Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heni Puspita Hukman
"Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah dari industri-industri logam dan petrokimia mengandung campuran logam-logam berat diantaranya besi, tembaga, dan nikel dan juga senyawa-senyawa organik salah satunya adalah fenol. Proses pengolahan limbah logam berat yang sedang berkembang adalah proses flotasi. Flotasi merupakan metode pengolahan limbah logam berat yang efektif karena proses yang mudah dan cepat. Diperlukan kondisi operasi optimum proses flotasi dalam pengolahan limbah buangan industri yang mengandung berbagai komponen logam dan senyawa organik agar proses pengolahan limbah berlangsung optimal.
Penelitian ini menggunakan proses flotasi ozon untuk memisahkan campuran logam berat dari limbah sintetik. Pada penelitian ini digunakan zeolit sebagai bahan pengikat, surfaktan jenis SLS (Sodium Lauryl Sulfat) sebagai kolektor dan PAC (PolyAluminium Chloride) yang berfungsi sebagai koagulan. Pada penelitian ini dilakukan proses flotasi untuk memisahkan campuran logam dan campuran logam dengan kehadiran fenol. Untuk pemisahan campuran logam tanpa kehadiran fenol dilakukan dua variasi yaitu variasi pH awal pengadukan dan konsentrasi PAC. Untuk pemisahan campuran logam dengan kehadiran fenol dilakukan tiga variasi yaitu variasi waktu flotasi, dosis zeolit, dan konsentrasi fenol yang ditambahkan.
Dari hasil penelitian didapatkan pH awal pencampuran optimum adalah pH 7 dan konsentrasi PAC optimum sebesar 0,067 g/L untuk proses pengolahan campuran logam besi, tembaga dengan konsentrasi masing-masing logam 40 mg/L Pada kondisi operasi flotasi yang optimal yaitu pH awal 7, jumlah surfaktan 0,4 gr/L, PAC 0,067 gr/L, zeolit 2gr/L dan waktu flotasi selama 25 menit untuk pengolahan limbah campuran logam didapatkan % pemisahan logam yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pemisahan limbah campuran logam dengan kehadiran fenol. Hasil yang didapat untuk persentase pemisahan logam tanpa kehadiran fenol untuk logam besi, tembaga, dan nikel masing-masing sebesar 99,25%; 99,19%; 68,18%, sedangkan untuk pengolahan limbah campuran logam dan fenol %pemisahan yang didapat adalah: 98,25%; 98,80%; 55,04%. Selain mempengaruhi % pemisahan logam kehadiran fenol juga mempengaruhi parameter kualitas air yang lain. Kehadiran fenol akan meningkatkan nilai COD, dan menurunkan nilai pH dan DO air hasil proses flotasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Fatwa Triardianto
"Flotasi telah lama digunakan sebagai proses separasi logam-logam berat dari air limbah.biasanya pada proses ini digunakan oksigen sebagai difusernya. Akan tetapi, pada penelitian ini digunakan campuran udara-ozon sebagai ifusernnya. Dengan ditambahkan ozon yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oksigen, proses kinerja proses flotasi diharapkan akan meningkat. Pada proses flotasi diperlukan beberapa bahan kimia tambahan, diantaranya surfaktan dan koagulan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa dosis yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Pada proses flotasi ini digunakan tiga jenis limbah, yaitu limbah besi, limbah tembaga, dan limbah nikel. Pertama-tama air limbah yang dibuat dari garamnya dicampur dengan zeolit yang berfungsi sebagai bahan pengikat, Sodium Lauril Sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan Polyaluminum chloride (PAC) sebagai koagulan. Kemudian limbah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon sebagai difuser dialirkan sehingga dapat mengangkat limbah logam ke permukaan sehingga dapat dipisahkan dari air. Sebelum proses flotasi dilakukan, persiapan-persiapan yang dilakukan adalah preparasi zeolit dengan pemanasan dan karakterisasinya dengan uji analisis BET, serta uji produktivitas ozonator dengan metode iodometri. Sampel yang diambil dianalisis kandungan logamnya, pH, DO, dan CODnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penambahan dosis PAC dan SLS dapat meningkatkan persentase pemisahan logam dari air limbah hingga mencapai diatas 95%. Akan tetapi kenaikan tersebut memiliki kondisi optimum. Dosis PAC optimum untuk tembaga dan besi adalah 0,133 g/L sedangkan untuk nikel adalah 0,067 g/L. Dosis optimum SLS untuk ketiga logam tersebut adalah 0,4 g/L. Dengan dosis PAC dan SLS optimum didapat persentase pemisahan logam besi sebesar 99,67%, sedangkan persentase pemisahan logam tembaga sebesar 89.39%, dan persentase pemisahan logam nikel sebesar 99,15%.

