Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Adam Hirsaman
"Pesatnya pembangunan di bidang transportasi berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan bensin (gasoline). Peningkatan ini tidak sejalan dengan cadangan minyak bumi dunia sebagai bahan baku utama pembuatan bensin yang terus menurun. Ini menyebabkan urgensi kebutuhan akan bensin dari bahan baku altelnatif yang terbarukan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Minyak sawit, merupakan salah satu bahan yang disebut-sebut dapat digunakan untuk menghasilkan alternatif bensin (biogasoline). Pada penelitian ini biogasoline disintesis dari minyak sawit melalui reaksi hydrocracking dengan katalis NiMo/zeolit yang merupakan katalis pada proses hydrocracking minyak bumi. Penelitian dilakukan dengan mereaksikan minyak sawit dalam reaktor batch berpengaduk bersama katalis NiMo/zeolit dan gas hidrogen. Perbandingan berat katalis/reaktan yang digunakan adalah 1:75. Gas hidrogen dialirkan dengan laju alir rendah pada suhu ruang. Reaksi dilakukan pada tekanan atmosferik dengan 2 variasi suhu, yaitu 300°C dan 320°C masing-masing selama 1 jam, 1.5 jam, dan 2 jam. Penurunan densitas produk reaksi terhadap densitas minyak sawit, penambahan jumlah gugus -CH3, dan pengurangan gugus -C=C- yang ditunjukkan oleh spektrum FTIR, menunjukkan bahwa reaksi hydrocracking yang diinginkan pada penelitian ini memang benar terjadi. Untuk mendapatkan produk biogasoline, dilakukan distilasi batch secara bertahap sebanyak dua kali untuk masing-masing produk reaksi. Pengukuran densitas produk biogasoline menunjukkan hasil yang mendekati densitas bensin komersial. Uji GC dan GC-MS menunjukkan adanya kemiripan kandungan produk biogasoline dengan kandungan bensin komersial. Namun demikian masih terdapat kandungan senyawa yang tidak termasuk dalam fraksi bensin dalam proporsi yang cukup besar sehingga produk biogasoline yang didapatkan ini belum dapat digunakan untuk menggantikan bensin. Ini ditunjukkan oleh bilangan oktan produk biogasoline yang jauh lebih kecil dibanding standar bilangan oktan bensin komersial. Untuk mendapatkan produk biogasoline yang memenuhi kriteria bensin, diperiukan proses pemisahan lebih lanjut untuk memisahkan fraksi berat tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Mailisa F.
"Kebutuhan bensin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan bermotor. Namun produksi minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan bensin menurun setiap tahunnya sehingga perlu dikembangkan sumber alternatif untuk memperoleh bensin. Bensin merupakan campuran senyawa hidrokarbon C5 - C10. Salah satu sumber hidrokarbon adalah biomass, misalnya minyak kelapa sawit. Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar kedua di dunia. Perengkahan katalitik minyak sawit menjadi bahan bakar telah berhasil dilakukan. Pada penelitian saat ini akan dipelajari perengkahan katalitik minyak sawit untuk memproduksi senyawa hidrokarbon setaraf bensin. Pengaruh jenis umpan minyak sawit, temperatur reaksi, penambahan aditif pada katalis dalam proses perengkahan dipelajari dengan mengunakan suatu fixed bed reactor yang beroperasi pada tekanan 1.5 kgf/cm2. Umpan yang akan direngkahkan dilakukan preparasi awal terlebih dahulu melalui oksidasi, transesterifikasi dan penambahan metanol. Temperatur reaksi akan dilakukan dari 350°C sampai dengan 500 °C. Aditif yang ditambahkan pada katalis zeolit adalah B2O3 dengan variasi dari 5% sampai 20 % berat. Produk cair hasil reaksi dianalisis GC-FID dan FT-IR. Sedangkan, karakteristik katalis dilakukan untuk melihat perubahan luas permukaan dengan menggunakanBET dan keberadaan B2O3 pada kristal zeolit dianalisis dengan XRD. Penambahan B2O3 menyebabkan menurunnya luas permukaan katalis dan ukuran pori katalis. Penambahan B2O3 optimum adalah 5%. Yield bensin terbaik yaitu 52.5% diperoleh pada temperatur 450 °C, dengan umpan POME dan katalis zeolit alam murni."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Arifianto
"Bahan bakar minyak merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahan bakar minyak yang ada sekarang diperoleh melalui reaksi perengkahan melalui minyak bumi. Tetapi ketergantungan manusia akan bahan bakar fosil perlu dikurangi karena cadangan minyak bumi yang semakin berkurang setiap tahunnya. Karena hal inilah dikembangkan bahan bakar minyak yang didapat melalui proses perengkahan minyak nabati. Salah satu jenis minyak nabati yang banyak terdapat di alam adalah minyak kelapa sawit. Metode perengkahan katalitik merupakan suatu cara untuk memecahkan rantai karbon yang cukup panjang, menjadi suatu molekul dengan rantai karbon yang lebih sederhana, dengan bantuan katalis.
