Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Yudho Wibowo
"Beton adalah material yang berprilaku baik dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak dapat terjadi pada taraf pembebanan yang masih awal ataupun rendah. Permasalahan yang sampai sekarang cukup menarik perhatian para peneliti adalah getaran, misalnya getaran akibat beban tumbukan berulang yang bekerja pada struktur.
Dalam skripsi ini akan dibahas respon akibat beban tumbukan terhadap benda uji balok yang telah diberikan coakan pada tengah bentang dengan lebar 3,2 mm dan tinggi 1,6 cm, dan ditumpu dengan perletakan sendi-rol. Benda uji yang digunakan terbuat dari beton fiber dan balok pratarik mutu K-300 yang terdiri dari Beton Tanpa Serat (BTS), Beton Serat (BS), Beton Pratarik Tanpa Serat (BPTS), dan Beton Pratarik Serat (BPS). Parameter yang akan diteliti terhadap prilaku balok yang dibebani tumbukan adalah parameter frekuensi. Keempat jenis balok beton tersebut kemudian diuji terhadap beban berulang dengan tinggi jatuh sama hingga benda uji mencapai keruntuhan. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur tercatat pada osiloskop dan terekam oleh komputer. Sinyal inilah yang merupakan bahan mentah yang nantinya akan diolah dengan menggunakan program - program yang telah ada untuk mendapatkan frekuensi alami balok tersebut.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa, serat dapat memberikan konstribusi pada struktur dalam menahan tarik, sehingga struktur mampu menahan jumlah tumbukan yang lebih banyak. Hal ini membuktikan bahwa dari 4 jenis spesimen yang diuji, BTS (Beton Tanpa Serat) mengalami keruntuhan lebih cepat jika dibandingkan dengan 3 (tiga) jenis balok yang lainnya. Sedangkan balok beton pratarik dengan serat metal 1% dari volume total menjalani proses untuk runtuh yang paling lama dibandingkan dengan 3 (tiga) jenis balok yang lainnya. Pola retak yang dihasilkan akibat beban tumbukan pada semua jenis balok adalah pola retak lentur.

Concrete is a good material to face compression but it is weak to resist tension. Due to this weakness, possibility of fracture to appear in early staging of loading is quite high. Vibration problem is still concerned by the researchers i.e. vibration problems caused by repeated impact loading on structure.
This study will disscuss mainly about concrete beam response to repeated impact loading. The beam is notched at its middle span. Notch dimension are 3,2 mm wide and 1,6 cm high. All beams have concrete characteristic stress of K-300 and they are supported by a roller and hinged on each side. There are four different samples of beam: Non-Fiber Concrete Beam (BTS), Fiber Concrete Beam(BS), Non-Fiber Pretension Beam(BPTS), Fiber Pretension Beam (BPS) Frequency parameter will be used to study the behaviour of beam due to impact load. The four samples are tested by repeated impact load with constant height until the beam are in failure condition. Acceleration signal that is resulted from the structure will be showed on the osciloscop and recorded by the computer. This signal as initial data will be processed by the Fast Fourier Transform program to get natural frequency.
The study shows that fiber material contributes to the improvement of tension strength of beam; thus beam with fiber can accept more hammer blow. The examination shows that from 4 types of concrete beam, collapse for the nonfibered concrete beam is earlier than the fibered ones. While the pretensioned concrete beam with 1% of metal fiber volume survive better before it crashed compare to the other concrete beam types. Fracture pattern at all types of beams due to blow are flex fracture patterns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noveryda Damayanti
"Pemakaian beton mutu tinggi sudah menjadi kebutuhan utama pada bangunan tinggi, jembatan serta bangunan-bangunan lainnya. Pengamatan dan penelitian terhadap penggunaan beton mutu tinggi ini masih terus dilakukan untuk mengetahui perilaku struktur beton dalam peranannya terhadap kekuatan beton.
Konstruksi-konstruksi ini juga mengalami gaya-gaya, baik secara internal maupun secara eksternal. Konstruksi bangunan umumnya dipengaruhi oleh pembebanan berulang yang diakibatkan oleh perubahan temperatur, beban angin yang besar atau yang diakibatkan beban getaran mesin.