Flotation has been use for separation heavy metals from wastewater for many years. In convencional flotation, oxygen is used as diffuser. But in this research, ozon-air mixed is used as diffuser. By adding ozon which has advantage over oxygen, the efectivness of the process may increase. Flotation process need some chemical agent, such as coagulant and surfactant. Because of that, important to know how much its needed to get the optimum result.
On this research is used three kind of metal as a wastewater, that is: iron, copper, an nickle. The first step of this experiment is mix the wastewater with zeolit as a bonding agent, Sodium Lauryl Sulfate (SLS) as a surfactant, NaOH as a pH adjuster, and Polyaluminum chloride (PAC) as a coagulant. After that, the mixed wastewater is put on the flotation tank. Ozone-air diffuser is flowed from the bottom of the tank to make the bubble which pushed the flok up so it can be remove from the water. Before the flotation process, the thing that should do is preparation and caracterisation of bonding agent, sng ozonator productivity test. The analysis for the sampel is metal contens, pH, DO, and COD.
The result is by using PAC and SLS, the efficiency of the process is increase up to 95 %. But ther is an optimum point. For iron and copper, the optimum dosage of PAC is 0.133 g/L, and for nickel is 0.067 g/L. The optimum dosage of SLS for each of three metal is 0.4 g/L. With this optimum dosage, iron removal persentage is 99.67%,, copper removal persentage is 89.39%, an nickle removal persentage is 99.15%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Widyaningrum
"Lepasnya zat pencemar berupa logam berat dan organik ke lingkungan merupakan masalah serius di banyak industri. Konsentrasi dari logam dan zat organik terlarut dalam air limbah nilainya tinggi dan sebanding dengan tingkat toksisitasnya. Logam berat perlu diolah lebih lanjut karena cenderung untuk dapat terbioakumulasi dalam jangka waktu lama. Logam berat yang akan menjadi penelitian kali ini adalah besi, tembaga, dan nikel, dengan dasar pertimbangan bahwa ketiga logam tersebut merupakan jenis logam berat yang banyak terkandung dalam limbah cair industri. Proses separasi yang diterapkan pada penelitian ini adalah flotasi ozon. Flotasi merupakan metoda pemisahan bahan dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Diffuser yang digunakan adalah campuran udara-ozon (dari udara). Selain diffuser, pada flotasi ozon ini menggunakan zeolit alam lampung (ZAL) sebagai bahan pengikat, sodium lauril sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan polialumunium klorida (PAC) sebagai bahan koagulan. Analisis ini dilakukan dengan cara memvariasikan waktu operasi untuk menentukan kondisi optimum proses flotasi ozon bagi ketiga logam. Dari kondisi optimum yang diperoleh maka akan ditentukan kisaran konsentrasi logam awal dalam limbah yang masih dapat diolah. Variabel tetapnya adalah konsentrasi ozon dan tekanan udara kompresor yang digunakan. Kondisi operasi optimum untuk logam besi adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7, dan waktu flotasi 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan besi sebesar 99,50 %. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah besi dengan konsentrasi besi awal hingga 150 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam tembaga adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan tembaga sebesar 89,46%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah tembaga dengan konsentrasi tembaga awal hingga 100 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam nikel adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,0667 g/L PAC, pH pencampuran 9 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan nikel sebesar 98,17%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah nikel dengan konsentrasi nikel hingga 150 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nirmala Sari
"Flotasi-filtrasi merupakan metode penyisihan limbah logam berat dan anorganik, yang sangat potensial untuk digunakan pada proses industri ataupun pada industri pengolahan limbah cair. Metode ini merupakan gabungan antara proses flotasi dan filtrasi. Proses flotasi-filtrasi saat ini telah digunakan dalam berbagai industri pada proses pengolahan limbah logam berat dan anorganik. Namun, proses yang ada masih memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah kebutuhan akan bahan pengikat yang dapat dengan efektif mengikat partikel-partikel limbah. Oleh karena itu, sebagai solusi yang ditawarkan, dalam penelitian ke depan akan dilakukan proses flotasifiltrasi menggunakan zeolit alam sebagai bahan pengikat untuk mengurangi kadar limbah logam berat (Fe, Cu, dan Ni) dalam campuran limbah logam berat dan limbah anorganik (NH3). Zeolit alam dipilih sebagai bahan pengikat karena distribusi diameter dari pori-pori medianya cukup selektif untuk melakukan proses penyisihan berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk, dan polaritas dari molekul yang disaring. Keuntungan lainnya adalah zeolit alam tersedia dalam jumlah yang berlimpah di Indonesia, sehingga harganya lebih murah.
