Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenny Halim
"Permasalahan tambak udang di Indonesia saat ini cukup menyita perhatian Pemerintah. Hal ini dikarenakan kerugian yang ditimbulkan akibat penolakan ekspor udang ke berbagai negara Asia dan Amerika cukup besar dan banyak pemilik tambak mengalami kebangkrutan. Salah satu faktor penolakan tersebut adalah terdapatnya Salmonella dalam tubuh udang yang diekspor. Salmonella merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat membahayakan manusia. Pada penelitian ini, penulis mencoba menerapkan teknologi ozon dan sinar UV terhadap bakteri Salmonella typhimurium pada air tambak udang. Namun, sebagai referensi, penulis juga menerapkan kedua teknologi ini pada air danau UI yang mengandung Salmonella typhimurium. Penelitian dilakukan dengan variasi waktu disinfeksi dan laju alir air yang masuk ke dalam proses disinfeksi. Dari hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil laju alir air yang masuk ke dalam proses, semakin kecil pula bakteri yang terdapat dalam sampel setelah proses. Dari data penelitian tersebut, waktu disinfeksi gabungan ozon-sinar UV paling efektif adalah 5 menit. Penerapan teknologi ozon-sinar UV pada air tambak udang menunjukkan penurunan bakteri setelah proses cukup signifikan yaitu dari jumlah awal 5,1x106 menjadi 4x103 pada laju alir sebesar 0,39 L/menit; 8,2x104 pada laju alir sebesar 0,48 L/menit; dan 1,4x104 pada laju alir sebesar 0,5 L/menit.

Recent years, there is a problem in Indonesia's aquaculture especially on prawn's pond. This become a serious problem because of a presence of Salmonella typhimurium in prawn's body that make rejection of prawns' export to Asia, Europe and United States and this cause a great lost income for prawns' owner. Salmonella is one of pathogen bacteria that can harmfull to human. In this research, I try to apply ozone and UV light technology to disinfect Salmonella typhimurium in that pond's water. Besides that, I also apply this two technologies in UI lake water that contain Salmonella typhimurium, as reference. This research is done by varifying disinfection time and circulation rate to disinfection process. From results that I get in this research, show the smallest the circulation rate to process, the smallest the bacteria contain in water after disinfection. For disinfection using ozone and UV light, the effective time from the various time that have been done is 5 minutes. For applying ozone and UV light on pond's water shows that there has been significantly decreased in total bacteria from 5,1x106 to 4x103 for circulation rate of 0,39 L/minute; 8,2x104 for circulation rate of 0,48 L/minute; and 1,4x104 for circulation rate of 0,5 L/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Mukti
"Pada penelitian ini, virus IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), yang menjadi penyebab utama turunnya produksi udang di Indonesia, didisinfeksi menggunakan aplikasi teknologi oksidasi lanjut (teknik ozonasi dan sinar UV), yaitu dalam skala laboratorium. Parameter utama yang divariasikan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu perlakuan tanpa menggunakan ozon dan sinar UV, menggunakan ozon, dan menggunakan ozon dan sinar UV.
Analisis hasil pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan mengamati pertumbuhan udang (jumlah udang yang bertahan, dan berat badan), kualitas air (DO, suhu, salinitas, NO2, NH3, PO4, dan kH), dan gejala klinis (otot berwarna putih dan bagian ekor maupun badan berwarna oranye seperti udang rebus).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan tanpa menggunakan ozon dan sinar UV memiliki Survival Ratio (SR) 53,3%, perlakuan menggunakan ozon memiliki SR 100%, dan perlakuan menggunakan ozon dan sinar UV memiliki SR 60%. Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa perlakuan disinfeksi menggunakan ozon adalah perlakuan yang terbaik untuk meningkatkan produksi udang di Indonesia.

In this research, IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), the prime factor decreasing shrimp production in Indonesia, was disinfected by advanced oxidation process application (ozonation technique and UV radiation), in laboratorium scale. There were three prime parameters varied in this experiment, such as using ozone, using ozone and UV lamp, and using neither ozone nor UV lamp.