Tegangan berulang tersebut dapat mengakibatkan tegangan bolak-balik yang menyebabkan perambatan retak, dimana penjalaran retak tersebut menghasilkan penambahan defleksi dan setelah sejumlah siklus tertentu dapat menyebabkan patah atau keruntuhan pada elemen struktur.
Pada skripsi ini pada pertengahan balok akan diberi coakan yang berfungsi sebagai perlemahan pada balok yang diharapkan nantinya retak akan terjadi pada pertengahan bentang.
Skripsi ini akan membahas tentang pembebanan berulang pada 4 jenis beton yaitu Beton Tanpa Serat (BTS), Beton Serat (BS), Beton Pratarik Tanpa Serat (BPTS) dan Beton Pratarik Serat (BPS), dimana masing-masing beton terdiri dari 3 benda uji. Serat pada beton ini berkadar 1 % dari volume total beton. Serat yang digunakan adalah staples merk max no 10 dengan panjang 20 mm dan tebal 5 mm.
Dari pembebanan berulang ini maka akan didapatkan hubungan antara frekuensi, beban terhadap fungsi waktu pada setiap benda uji.
Setelah dilakukan percobaan dan setelah dilakukan perbandingan terhadap ke 4 jenis beton ini maka didapatkan hasil BTS runtuh di tinggi palu 8 cm, BS pada tinggi palu 11 cm, BPTS di ketinggian palu 17 cm, dan BPS di tinggi palu 19 cm. Retak yang terjadi pada semua balok adalah retak lentur

The use of high quality concrete has been a primary need on high building structures, bridges, and other civil engineering constructions. Observations and researches on the use of this concrete are still being done in order to discover the behaviour of the concrete and its affect on the strength of the concrete itself.
These constructions also suffered from forces; both internally and externally, due to repeated loading which is caused by changes on temperature, high wind force, or those caused by machine vibration.
Those repeated loading can cause two-way stress that leads to crack, in which it could generates an additional deflection and after a certain cycles can cause a significant fracture or building collapse.
For this research, a calculated notch is applied in the centre of the beam in order to give the beam an impair effect which later on will generates a crack exactly in the centre of the beam.
The main subject of this research is observing the affect of repeated loading on 4 types of concretes; which are concrete without fibre (BTS), concrete with fibre (BS), prestress without fibre (BPTS) dan prestress with fibre (BPS), where each types of concrete is represented by 3 trial objects. Fibre in these concretes is 1% to total volume of the concrete. In this case use fibre metal staples no.10 with length 20 mm and thick 5 mm.
From these repeated loading, a relation between frequency, stress and time function will occur on each trial object.
After undergoing a series of tests and comparison of all 4 trial object, a conclusion is drawn, which BTS failure at 8 cm, BS at 11 cm, BPTS at 17 cm and BPS at 19 cm. It is mean pre-stress concretes are more capable in suppressing burdens compared to conventional concrete.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Kristianto
"Penelitian prilaku material menerima beban tumbukan sangatlah menarik untuk dilaksanakan, umumnya beban tumbukan atau berulang menghasilkan respon yang cukup besar pada material , karena tidak semua material cukup mampu untuk menanggung beban yang diakibatkannya. Dalam skripsi ini akan dibahas prilaku dari struktur balok yang telah diberikan coakan pada tengah bentang dengan lebar coakan 3.2 mm dan tinggi coakan 1,6 cm dengan kondisi balok telah direndam air penuh dan ditumpu pada perletakan sendi-rol akibat beban tumbukan ( impuls ). Benda uji yang digunakan terbuat dari beton tanpa serat metal (BTS), beton dengan serat metal 1 %dari volume total (BS 1%), beton prategang tanpa serat metal (BPTS) dan beton prategang dengan serat metal 1 % dari volume total (BPS 1%) dengan jumlah masing-masing sampel 3 benda uji.