Dalam penelitian ini telah dilakukan preparasi bahan pengikat, uji produktivitas ozonator, pembuatan limbah sintetik, penambahan bahan-bahan kimia, dan proses flotasi-filtrasi. Untuk proses flotasi-filtrasi variasi yang telah dilakukan adalah variasi pH awal limbah logam berat, variasi konsentrasi awal amonia dalam limbah campuran logam berat dan anorganik dan variasi pH awal limbah campuran logam berat dan amonia. Dari hasil analisa sampel diketahui bahwa, pH awal optimum dalam pengolahan limbah logam berat adalah 8, konsentrasi awal optimum amonia dalam pengolahan campuran limbah logam berat dan amonia adalah 40 mg/L, dan pH awal optimum dalam pengolahan campuran limbah logam berat dengan amonia adalah 9.

Flotation-filtration is a method to separate heavy metals and anorganic on wastewater. This method combines the advantages of both flotation and membrane separation. Nowadays, flotation-filtration process has been used in many industrial process, especially in wastewater treatment section. But, it still need alternative bonding agent that can improve the effectiveness of this process. Hence, this research used natural Lampung zeolite as alternative bonding agent, to eliminates heavy metals (Fe, Cu, and Ni) in wastewater that contains heavy metal (Fe, Cu, Ni) and anorganic (NH3) compounds. The pores of natural lampung zeolite are selective to bond with waste molecules, based on size and polarity of waste molecules. It is also easy to get, because the amount of natural lampung zeolite are abundant.
This research consist of zeolite preparation, ozonator productivity test, make synthetic waste, chemical add, and flotation-filtration process. There 3 variation made in flotation-filtration process. First, variation of pH in processing heavy metals waste. Second, variation of ammonia concentration in processing mixed heavy metals and ammonia waste. And third, variation of pH in processing mixed heavy metals and ammonia waste. In result, the optimum pH in processing heavy metals waste is 8. The optimum concentration of ammonia in processing mixed heavy metals and ammonia waste is 40 mg/L. And the optimum pH in in processing mixed heavy metals and ammonia waste is 9.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radian Anindika
"Pencemaran logam berat merupakan dampak negatif dari kemajuan industri di berbagai belahan dunia. Air limbah industri yang menggunakan logam berat sebagai bahan baku biasanya akan mengandung logam berat dalam kadar tertentu sebagai hasil samping proses. Logam berat berbahaya karena dapat terakumulasi dalam tubuh sehingga air limbah yang mengandung logam berat harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pengolahan limbah logam berat yang dibahas dalam penelitian ini adalah proses flotasi dengan jenis limbah besi, tembaga, dan nikel. Proses ini dipilih karena mudah dilakukan, pemisahannya cepat, kinerjanya sangat baik, bisa digunakan untuk berbagai jenis air, dan alat yang fleksibel. Flotasi merupakan metode pemisahan logam dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Proses flotasi dilakukan menggunakan diffuser berupa campuran udara-ozon. Bahan kimia lain yang ditambahkan adalah bahan pengikat (bonding agent), surfaktan, dan koagulan. Bahan pengikat yang digunakan adalah zeolit alam lampung, JRC-ALO-6, dan JRC-ALO-7. Surfaktan yang digunakan adalah Sodium Lauril Sulfat (SLS) bubuk, Ammonium Lauril Sulfat (ALS), dan Sodium Oleat. Koagulan yang dipakai adalah Polyaluminum chloride (PAC). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis bahan pengikat terbaik pada pemisahan ketiga logam dan jenis dan konsentrasi surfaktan optimum dalam pemisahan logam besi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam besi adalah zeolit alam yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 99,42 %. Bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam tembaga adalah JRC-ALO-6 yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 95,73 %. Bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam nikel adalah zeolit alam yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 98,08 %. Jenis surfaktan yang paling baik untuk mengolah limbah yang mengandung logam besi adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) bentuk gel dengan konsentrasi sebesar 0.2 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99.65 % dengan nilai dissolved oxygen (DO) sebesar 6.7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