Bantuan katalis ini bertujuan untuk menurunkan suhu dan tekanan pada saat reaksi. Sementara itu, katalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalis B203/Al203 yang bersifat asam. Penambahan B203 dimaksudkan untuk membentuk spesi peroksida (022-) pada permukaan katalis. Sedangkan Al203 bersifat asam dan sangat baik untuk memutuskan ikatan antar karbon.
Metode yang digunakan dalam menguji hasil reaksi adalah dengan FT-IR, dan GC-FID. Penelitian ini dilaksanakan pada tekanan atmosferik dengan reaktor fixed bed. Berbagai variasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah variasi temperatur (350°C, 400°C, 450°C, dan 500°C), kandungan B203 (5%, 10% 15%, 20%, dan 25%) pada katalis dan variasi jenis umpan yang di treatment. Uji aktivasi katalis dengan menggunakan katalis 10% B203/Al203 memberikan hasil yield fraksi bensin terbaik sebesar 58% pada temperatur 450°C dengan umpan POME (Palm Oil Methyl Ester). Ini menunjukkan terjadinya peningkatan keasaman katalis, dan peranan spesi peroksida (O22-) sebagai inti aktif baru."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadi Ahmad Mawardi
"Kenyataan bahwa cadangan minyak bumi dunia yang semakin menipis tidak dapat terelakkan lagi. Dengan kondisi ini memaksa dilakukannya pencarian energi alternatif yang dapat mengurangi beban suplai energi dari basis minyak bumi. Konsumsi bahan bakar bensin di Indonesia terus meningkat tetapi suplai akan bensin tersebut sudah mulai menipis. Minyak kelapa sawit yang dimiliki Indonesia sangat melimpah, dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar bensin. Minyak kelapa sawit mengandung trigeliserida yang mengikat asam lemak jenuh maupun tak jenuh, salah satunya asam oleat yang kandungannya sangat besar mencapai 43%.
Secara teoritis, ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh trigliserida dapat terengkah dengan menggunakan katalis asam salah satunya katalis ?-alumma. Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan minyak sawit dengan katalis ?-alumina di dalam reaktor tumpak berpengaduk. Untuk mendapatkan kondisi yang optimum maka dilakukan variasi perbandingan berat minyak/katalis 100:1, 75:1 dan 50:1, suhu reaksi 260-340°C dan waktu reaksi 1-2 jam.