Dari parameter yang ada akan diteliti untuk mendapatkan gambaran prilaku berbagai komposisi material balok terhadap beban tumbukan dengan menggunakan parameter frekuensi. Keempat jenis balok beton tersebut ditumpu pada perletakan sendi - rol, yang kemudian diuji terhadap beban berulang dengan tinggi jatuh sama hingga benda uji mencapai keruntuhan. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur tercatat pada osiloskop dan terekam oleh komputer. Sinyal inilah yang merupakan data awal yang nantinya akan diolah dengan menggunakan program transform fourier cepat untuk mendapatkan parameter frekuensi.
Dari hasil pengujian yang didapat bahwa serat memberikan konstribusi baik pada struktur dalam hal kekuatan seperti dapat menahan retak awal akibat beban tumbukan. Dari jumlah siklus pukulan yang diberikan balok beton tanpa serat lebih cepat mengalami keruntuhan jika dibandingkan dengan 3 (tiga) jenis balok yang lainnya, sedangkan balok beton prestress dengan serat metal 1% dari volume total mengalami keruntuhan paling lama dibanding dengan 3 (tiga) jenis balok yang lainnya. Dilihat dari pola retak yang dihasilkan akibat beban tumbukan menggambarkan pola retak didominasi oleh adanya pengaruh kapasitas kekuatan lentur sehingga kebanyakan yang terjadi adalah pola retak lentur. Pengaruh air dan coakan pada balok mengurangi konstribusi kekuatan (memperlemah) pada 4 jenis benda uji, hal ini dapat dilihat dari jumlah siklus pukulan yang diberikan pada 4 jenis benda uji tersebut.

Research of material behaviour that received impact is interested to be held,Generally the load impact and continuously result the response dominantly to the material as not all of material can hold the load it caused. On this final assignment behaviour study of concrete beam and prestress concrete beam are fibered metal 1% to the total volume in submerge condition based on impact continously case study to notch concrete beam, width 3.2 mm and height 1.6cm cause of impuls will be discussed. The sample that used is divided by non-fiber metal concrete, fiber metal concrete which metal volume 1 % to the total, non-fiber metal prestress concrete and fiber metal prestress concrete which metal volume 1 % to the total, each sample has 3 beam that is tested.
Based on the parameter of the research to know the behaviour description of material composition to the load impacts used frequency parameter. The fourth of sample that is supported, then are tested to the load impact and continously which the height has same till the sample are fatigue. Acceleration signal that is resulted from the structure wrote on the osciloscop and recorded by the computer. These signal is initial data that will be processed by the fast transform fourier program to have frequency parameter.
The result is fiber provide good contribution to the structure for the strengthenen as an example is able to hold first crack that is caused by the load impact. Based on the cycle of load impact wrote that non-fiber metal concrete be fatigue easily, than 3 others sample. Based on the cycle of load impact wrote that prestress fiber metal concrete is stronger than 3 others sample. Visualize the type of crack is resulted describe influence of flexibility capacity are dominant. Water and notch factors are minimized the strengthenen contribution to all sample, it can be seen to the amount of load impacts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Kevinly
"ABSTRAK
Dua sampel sambungan balok kolom yang dirancang menurut peraturan
SNI 1728:2012 dan SNI 1728:2002 dengan peraturan beton bertulang yang
berhubungan dikaji dengan memberika pembebanan semi-siklik pada sampel
melalui percobaan eksperimental dan numerik. Seiringan dengan pengujian
ekperimental, uji dinamik dilakukan. Sampel yang dirancang berdasarkan peraturan
yang baru memiliki kekakuan rotasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
didesain dengan peraturan lama, baik dalam uji eksperimental maupun numerik,
beserta pola retak yang berbeda diantara kedua sampel. Frekuensi natural dari
kedua sampel juga berkurang seiring dengan rusaknya sampel

ABSTRACT
Two samples of beam-column joints designed in accordance to SNI
1782:2012 and SNI 1782:2002 with its corresponding reinforced concrete code
were assessed by doing semi-cyclic loading on the sample through experimental
and numerical testing. Along with the experimental testing, dynamic test were
carried on. The sample designed in accordance to newer code has higher rotational
stiffness compared to the one designed in accordance to the older code in both
experimental and numerical analysis, with different cracking pattern between the
two. The natural frequency of both samples also decreases as the damage
progresses."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Robinsyah
"Salah satu masalah yang sampai sekarang cukup menarik adalah getaran. Studi ini meneliti gerakan berosilasi dan kondisi-kondisi dinamisnya. Gerakan ini dapat berupa gerakan beraturan dan berulang secara kontinu atau dapat juga berupa gerakan tidak beraturan seperti gempa bumi.