"Limbah industri yang mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke perairan, karena berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam penelitian ini, untuk memisahkan logam dari limbah cair digunakan metode flotasi dengan dibantu bahan pengikat zeolit alam Lampung. Diffuser yang biasa digunakan dalam proses flotasi adalah udara atau oksigen. Dalam penelitian ini, ozon dipilih sebagai diffuser, karena sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Keuntungan lain adalah ozon merupakan coagulant aid dan berfungsi sebagai disinfektan. Dengan ozon sebagai diffuser diharapkan pemisahannya berlangsung lebih cepat dengan lebih efisien.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efektivitas ozon sebagai diffuser, membandingkan ozon dengan diffuser yang lain, serta menentukan efektivitas dan konsentrasi optimum zeolit sebagai bahan pengikat dalam flotasi logam besi, tembaga dan nikel. Dari penelitian diperoleh pemisahan besi dengan diffuser udara sebesar 90,8%, diffuser udara-oksigen 95,7%, diffuser udara-ozon dari udara 99,7%, serta diffuser udara-ozon dari oksigen adalah 99,7%. Sedangkan zeolit efektif digunakan sebagai bonding agent pada proses flotasi, dengan konsetrasi optimum sebesar 2 gr/L, menghasilkan persentase pemisahan untuk logam besi sebesar 99,70%, logam tembaga sebesar 88,98% dan logam nikel sebesar 98,46%.

Industrial wastewater which contains heavy metal cannot be disposed to the environment directly, due to its toxicity. In this research, separation of metal from wastewater was conducted by sorptive flotation method, using Lampung natural zeolite as bonding agent. The most common diffuser used in the flotation process is air or oxygen. In this research, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Besides, ozone is a coagulant aid and disinfectant. With ozone as diffuser, it is expected that the process become faster with higher efficiency.
This research was conducted to determine ozone effectiveness as diffuser, compared with other diffuser, and also to determine optimum concentration and effectiveness of zeolite in flotation of iron, nickel and copper. The research result shows that separation of iron with air diffuser is 90.8%, air-oxygen diffuser is 95.7%, air-ozone (from air) diffuser is 99.7%, and air-ozone (from oxygen) diffuser is 99.7%. Natural zeolite is effective as bonding agent with optimum concentration equal to 2 gram/liter, producing separation percentage for iron equal to 99.70%, copper equal to 88.98% and Nickel equal to 98.46%.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kristianto Hadi Saputra
"Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah dari industri-industri logam dan petrokimia mengandung campuran logam-logam berat diantaranya besi, tembaga, dan nikel. Proses pengolahan limbah logam berat yang sedang berkembang adalah proses flotasi. Flotasi merupakan metode pengolahan limbah logam berat yang efektif karena proses yang mudah dan cepat. Dalam proses flotasi, parameter yang mempengaruhi antara lain bahan pengikat, surfaktan, koagulan, dan diffuser. Diffuser dialirkan dari dasar tangki flotasi. Diffuser tersebut akan memicu terbentuknya gelembung-gelembung udara dan karena keberadaan surfaktan dalam larutan, bentuk gelembung dapat dipertahankan lebih lama sehingga gelembung tidak mudah pecah. Gelembung udara yang terbentuk itu akan naik perlahan-lahan ke permukaan sambil membawa flok yang telah terbentuk sebelumnya. Penelitian ini menggunakan proses flotasi dengan campuran udara-ozon sebagai diffuser untuk memisahkan campuran logam berat dari limbah sintetik. Pada penelitian ini digunakan zeolit alam lampung sebagai bahan pengikat, surfaktan jenis SLS (Sodium Lauryl Sulfat) bentuk bubuk dan gel, ALS (Aluminium Lauryl Sulfat), dan Sodium oleat sebagai surfaktan dan PAC (PolyAluminium Chloride) yang berfungsi sebagai koagulan. Pada penelitian ini dilakukan proses flotasi untuk memisahkan logam besi, tembaga, dan nikel. Variasi yang dilakukan jenis surfaktan dan jumlah surfaktan dengan variasi 0,2 g/L; 0,4 g/L; dan 0,6 g/L.