Analysis of the result in this experiment was done quantitatively and qualitatively, such as by observing shrimp growth (sum of survivor shrimps and shrimp weight), water qualities (DO, temperature, salinity, NO2, NH3, PO4, dan kH), and clinical symptom (white color of shrimp's muscle and orange color on shrimp's abdominal like boiled shrimp).
Based on the experiment results, Survival Ratio (SR) for the treatment without using ozone and UV lamp, the treatment using ozone, and the treatment using ozone and UV lamp respectiveily are around 53,3%, 100%, and 60%. Then, it could be concluded that the treatment using ozone was the maximum treatment for increasing shrimp production in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sorindah Molina
"Penelitian ini memanfaatkan peristiwa ozonasi yang menghasilkan ozon dari udara bebas sebagai disinfektan untuk proses disinfeksi alternatif Salmonella sp. Untuk melakukan signifikansi proses disinfeksi ini, digunakan pembangkitan fenomena kavitasi ultrasonik dengan variasi intensitas gelombang ultrasonik sebesar 30, 60 dan 100%. Pada laju alir air 4 LPM (liter per menit) proses disinfeksi Salmonella sp. menunjukkan hasil yang terbaik dengan menggunakan peristiwa ozonasi maupun kombinasi kedua metode tersebut. Pada laju alir air 4 LPM pula dengan intensitas gelombang ultrasonik 100%, proses disinfeksi menggunakan ozonasi dan kavitasi ultrasonik menghasilkan pengurangan jumlah koloni bakteri paling cepat dibandingkan menggunakan konfigurasi lain dimana konsentrasi awal yang digunakan pada kisaran 105 CFU/mL berkurang hingga mencapai 0 CFU/mL dalam waktu 15 menit. Selain itu terbukti bahwa penggunaan kavitasi ultrasonik dapat meningkatkan kelarutan ozon di dalam air yang dibuktikan melalui perhitungan jumlah ozon residual. Peningkatan laju alir dan intensitas gelombang ultrasonik secara garis besar meningkatkan laju disinfeksi Salmonella sp pada penelitian ini.

This study utilizes ozonation that produce ozone from the free air as a disinfectant for Salmonella sp. disinfection alternatives process. To achieve the significance of this disinfection process , ultrasonic cavitation phenomenon with variations in the intensity of ultrasonic waves of 30, 60 and 100% will be used . On the water flow rate 4 LPM (liters per minute) Salmonella sp. disinfection showed the best results by using ozonation or a combination of both methods. On the water flow rate 4 LPM also with ultrasonic waves intensity 100% , disinfection using ozonation and ultrasonic cavitation produce reduction in the number of bacterial colonies the fastest compared to other configurations in which the initial concentration used in the range of 105 CFU / mL decrease until it reaches 0 CFU / mL within 15 minutes. In addition it is evident that the use of ultrasonic cavitation can increase the solubility of ozone in water as showed by calculating the amount of residual ozone. Increased flow rate and the intensity of the ultrasonic waves can increase the rate of disinfection of Salmonella sp."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Saputra
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T40167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Wulansarie
"Bakteri Escherichia coli yang banyak mengakibatkan pencemaran air minum di Indonesia didisinfeksi menggunakan teknologi ozon dan sinar UV dalam penelitian ini, khususnya untuk mengatasi masalah penyediaan air minum. Penelitian ini dilakukan dengan variasi waktu disinfeksi, ada atau tidaknya sinar UV pada penelitian, dan laju alir keluaran pompa. Semua hasilnya, yaitu yang berhubungan dengan jumlah koloni E. coli dianalisis dengan menggunakan metode TPC (Total Plate Count).
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah bakteri setelah proses disinfeksi menunjukkan penurunan yang cukup signifikan baik menggunakan ozon saja, sinar UV saja, ataupun keduanya, terutama pada waktu disinfeksi selama 3 menit. Pada sistem sirkulasi, teknologi yang paling optimal untuk proses disinfeksi adalah sinergi antara teknologi ozon dan sinar UV terbukti dengan jumlah bakteri sama dengan 0 setelah proses disinfeksi selama 30 menit pada sampel air keran. Sedangkan untuk sistem kontinyu teknologi yang paling efektif untuk proses disinfeksi adalah sinar UV terbukti dengan jumlah bakteri sama dengan 0 setelah proses disinfeksi dengan laju alir 1,5 LPM pada sampel air minum dalam kemasan (AMDK).