Salah satu jenis lain dari getaran adalah getaran respons singkat akibat beban tumbukan (impact) yang bekerja pada struktur. Beban ini umumnya menghasilkan respons yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengetahuan yang cukup mengenai beban ini, karena tidak semua material cukup mampu menanggung tipe beban tersebut.
Dalam skripsi ini, dibahas mengenai perilaku dinamik balok beton fiber dengan rendaman dan tanpa rendaman akibat beban berulang tumbukan terbagi merata di tengah bentang. Benda uji yang digunakan terbuat dari balok beton mutu K-300 yang diperkuat dengan metal fiber dengan kandungan fiber yang berbeda-beda, yaitu sejumlah 0%, 1%, 2%, 3% terhadap volome balok (m3) tersebut. Selain itu, juga dibuat variasi terhadap balok, yaitu balok terendam dan tidak terendam. Balok terendam akan direndam dalam kolam selama 28 hari dan diuji dalam kondisi basah/jenuh. Sedangkan balok tanpa rendam, hanya direndam dalam kolam selama 7 hari dan selanjutnya di curing dengan karung goni basah dan diuji pada umur 28 hari. Dari keempat jenis benda uji ini akan diteliti sehingga didapatkan kondisi yang paling optimum terhadap tumbukan, terhadap parameter frekuensi dan keretakan serta kelelahannya.
Keempat jenis balok beton tersebut masing-masing diletakkan diatas perletakan sendi-rol di kedua sisi ujungnya kemudian diberi beban dinamik berupa beban tumbukan terbagi merata di tengah bentang. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur akan tercatat pada osciloskop dan terekam oleh kompoter mikro (PC). Sinyal percepatan ini akan menjadi bahan mentah yang akan diolah untuk menjadi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan fiber tidak meningkatkan kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Tetapi sebaliknya, memberikan fatigue life yang lebih panjang dikarenakan fiber memperlambat tumbuhnya retak akibat beban tumbukan. Selain itu, perendaman balok selama 28 hari setelah pengecoran dan pengujian pada saat jenuh menunjukkan terjadinya penurunan kekuatan balok jika dibandingkan dengan balok tanpa perendaman.

One of the interesting problems to be solved is vibration. This thesis research about osilated motions and theirs dynamic conditions. These motion can be sinusoidal motion and or it can be non sinusoidal motion such as ground motion.
Another type of load that cause vibration is an impact loading. Generally, this condition makes a significant response to the structure. Therefore, we need to know a lot about this load, because it depends so much to material characteristics.
In this thesis, writer would like to research about dynamic response of partially and fully cured fiber reinforced concrete beam subjected to the repetition of an impact loading locally distributed at beam mid span. The test samples that writer used is K-300 concrete compressive strength, and variations of metal fiber (0%, 1%, 2%, and 3% of beam?s volume) and also there are variations of partially and fully cured fiber reinforced concrete beam. The research include the optimum condition under impact loading based on frequency parameters and analysis about cracking growth and its fatigue life.
Those four beams located on hinge at each end span and those beams has been tested under distributed impact loading at mid span to get acceleration records and would be managed by PC. These acceleration records would be processed to be frequency records.
The result shows metal fiber as concrete filler didn?t increase the concrete compressive strength, moreover metal fiber decreased it. On the contrary, it prolong the fatigue life of concrete beam.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35270
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"In this work, an effort has been made to first observe the effect of reinforcement corrosion on flexural behavior of reinforced concrete beams and the to develop a model based on the test data to predict their residual flexural strength. Test data were gathered from the testing of 56 reinforced concrete beam specimens that were subjected to a varying degree of accelerated corrosion . It has been observed that the product of corrosion current density and corrosion period I corr T is the most siginficant factor affecting the flexural strength of a corroded beam . Based of the experimental data, a two step approach is proposed to predict the residual flexural strength of a corroded beam. First, the flexural strength is calculated using the reduced area of corroded bars, and then this value is multiplied by a correction factor that is formulated through a regression analysis of test data to take into account bond, slip, and other applicable factors.