Dari hasil uji densitas dan viskositas dan FTIR maka diperoleh kondisi optimum sebagai berikut : perbandingan berat minyak/katalis 100:1, waktu reaksi 1.5 jam dan suhu 340°C. Untuk mendapatkan produk biogasoline, dilakukan distilasi tumpak secara bertahap sebanyak dua kali untuk ketiga produk reaksi yang terbaik dari masing - masing perbandingan berat minyak/katalis. Identifikasi produk biogasoline dengan analisis densitas dan viskositas menunjukkan hasil yang mendekati bensin komersial. Dari uji FTIR, uji GC dan uji GC-MS menunjukkan adanya kemiripan kandungan produk biogasoline dengan kandungan bensin komersial dengan yield 11.79% v/v) dan konversi 28% (v/v)terhadap umpan minyak sawit dan bilangan oktana 61."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandi Iswara
"Jumlah konsumsi bensin di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, cadangan minyak bumi di Indonesia yang terus berkurang menuntut untuk ditemukannya sumber energi alternatif pengganti bensin. Telah dipublikasikan sebelumnya bahwa minyak kelapa sawit dapat direngkah menjadi senyawa hidrokarbon melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa' gas menggunakan katalis asam, namun produk yang dihasilkan memiliki yield bensin yang kecil, yaitu 4-20%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bensin dari minyak kelapa sawit melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa cair dengan jumlah yield bensin yang tinggi. Minyak kelapa sawit direaksikan dengan katalis H-Zeolit yang dipreparasi dari Zeolit Alam melalui metode pertukaran ion. Reaksi dilakukah dalam fasa cair dengan rasio berat katalis per berat umpan 1:75 di dalam reaktor tumpak berpengaduk. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 1 hingga 2 jam pada suhu 300-320°C. Reaksi yang terjadi adalah reaksi perengkahan katalitik, dimana H-Zeolit merengkah ikatan kimia minyak kelapa sawit menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Agar diperoleh yield bensin yang tinggi, produk reaksi didistilasi secara tumpak sebanyak 2-3 kali. Distilasi dihentikan apabila diperoleh produk yang memenuhi spesifikasi bensin dalam hal titik didih dan densitas. Produk yang memenuhi spesifikasi bensin ini disebut Bensin-Bio. Pada Bensin-Bio, dilakukan analisis GC-MS, angka oktana dan RVP. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimum reaksi adalah pada reaksi selama 1 jam pada suhu 320°C dan dilanjutkan dengan dua kali distilasi secara tumpak. Produk yang dihasilkan memiliki densitas 0,77 g/mL dan titik didih akhir 255°C. Komposisi Bensin-Bio adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah rantai Ci-Cn , memiliki RVP 48,23 serta angka oktana 122,24. Konversi reaksi adalah 21,56% dan yield bensin sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Taufik Ardianto
"Perkembangan sektor transportasi di Indonesia sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi dunia. Oleh karena itu, kebutuhan bahan bakar minyak khususnya bensin terus meningkat di Indonesia sehingga cadangan minyak bumi yang menjadi bahan utama untuk membuat bensin saat ini diekplorasi secara luas yang menyebabkan terjadinya krisis bahan bakar. Untuk mengatasi hal ini diperlukan sumber alternatif untuk menghasilkan bahan bakar minyak tersebut. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal ini adalah pembuatan bensin senyawa turunan dari biomassa yaitu minyak kelapa sawit.
Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan proses perengkahan katalitik untuk memproduksi senyawa hidrokarbon setaraf gasoline dari minyak kelapa sawit dengan mengunakan ZSM-5/Alumina. Reaksi akan dilaksanakan dalam suatu fixed bed reactor yang beroperasi pada tekanan atmosferik. Temperatur reaksi akan dilakukan dari 375 °C sampai dengan 450°C dengan laju alir 10 ml/min.
Penambahan ABE (Aseton, Butanol, dan Etanol) dimaksudkan untuk mengatasi kereaktifan gugus ikatan ester molekul trigliserida agar terjadinya reaksi polycondensation yang mengakibatkan molekul minyak menjadi bertambah besar dapat dihindari dan sebagai menjadi sumber alkil yang akan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan dari proses perengkahan katalitik minyak sawit adalah berupa produk gas, produk cair dan air juga terdapat kokas yang menempel pada katalis. Yield senyawa hidrokarbon setaraf fraksi gasoline yang dihasilkan 89.7641 %.
Tanpa memperhitungkan aspek ekonomis, dapat diketahui suatu kondisi optimum dari pembuatan hidrokarbon setaraf fraksi gasoline, yaitu umpan yang digunakan dengan campuran minyak sawit-ABE dengan perbandingan massa 1 : 1 dan suhu optimal yang didapat adalah 375°C dengan analisa adsorbsi-desorbsi ammonia pada katalis. Keasaman katalis campuran meningkat cukup besar dibandingkan dengan keasaman katalis murni. Reaksi konversi minyak sawit-ABE menjadi gasoline memerlukan keasaman sebagai pemicu reaksi alkilasi dan reaksi perengkahan.