Escherichia coli bacteria are a lot of lead contamination of drinking water in Indonesia disinfected using ozone technology and UV light in this experiment, particularly to address the problem of water supply. The experiment was carried out by the variation of time disinfection, presence or absence of UV light on the research, and the pump output flow rate. All the results, which are related to the number of colonies of E. coli analyzed by using the method of TPC (Total Plate Count).
Based on the results of the experiment, the number of bacteria after disinfection show a significant decline either using ozone alone, UV alone, or both, especially at the time of disinfection for 3 minutes. The circulatory system, the most optimal technology for the disinfection process is a synergy between ozone technology and UV light proven by the number of bacteria equal to 0 after the disinfection process for 30 minutes in tap water samples. As for the continuous system the most effective technology for UV disinfection is proven by the number of bacteria equal to 0 after disinfection with a flow rate of 1.5 LPM on samples of bottled water (bottled water).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43042
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Dita Agretta
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu pengekspor hasil ikan terbesar di Asia. Namun
belakangan ini timbul masalah yang menjadi tantangan ekspor komoditi udang
Indonesia yaitu adanya dugaan bakteri patogen yang terkandung di dalam udang. Dari
hasil pegujian BPPMHP 1997 dari kombinasi ikan nila dan udang positif mengandung
Salmonella. Salmonela typhimurium sangat berbahaya bagi tubuh manusia selain dapat
menyebabkan penyakit tipus, bakteri ini juga dapat menyebabkan kematian. Pada
penelitian ini penulis mencoba meneliti cara untuk mengolah air. Air yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah air danau UI. Penyinaran dengan
menggunakan sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR) adalah proses utama
dalam proses pengolahan air yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas kinerja sinar Ultraviolet (UV) dan Infrared (IR) dalam
pengolahan air untuk membunuh bakteri Salmonella thypimurium. Parameter yang
diukur adalah jumlah kandungan mikroorganisme yang ada dalam air. Dalam
penelitian ini dilakukan 3 variasi laju alir yaitu: 6,55mL/s; 7,98 mL/s; dan 9,13mL/s
dengan penyinaran sinar UV, IR serta konfigurasi sinar UV dan IR.
Dari hasil penelitian untuk masing-masing laju alir diperoleh hasil mikroorganisme
yang ada dalam air danau akan mengalami penurunan pada laju alir 6,55mL/s dan akan
mengalami kenaikan pada laju alir 7,93 mL/s. Hal ini menunjukkan bahwa pad laju alir
yang kecil mikroorganisme cendrungan akan mudah dibunuh dengan penyinaran UV,
IR atau konfigurasi UV dan IR. Dari hasil perbandingan proses pengolahan air yang
digunakan, diperoleh bahwa konfigurasi sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR)
memiliki Efektivitas yang paling baik jika dibandingkan dengan menggunakan
penyinaran sinar Ultraviolet dan sinar Infrared (IR) tanpa konfigurasi. Jumlah bakteri
setelah dilakukan proses penyinaran dengan konfigurasi UV dan IR
8,8 x 106; 1,0 x 105; 1,2 x 107 dan 4,5 x 106."
2007
S49718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahida Rani
"Penelitian ini meninjau signifikansi kavitasi hidrodinamika terhadap ozonasi dan pengaruh laju alir air dalam disinfeksi bakteri Salmonella sp. Proses disinfeksi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga konfigurasi, yaitu secara ozonasi, secara kavitasi hidrodinamika, serta gabungan ozonasi dan kavitasi hidrodinamika. Variasi laju alir air yang digunakan pada masing-masing konfigurasi sebesar 2 L/menit, 3 L/menit, dan 4 L/menit. Ozon dihasilkan dengan menggunakan ozonator komersial dengan laju alir gas 1,37 L/menit, sedangkan pembangkit kavitasi yang digunakan adalah injektor venturi. Pada konfigurasi gabungan ozon dengan kavitasi hidrodinamika menunjukkan hasil yang terbaik dalam disinfeksi Salmonella sp. dengan laju alir air 4 L/menit. Pada laju alir air yang sama sebesar 4 L/menit, konfigurasi gabungan ini mencapai 100% disinfeksi Salmonella sp. dalam waktu kurang dari 15 menit. Pada konfigurasi ozon tunggal mencapai 100% disinfeksi sekitar 30 – 45 menit, sedangkan konfigurasi kavitasi tunggal hanya mencapai 99,69% hingga menit ke-60. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kavitasi hidrodinamika yang dikombinasikan pada ozonasi serta laju alir air yang besar memberikan pengaruh yang optimum dan efektif dalam disinfeksi Salmonella sp.