"
507 ACI 104:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Nurzaman
"Suatu struktur yang mengalami beban dinamik cenderung gagal pada tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan beban yang sama yang diterapkan secara statik, khususnya bila beban dinamik tersebut dilakukan secara terusmenerus dalam sejumlah siklus. Peristiwa kegagalan struktur akibat dari pembebanan berulang disebut juga dengan fatik.
Dalam skripsi ini akan dibahas prilaku balok akibat uji beban tumbukan berulang dimana balok tersebut sebelumnya telah dilakukan uji tumbukan oleh Ratna Restiana (2007) sehingga terjadi kerusakan berupa retak atau patah. Balok yang retak tersebut lalu diperbaiki dengan teknik injeksi (Conbextra EP) sedangkan yang patah dengan penyambungan beton (Nitobound). Benda uji balok yang digunakan semuanya memiliki mutu K-300 dengan berbagai jenis yaitu beton tanpa serat metal (BTS), beton dengan serat metal 1 % dari volume total (BS), beton prategang tanpa serat metal (BPTS) dan beton prategang dengan serat metal 1 % dari volume total (BPS) dengan jumlah masing-masing sampel sebanyak 3 benda uji.
Keempat jenis balok beton tersebut ditumpu perletakan sendi?rol, yang kemudian diuji terhadap beban tumbukan berulang dengan tinggi jatuh konstan 4 cm hingga benda uji mencapai keruntuhan. Dari parameter frekuensi yang didapat dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran prilaku akan kekuatan injeksi terhadap beban tumbukan.
Dari hasil pengujian didapat bahwa perbaikan dengan teknik injeksi dan penyambungan beton memberikan konstribusi baik dan cukup efektif dalam mengembalikan kekuatan beton. Hal ini terlihat dari kerusakan yang ada tidak terjadi pada lokasi perbaikan. Disamping itu dari pengujian keempat benda uji jenis balok tersebut, terlihat bahwa jenis beton pratarik (BPS & BPTS) memiliki jumlah pukulan yang jauh lebih besar daripada jenis beton polos (BS & BTS) dimana diantara keempatnya, balok jenis BPS memiliki jumlah pukulan yang paling besar sedangkan balok jenis BTS memikili jumlah pukulan yang paling kecil.

The structure subjected by impact loading will tend to failure by less stress than the similar loading subjected statically, especially if the load happens by the number of cycle. The phenomenon of structure failure caused by the repetition number of loading is called fatigue.
In this final assignment will be discussed the respond of beams subjected to the repeated impact loading where beams were previously tested by Ratna Restiana (2007) until it damaged. These damages especially cracks were then repaired by using injection technique (Conbextra EP) while fractures were recovered with concrete joining (Nitobound). Those beam quality are K-300 with variously type ; non-fiber metal concrete (BTS), fiber metal concrete which metal volume 1 % to the total volume (BS)), non-fiber metal pretension concrete (BPTS) and fiber metal pretension concrete which metal volume 1 % to the total volume (BPS 1), each sample has 3 beams that were tested.
The four of beams were supported on pin-roll and then tested by repeated impact loading with constantly 4 cm hammer height fall until the samples were failure. Based on frequency parameter the research was held to know the description of injection strength due to repeated impact loading.
The result are injection technique and concrete joining method provide good contribution and also effective in returning the strength of concrete. Those can be seen due to the damage areas were not occurred on the repaired location. And beside that, the test was also describe that pretension concrete (BPS & BPTS) have number of blow much more greater than plain concrete(BS & BTS) where among of those all, BPS has the greatest number of blow while BTS has the smallest one."
2008
S37535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Seiring dengan bertambahnya kebutuhan perumahan di Indonesia, bertambah pula kebutuhan beton sebagai material yang paling diminati untuk pembuatan rumah tinggal. Cangkang Kelapa Sawit Oil Palm Shell / OPS dapat menjadi pilihan sebagai pengganti agregat kasar untuk campuran beton. Penggunaan OPS tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan beton di Indonesia namun juga untuk mengurangi masalah pengolahan limbah OPS. Beton dengan campurang OPS sebagai agregat kasar sudah pernah diteliti sebelumnya dengan menghasilkan kuat tekan beton sebesar 20-23 MPa. Untuk itu kebutuhan untuk melanjutkan penelitian dalam skala yang lebih besar.