Dari hasil penelitian didapatkan surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam besi adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) bentuk gel dengan jumlah 0,2 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99,65 %. Surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam tembaga adalah sodium oleat dengan jumlah surfaktan 0,6 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99,47 %. Surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam nikel adalah sodium oleat dengan jumlah surfaktan 0,4 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 98,65 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Hotdi M.
"Limbah industri yang mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke perairan, karena berbahaya bagi kehidupan mahluk hidup dan lingkungannya. Diantara logam berat yang sering terkandung dalam air adalah logam besi, tembaga dan nikel. Limbah industri dengan kandungan berat yang tinggi, perlu diolah secara khusus untuk memperoleh air yang layak guna, sedangkan logamnya dimanfaatkan untuk kebutuhan industri melalui pengolahan lebih lanjut (Recovery).
Dalam penelitian ini, untuk memisahkan logam dari limbah cair digunakan metode sorptive flotation, karena separasinya dibantu bahan pengikat zeolit alam Lampung. Pemilihan zeolit alam Lampung sebagai bahan pengikat, karena harganya murah dan mudah didapat. Zeolit alam mempunyai struktur kristal berpori, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Separasi flotasi dihasilkan oleh gelembung-gelembung gas campuran ozon, yang digunakan sebagai diffuser. Pemilihan ozon sebagai diffuser, karena sifat ozon yang sangat oksidatif dan kelarutan ozon dalam air yang besar, sehingga oksidasi dengan ozon berlangsung lebih cepat. Keuntungan lain adalah karena ozon merupakan coagulan aid dan berfungsi sebagai disinfektan. Dengan ozon sebagai diffuser diharapkan pemisahannya berlangsung lebih cepat dengan efisiensi lebih besar.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efektivitas ozon sebagai diffuser, membandingkan ozon dengan diffuser yang lain, serta menentukan efektivitas dan konsentrasi optimum zeolit sebagai bahan pengikat dalam flotasi logam besi, tembaga dan nikel. Penelitian secara umum dilakukan dengan empat tahapan utama, yaitu rancang banguan alat, preparasi zeolit dengan pemanasan, uji produktivitas ozon generator dan proses flotasi. Dari penelitian diperoleh pemisahan besi dengan diffuser udara sebesar 95,67%, diffuser udara-oksigen 98,99%, diffuser udara-ozon dari udara 99,65%, serta diffuser udara-ozon dari oksigen adalah 99,65%. Sedangkan zeolit efektif digunakan sebagai bonding agent pada proses flotasi, dengan konsetrasi optimum sebesar 2 gr/liter, serta persentase pemisahan untuk logam besi sebesar 99,70%, logam tembaga sebesar 88,98% dan logam Nikel sebesar 98,46%.

Industrial disposal which contains of heavy metal cannot be thrown direct to territorial water, because dangerous to life of being live and its environment. Among heavy metal which often implied in water is iron metal, nickel and copper. Industrial disposal with high heavy content, require to be processed peculiarly to obtain;get competent water utilize, while its metal is exploited for industrial requirement through furthermore processing.
In this research, to dissociate metal from liquid waste used flotation sorptive method, because its separation assisted by natural zeolite fixative Float. Election of natural Zeolite Float upon which bonding agent, because its got easy and cheap price. Natural zeolite have structure crystal pore, so that can be used as fixative. Flotasi separation yielded by ozone mixture gas bubble, used as diffuser. Election Ozone as diffuser, because nature of is ozone is very oksidatif and ozone have vary condensation in water, so that oxidize with ozone take place quickerly. Other advantage, because ozone represent coagulant aid and as disinfectant. With ozone as diffuser expected its dissociation take place quicker with bigger efficiency.