The development of transportation sector in Indonesia is growing very fast along with technolgy development in the world. Because of that, the need for oil fuel especially gasoline keeps growing in Indonesia with the result that crude oil reserves as a main resource to make gasoline is now being explored widely causing the fuel crisis. In order to handle this problem, alternative resorces is needed to produce that oil resources. One of the alternatives to handle this problem is making gasoline derivative compund from biomass, which is crude palm oil.
This research is meant to improve catalytic cracking process to produce hydrocarbon compounds equal with gasoline from crude palm oil using ZSM-5/ alumina. Reaction will be done in fixed bed reactor which operates at atmospheric pressure. Reaction temperature will be done from 375°C until 450°C with volumetric velocity 10 ml/ min.
The addition of ABE (Acetone, Butanol, and Ethanol) is meant to handle ester functional group reactivity triglyceryde molecule for occurance polycondensation reaction which causing oil molecule get larger can be avoided and be the alkyl resource which improving product quality produced. Product that produced from crude palm oil catalytic cracking process forms gas, liquid product and water and also contains coke which adheres to catalyst. The yield of hydrocarbon compound equal to gasoline fraction produced is 89.7641%.
Regardless calculation economical aspect, it can be known an optimum condition of the making hydrocarbon equal gasoline fraction, is the feed used with mixture crude palm oil- ABE using with mass comparison 1 : 1 and optimum temperature 375°C with ammonia adsorption- desorption analysis in catalyst. Acidic characteristic of catalyst mixture increases high enough compared with that of pure catalyst. The conversion reaction crude palm oil- ABE producing gasoline needs acidic characteristic as a trigger of alkylation reaction and catalytic reaction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khaliq Fikri
"Dalam konversi minyak kelapa sawit menjadi biodisel, minyak kelapa sawit melalui proses transesterifikasi dengan methanol untuk membnentuk biodisel dan gliserol. Namun utilitas gliserol tidak dapat dimaksimalkan dikarenakan gliserol memiliki sedikit kegunaan dibandingkan dengan biodisel. Gliserol dapat di sintesis untuk meningkatkan nilai ekonomisnya membentuk Gliserol Monostearat (GMS) sebagai agen pengemulsi. Dalam proses esterifikasi gliserol, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi hasil akhir seperti temperatur, dan jenis katalis yang digunakan yaitu NaOH. Riset ini dilaksanakan nutuk memahami pengaruh temperature dan jumlah katalis untuk memproduksi produk GMS dan kemampuannya untuk mengemulsi. Proses sintesis dimulai dengan mereaksikan gliserol dengan asam stearat menggunakan NaOH sebagai katalis dan variasinya jumlah 4%, 7%, dan 9%. Temperatur yang digunakan untuk reaksi menggunakan variasi 210⁰C, 220⁰C, dan 230⁰C. Untuk uji performa, produk GMS akan di bandingkan dengan agen pengemulsi komersil yaitu lecithin dan uji performa dinilai berdasarkan variasi jumlah 1.0, 2.0, dan 3.0 grams per agen pengemulsi untuk mencampurkan air dan minyak dan waktu yang dibutuhkan untuk kedua fasa terpisah Kembali. Dari riset ini dapat di konklusikan bahwa GMS dapat disintesiskan melalui observasi proses esterifikasi, membandingkan hasil FTIR, dan properti fisik produk. Hasil GMS secara kualitatif dan quantitatif dapat terbaik ditemukan pada temperature 220⁰C dan jumlah katalis NaOH 7%. GMS juga dapat mengemulsi air dan minyak, dan dibandingkan dengan lecithin, GMS dapat mengemulsi campuran air dan minyak dari lemak hewan lebih baik.