Penelitian ini menghasilkan respon mekanik dari balok beton ringan dengan OPS dengan menggunakan metode 2 point pembebanan. Pada penelitian ini akan diuji dua buah sampel balok dengan ukuran 15x25x300 cm. ukuran ini dianggap mewakili dimensi umum yang dipakai untuk rumah sederhana di Indonesia. Respon mekanik terhadap lentur murni akan disajikan sebagai hasil dari pengujian ini. Penelitian ini akan lebih difokuskan pada are dimana diprediksi akan terjadi lentur murni. Selainn itu juga dkan dilihat tentang bukaan retak yang terjadi.

Along with the increasing demand for habitation in Indonesia, the need for concrete as the most favourable housing material is escalating. Oil Palm Shell OPS as coarse aggregate material can be one of the alternatives materials in concrete mix proportions. This possible choice of material not only can fulfil the materials needs, but also capable of reducing the problem of OPS waste in Indonesia. As OPS concrete compressive strength in the previous studies in laboratory is in the range of 20 23 MPa, studies on larger element of structure becomes interesting.
This research presents flexure behaviour of lightweight concrete beams using OPS replacing natural coarse aggregates under four point loading application. In this study, a campaign of tests was conducted on three samples of identical beam with 15 25 300 cm3 of size. This size is representing typical dimension of beam used on two storey houses in Indonesia. Mechanical response due to bending that occurs in OPS lightweight concrete beam is presented. Observation on the beam is emphasized on the pure bending area. The evolution of the maximum crack opening will also be observed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Nuvisa
"Infrastruktur di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Salah satunya adalah pembangunan gedung bertingkat. Pembangunan gedung bertingkat saat ini sebagian besar menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan beton bertulang dengan cara cor di tempat. Metode ini banyak digunakan karena sudah lama digunakan dan kekuatannya sudah teruji. Namun, metode konvensional tersebut membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama dan membutuhkan banyak bekisting. Selain metode konvensional, terdapat metode lain, yaitu metode beton pracetak. Metode beton pracetak membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih cepat dikarenakan pengecoran dilakukan tidak langsung di lokasi proyek. Namun, kekuatan sambungan antar komponen pracetak tidak sebaik sambungan beton yang dicor langsung. Selain itu, proses pengangkatan dan pemasangannya pun perlu diperhatikan supaya tidak terjadi kerusakan. Pada penelitian ini dilakukan analisis kekuatan dan metode konstruksi sambungan balok-kolom pracetak dan balok induk-balok anak pracetak. Penelitian meliputi desain sambungan, pengecekan kekuatan sambungan, analisis kekuatannya balok dan kolom pracetak saat proses pengangkatan, transportasi, dan pemasangan, serta metode konstruksi yang digunakan. Penelitian akan direalisasikan dengan studi kasus Rumah Sakit XYZ yang terletak di daerah Bogor.

Infrastructure development in Indonesia is now growing rapidly. One of them is the construction of multi-storey buildings. The construction of multi-storey buildings mostly uses conventional methods, using reinforced concrete by cast in place. This method is widely used because it has been used for a long time and it's strength has been tested. However, the conventional method requires a longer working time and requires a lot of formwork. In addition to conventional methods, there are other methods, that is precast concrete method. The precast concrete method requires a faster processing time because the casting is done indirectly at the project site. However, the strength of joints between precast components is not as good as joints that are cast directly. Furthermore, the lifting and installation process also needs attention so that no damage occurs. In this research, the strength analysis and construction methods of precast beam-column joints and precast beam-joist joints were carried out. Research includes joint design, checking connection strength, analysis precast components during the lifting, transportation and installation processes, and the construction method used. The research will be realized through a case study of XYZ Hospital that is located in Bogor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawy, Edward G.
Surabaya: ITS Press, 2010
624.183 41 NAW b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>