical shape. So, from those two factor the optimal shape and size which has the best ignition time and heat release will be known, henceforth will be compared from emission facet of CO and CO2 with carbonized briquette which the same shape and size. From former research, by burning 0.5 kgs and assists with a biomass briquette as promotor and also forced draft with 1.4 m/s speed from blower, got that spherical briquette has quicker ignition time (tsphere : 1515 second < toval : 1949 second) and better heat released, this matter because of spherical briquette has smaller air resistance and more optimal resirculation. And also with influence size briquette test, known that smaller size briquette has good progressively ignition time (t3cm : 1463 second < t4cm : 1515 second < t5cm : 2538 second), because having wide surface contact greater. But, from heat released facet, the spherical briquette with 4 cm inner diameter, has more optimal heat released characteristic compared with the other diameter, because of the 4 cm spherical briquette has good enough turbulence, which also has not too big porosity.
Hereinafter, from this research result, known also that combustion of carbonized briquette has much longer ignition time and lower heat release compared ignition time and heat released from non carbonized briquette (tcarbonized : 2396 second > tnon carbonized : 1515 second). While from emission, combustion of carbonized briquette will produce more CO gas than combustion of non carbonized briquette, and have contrary result for CO2 gas. This matter, because temperature produced by combustion of carbonized briquette not too high, so that unable to burn CO become CO2, not like the combustion of non carbonized briquette which has produce higher temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Bagus Wijaya Kusuma
"Penggunaan kendaraan bermotor perlu diikuti dengan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, karena gas buang dari hasil proses pembakaran sangat nyata pengaruhnya terhadap pencemaran udara dan lingkungan. Satu metoda untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pencemaran udara telah dilakukan dengan menggunakan suatu alat tambahan, yang dirancang di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana. Berdasarkan pada data pengujian yang telah dilakukan terhadap alat tambahan tersebut, tampak dengan jelas bahwa alat tambahan yang telah dirancang mampu mengurangi emisi gas CO secara signifikan, hingga batas paling minimum, serta secara rata ? rata mampu dikurangi hingga di atas 54 %. Selain mampu mengurangi emisi gas buang CO2 dan HC, juga mampu meningkatkan kandungan O2. Alat tambahan tersebut tidak berpengaruh terhadap unjuk kerja kendaraan saat beroperasi. Satu keuntungan lainnya adalah alat tambahan juga mampu mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh motor.

Emission gas reducer on motor vehicle, automobile, light engine of boat and stationary combustion engine. The use of motor vehicle should be followed by protection against damages on the environment, since the exhaust gas from combustion engine has significantly affect on air and environmental pollution. One method to solve the problems in air pollution has been done by using a re-heater designed in Mechanical Engineering Department, University of Udayana. In accordance to the test on the re-heater, it can be seen very clear that the re-heater has significantly reduce the CO emission of about 54%. It also reduces the CO2 dan HC emission, and in the other side increases the number of O2. The re-heater has no significant effect to engine performance during the operation and also reduces the noise of motor."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Nomora Trilecky
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA1318
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>