In the reaction to convert crude palm oil into biodiesel, it undergoes the process of transesterification of the triglycerides with methanol to form biodiesel and glycerol. The utility of glycerol is not maximized since glycerol itself is considered to have less use than its primary product of biodiesel. Glycerol itself can be synthesized further to increase its economic value, to the form of Glycerol Monostearate (GMS) as an emulsifying agent. Through the process of esterification of glycerol, there are many variables at play including the operating condition of temperature, and using the catalyst of NaOH. This research is conducted to understand the effect of temperature and amount of catalyst on the production of GMS product and its ability as an emulsifier. The process of synthesis occurs with reacting glycerol and stearic acid using NaOH as a catalyst with the variation amount of 4%, 7%, and 9%. The temperature for the operating system occurs with the variation of 210⁰C, 220⁰C, and 230⁰C. For the performance test, the GMS product is compared with a commercial emulsifier, lecithin and is tested based on the amount of 1.0, 2.0, and 3.0 grams per emulsifier used to the time after oil and water mix and how long will it take until both phases separate. From this research, the conclusion of the synthesis for GMS can be done through observation of the process, the comparison of FTIR analysis, and the product physical properties. The temperature at 220°C and amount of 7% catalyst gives the highest yield, low temperature and amount of NaOH will affect the quality of the yield and high temperature and amount of NaOH will affect the quality and quantity of the yield. The product GMS can emulsify water and oil, and in comparison, with lecithin, the product itself is better at the emulsification of water to animal fat oil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk
dijadikan minyak pelumas karena secara alami minyak nabati memiliki gugus fungsi
yang dapat menempel pada pada permukaan logam sehingga dapat melindungi permukaan
dan mengurangi friksi. Namum, minyak kelapa sawit bila dipanaskan pada suhu tinggi
dan berada dalam atmosfer udara akan mudah teroksidasi yang bisa berlanjut pada
reaksi polimerisasi, yang bisa menyebabkan pembentukan resin dan deposit.
Pada penelitian ini, minyak kelapa sawit akan diolah melalui beberapa tahapan
proses kimia sehingga dihasilkan senyawa yang memiliki ketahanan terhadap
oksidasi. Tahap pertama adalah proses transesterifikasi minyak kelapa sawtl dengan
metanol dengan katalis NaOH yang menghasilkan Palm Oil Melhyl Ester. Tahap
kedua adalah proses epoksidasi untuk menghilangkan ikatan rangkap pada metil ester,
menjadi gugus oksirana dengan menggunakan oksidator hidrogen peroksida dan
katalis asam formiat. Tahap selanjutnya adalah reaksi pembukaan cincin ester
terepoksidasi dengan gliserol yang menggunakan katalis heterogen bersifat asam
seperti alumina. Katalis asam diperlukan untuk membuntu pembukaan cincin
epoksida bila digunakan nukleofil lemah seperti alkohol. Reaksi pembukaan cincin ini
diharapkan menghasilkan produk berupa senyawa hidrokarbon jenuh dengan multi
gugus fungsi berupa ester, eter dan hidroksida. Gugus fungsi tersebut bersifat polar
dan dapat melindungi permukaan logam. Produk ini akan diuji karakterisasinya
seperti densitas dan viskositas.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa viskositas dan densitas dari
EPOME gliserol dengan menggunakan katalis alumina tipe JRC ALO 6 dan JRC
ALO 7 belum menujukkan perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan
EPOME. Sedangkan penggunaan katalis H zeolit untuk pembuatan EPOME gliserol,
didapatkan densitas dan viskositas yang lebih baik daripada dengan penggunaan
katalis alumina tipe JRC ALO 6 dan JRC ALO 7.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Zafira
"Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Walaupun memiliki produksi minyak kelapa sawit yang melimpah, alokasi produksi minyak kelapa sawit untuk kebutuhan adopsi biodiesel Indonesia cenderung terus meningkat dan diprediksi dapat mendominasi alokasi minyak kelapa sawit untuk sektor lainnya. Meningkatnya alokasi dan kebutuhan CPO untuk biodiesel memicu perdebatan food vs. fuel yang dampaknya dikaji dari aspek berkelanjutan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu, pemerintah telah berupaya untuk mengaplikasikan berbagai kebijakan seperti pembatasan ekspor produk berbasis minyak sawit guna meningkatkan alokasi minyak kelapa sawit untuk kebutuhan domestik agar harga minyak goreng sawit dapat turun dan stabil. Namun, kebijakan yang telah diberlakukan menuai banyak pro dan kontra dari berbagai aktor yang ada dalam industri kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya evaluasi lebih lanjut terkait efek jangka panjang dari kebijakan yang berlaku di industri kelapa sawit Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode model- based policymaking guna membangun berbagai skenario kombinasi kebijakan atau faktor eksternal lainnya yang memiliki dampak signifikan terhadap industri kelapa sawit dan menganalisis dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah implikasi kebijakan CPO yang paling tepat dalam menghadapi berbagai skenario yang mungkin terjadi dan menjaga keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Indonesia.