This study observe the significance of hydrodynamic cavitation to ozonation and influence of water flowrate in the disinfection of Salmonella sp. In this study, disinfection process consists of three configurations, those are ozonation, hydrodynamic cavitation, as well as a combination of ozonation and hydrodynamic cavitation. Variation of water flowrate used in each configuration at 2 L/min, 3 L/min, and 4 L/min. Ozone is generated using a commercial ozonator at 1,37 L/min, while cavitation generator used venturi injector. In the configuration of the ozone combined with hydrodynamic cavitation showed the best results in disinfection of Salmonella sp. at 4 L/min. At the same water flowrate of 4 L/min, the combined configuration reached 100% disinfection of Salmonella sp. in less than 15 minutes. In the single ozone configuration reached 100% disinfection about 30-45 minutes, while the single cavitation configuration only reached 99,69% until minute 60. The results of this study indicate that the hydrodynamic cavitation combined on ozonation, and the high water flowrate gives optimum and effective condition in disinfection of Salmonella sp."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Alya Putri
"Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif, membentuk pigmen kuning, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Bakteri ini seringkali ditemukan pada saluran pernapasan atas dan kulit. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya seperti bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. S. aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif yang banyak ditemukan di lingkungan medis yang berpotensi menimbulkan infeksi tak berbahaya maupun gejala lebih serius terhadap pasien rawat inap di rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi ringan maupun serius akibat bakteri S. aureus, maka dilakukan metode sterilisasi bakteri. Dalam studi kali ini dilakukan perbandingan efikasi menggunakan metode sterilisasi UV-C dan ozon terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Bakteri dipaparkan ozon dan sinar UV-C dengan durasi 15, 30 dan 45 menit. Dilakukan pula uji lanjutan sterilisasi stetoskop. Selanjutnya dilakukan analisa Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui tingkat kematian bakteri dan dilakukan uji statistik berupa ANOVA, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis sehingga dapat ditentukan metode sterilisasi yang paling efektif terhadap S. aureus. Penelitian menunjukkan bahwa sterilisasi menggunakan sinar UV-C dan ozon paling efektif pada durasi paparan 30 menit.

Staphylococcus aureus is a facultatively anaerobic bacteria, producing yellow pigments, generally grown in pairs or groups. These bacteria are often found in the upper respiratory tract and skin. S. aureus infection is associated with several pathological conditions, including ulcers, acne, pneumonia, meningitis, and arthritis. S. aureus is one of the Gram-positive bacteria found in many medical environments that have the potential to cause harmless infections or more serious symptoms to hospitalization patients. As an effort to prevent the occurrence of mild and serious infections due to S. aureus bacteria, the method of sterilization of bacteria is carried out. In this study, efficacy comparisons were conducted using UV-C and ozone sterilization methods against Staphylococcus aureus bacteria. Bacteria are exposed to ozone and UV-C light with durations of 15, 30 and 45 minutes. Further tests of stethoscope sterilization are also carried out. Furthermore, Total Plate Count (TPC) analysis is performed to determine bacterial mortality rates and statistical tests in the form of ANOVA, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis can be determined so that the most effective sterilization methods against S. aureus can be determined. Research shows that sterilization using UV-C light and ozone is most effective at an exposure duration of 30 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Andanis Zafhira
"ABSTRAK