This research done to determine ozone effectiveness as diffuser, comparing ozone with other diffuser, and also determine optimum concentration and effectiveness of zeolite upon which fastener in flotation of iron, nickel and copper. In General research done with four especial step, that is designing to wake up appliance, zeolite preparasi with warm-up, generator ozone productivity test and flotation process. From research obtained dissociation of iron with air diffuser equal to 95,67%, airoxygen diffuser is 98,99%, air-ozone from the air diffuser is 99,65%, and airozone from oxygen diffuser is 99,65%. While used as effective zeolite of agent bonding at flotation process, with optimum konsetrasi equal to 2 gr / litre, and also dissociation percentage for the metal of iron equal to 99,70%, copper metal equal to 88,98% and Nickel metal equal to 98,46%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Elke Christianti
"Senyawa polutan berbahaya dalam limbah cair industri berupa diklorofenol (DCP) didegradasi dengan menggunakan plasma ozon nanobubble untuk menyisihkan atom klorin yang terdapat dalam beberapa isomer berdasarkan letaknya pada cincin aromatik. Teknologi yang digunakan untuk menyisihkan DCP adalah Reaktor Plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD) yang dikombinasikan dengan teknologi nanobubble karena dinilai memiliki tingkat efisiensi energi tinggi. Reaktor ini menerapkan proses oksidasi lanjutan (AOP) dengan mengandalkan spesi aktif kuat yaitu radikal •OH dan juga ozon (O3). Penelitian dilakukan menggunakan limbah sintetis 2,4-DCP dan 2,5-DCP dengan konsentrasi 50 ppm yang dipaparkan ozon nanobubble selama 30 menit dengan memvariasikan jenis fluida gas, laju alir gas, tegangan reaktor, dan pH limbah cair. Berdasarkan percobaan, persentase penyisihan DCP paling tinggi yaitu 2,4-DCP sebesar 100% dan 2,5-DCP sebesar 99,88% pada kondisi operasi pH larutan 10, tegangan reaktor 17 kV, dan laju alir oksigen sebesar 5 L/min.

Hazardous pollutant compound in industrial wastewater in the form of dichlorophenol (DCP) is degraded using plasma ozone nanobubble to remove chlorine atoms that varies as multiple isomers according to the chlorine atom position in the aromatic ring. The technology used to eliminate DCP levels in wastewater is Dielectric Barrier Discharge (DBD) plasma reactor combined with nanobubble technology that has high efficiency. This reactor implements advanced oxidation processes (AOPs) by relying on strong active species namely •OH radical and ozone (O3). This study is done by exposing 50 ppm 2,4-DCP and 2,5-DCP synthetic wastewater to plasma ozone nanobubble for 30 minutes by varying the type of gas fluid, gas flowrate, reactor voltage, as well as solvent’s pH. Based on experiments, the highest percentage of DCP degradations are 100% for 2,4-DCP and 99,88% for 2,5-DCP with operating conditions at solvent’s pH of 10, 17 kV of reactor voltage, and oxygen flowrate of 5 L/min."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Permana
"Penelitian ini memanfaatkan kemampuan zeolit alam Lampung sebagai bonding agent (bahan pengikat) melalui proses flotasi untuk mengangkat limbah amonia ke permukaan. Pada penelitian ini ditambahkan beberapa bahan-bahan kimia berupa koagulan Polyaluminium chloride (PAC) dan surfaktan Sodium Lauril Sulfat (SLS) . Penelitian ini dilakukan dengan variasi pH 6, 10 dan 11, dosis PAC (0 g/L dan 0,13 g/L), dosis SLS (0,2 g/L, 0,4 g/L, 0,6 g/L, dan 0,8 g/L). Berdasarkan hasil penelitian, persentase pemisahan amonia tertinggi adalah 95,33 % pada kondisi pH 6, dosis SLS 0,8 g/L dan dosis PAC 0,13 g/L. Pengaruh penambahan SLS terbukti dapat meningkatkan persentase pemisahan yang dihasilkan.

This research uses Zeolit Alam Lampung as a bonding agent through flotation process to lift ammonia to the surface. Surfactant Sodium Lauril Sulfat (SLS) and coagulant Polyaluminium chloride (PAC) was added to this process. Flotation process was variated in pH (6, 10 and 11), PAC (0 g/L; 0,13 g/L) and SLS (0,2 g/L; 0,4 g/L; 0,6 g/L, and 0,8 g/L). Based on this research, the highest ammonia separation presentation is 95,33%. This result was reached in pH 6 when SLS concentration 0,8 g/L and PAC concentration 0,13 g/L. The effect of addition SLS has made the ammonia separation presentation increased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>