Indonesia, as the world's largest producer of palm oil, faces the challenge of allocating its abundant palm oil production between various sectors. The increasing allocation and demand for crude palm oil (CPO) for biodiesel adoption in Indonesia have sparked debates regarding the food vs. fuel dilemma, which is assessed from the perspectives of sustainability: economic, social, and environmental. Furthermore, the government has implemented policies such as export restrictions on palm oil-based products to increase the allocation of palm oil for domestic needs, aiming to stabilize and lower the price of palm oil cooking oil. However, these policies have garnered both support and opposition from various stakeholders in the palm oil industry. Therefore, a comprehensive evaluation is needed to examine the long-term effects of policies in the Indonesian palm oil industry. This research adopts the model-based policymaking approach to construct various policy scenarios and analyze their impacts on Indonesia's green economic growth. The findings of this study will provide policy implications to address potential scenarios and ensure the sustainability of Indonesia's economy, social, and environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesia Fitri Anisa
"

Pada penelitian ini, diterapkan teknologi konversi trigliserida dari limbah minyak kelapa sawit untuk menghasilkan biodiesel dengan menggunakan reaktor plasma jenis Dielectric Barrier Discharge (DBD). Reaktor plasma DBD memiliki kelebihan dibandingkan metode konvensional antara lain tidak memerlukan dinding yang tahan tekanan tinggi, mudah diperbesar skalanya, perolehan (yield) produk dapat mencapai hampir 100 % tanpa ada reaksi pembentukan sabun dan gliserol sehingga tidak memerlukan pemisahan dan waktu reaksi yang dibutuhkan sangat singkat. Kondisi operasi yang diterapkan adalah tekanan pada 1 atm, laju alir reaktan 1,33 mL/s, laju alir gas argon 25,3 mL/s, volume umpan 200 ml, rasio molar minyak : metanol (1:1), temperatur reaksi 50 oC, waktu reaksi  120 menit, dan tegangan 220 VAC. Biodiesel yang diperoleh memiliki yield FAME sebesar 56,26%. Karakterisasi produk biodiesel yang dilakukan meliputi GC-MS, GC-FAME, densitas, viskositas, bilangan peroksida, bilangan asam, dan kadar air dalam minyak.

 


In this research an innovated technology is applied by conversing triglyceride from used palm oil or wasted cooking oil to biodiesel with Dielectric Barrier Discharge (DBD) type plasma reactor. DBD plasma reactors have the advantage compare to conventional method of not requiring high pressure resistant walls, easily enlarged in scale, the product yield can reach nearly 100% without any formation of soap and glycerol thus doesnt require separation and the reaction time required is very short. The operating conditions used are pressure at 1 atm, flow rate of wasted cooking oil and methanol at 1,33 mL/s, flow rate of argon gas at 25,3 mL/s, volume of the reactant at 200 ml, molar ratios of oil : methanol (1:1),  feed temperature at 50 oC, reaction time of 120 minutes, and voltage at 220 VAC. The biodiesel obtained as the final product has a FAME yield of 56,26%. Characterization of biodiesel include GC-MS, GC-FAME, density, viscosity, peroxide value, acid number, and water content.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>