Penggunaan zeolit sebagai konsentrator adsorptif dalam proses ozonasi telah terbukti meningkatkan efektivitas degradasi polutan organik dengan signifikan. Namun, penggunaan zeolit pada proses ozonasi tersebut belum diarahkan untuk disinfeksi bakteri. Penelitian ini mencoba meningkatkan efektivitas disinfeksi dengan memvariasikan dosis ozon dan waktu inkubasi bakteri pada zeolit untuk meningkatkan kontak antara ozon, zeolit dan bakteri. Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang menyebabkan penyakit Kresek pada tanaman padi diinkubasikan pada zeolit selama 1, 2, 12, dan 24 jam, lalu didisinfeksi dengan ozon. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat disinfeksi secara keseluruhan mencapai hampir 100%, namun semakin lama waktu inkubasi, tingkat disinfeksi cenderung lebih rendah. Pada variasi dosis ozon dengan variasi laju alir umpan ozonator, peningkatan laju alir menyebabkan peningkatan tingkat disinfeksi akhir, namun laju disinfeksi cenderung lebih rendah pada sistem kombinasi ozon-zeolit, dibandingkan sistem tanpa zeolit

ABSTRACT
The use of zeolite as adsorptive concentrator in ozonation process has been proven to improve the effectivity of organic compounds degradation. However, this combination of ozone-zeolite system has not yet been utilized to disinfect microorganisms, especially bacteria. The aim of this experiment was to improve the effectivity of bacteria disinfection by using variations of ozone doses and incubation time of bacteria on zeolite, to improve contact between ozone and bacteria. Xanthomonas oryzae pv. oryzae, the bacteria that causes Kresek disease on rice plant, was immobilized on zeolite with 1, 2, 12, and 24 h incubation time prior to disinfection by ozone. Results showed that overall level of disinfection reaches nearly 100%, however, the rate of disinfection tends to be lower in longer incubation period. In ozone doses variation (based on ozonator inlet flowrate), the total disinfection level increases in higher flowrate, but the rate of disinfection tends to be lower in the ozone-zeolite combined system, compared to the system without zeolite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisna Fergiyandini
"Kapang tanah adalah salah satu mikroorganisme yang dapat diisolasi dari tanah. Beberapa genus kapang tanah dapat menghasilkan senyawa antimikroba yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba patogen. Penelitian ini dilakukan untuk menapis isolat kapang tanah yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap mikroba uji Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028, Streptococcus sp., dan Candida albicans. Metode yang digunakan adalah metode cross – streak dan metode cakram. Larutan uji yang digunakan pada uji cakram berasal dari isolat kapang tanah yang difermentasi dalam media cair Potato Dextrose Yeast. Hasil uji diperoleh 10 isolat kapang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba uji, yaitu BioMCC-F.001, BioMCC-F.006, BioMCC-F.018, BioMCC-F.027, BioMCC-F.029, BioMCC-F.050, BioMCC-F.051, BioMCC-F.055, BioMCC-F.082, dan BioMCC-F.086 dengan diameter daerah hambatan dari 8,34 – 19,27 mm. Diameter daerah hambatan terbesar diperoleh isolat BioMCC-F.006 dari genus Penicillium sebesar 19,27 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922. Isolat ini juga memiliki spektrum yang luas karena dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli.

Soil fungi is one of the microorganism which can be isolated from soil. Some of them can produce antimicrobial compounds which have ability to inhibit the growth of pathogen microbes. This research was done to screen soil fungi isolates which had antimicrobial activity againts Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028, Streptococcus sp., and Candida albicans, using cross – streak method and disc method. The liquid extract for disc test was obtained from the fermentation using Potato Dextrose Yeast broth. Result showed that 10 isolates inhibit test microbes growth. They were BioMCC-F.001, BioMCC-F.006, BioMCC-F.018, BioMCC-F.027, BioMCC-F.029, BioMCC-F.050, BioMCC-F.051, BioMCC-F.055, BioMCC-F.082, and BioMCC-F.086, inhibition zone diameter were from 8,34 – 19,27 mm. The biggest inhibition zone (19,27 mm) toward Escherichia coli ATCC 25922 was obtained from BioMCC-F.006 isolate belonging to genus Penicillium. This isolate also has wide spectrum inhibition because it could inhibit the growth of Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028, and Streptococcus sp."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>