Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177534 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Jauhari Maknun
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Saputra Hendri L.
"Banyak penelitian yang telah menggunaka serat baja dalam campuran beton normal dan telah dilakukan dalam beberapa negara bagian di dunia. Namun, dikarenakan harga serat kawat baja itu sangat mahal di Indonesia, maka penggunaan serat kawat bendrat untuk menggantikan serat baja itu dan menggunakannya dalam campuran beton yang diteliti dalam penelitian ini. Serat kawat bendrat ini berdiameter 0,8mm dipotong dengan panjang 30 mm dan digunakan dalam campuran beton sebagai tulangan mikro beton yang diprediksi mampu meningkatkan kuat tekan beton dan mengurangi susut beton. Jumlah serat ini digunakan dari berat semen PCC dengan variasi 0%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% dengan target kuat tekan fc? 25MPa. Untuk uji kuat tekan beton, benda uji akan dibuat dalam silinder kecil yang berdiameter 100mm dan tinggi 200 mm yang dites pada hari ke 3,7,14, dan 28 hari serta silinder besar dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang akan di tes 28 hari agar diperoleh faktor konversi silinder kecil ke besar. Sedangkan untuk pengujian susut beton di uji pada balok berukuran 100mm x 100mm x 500mm (Standar UNI 6555) dan balok 75mm x 75mm x 254mm (Standar ASTM C49004) yang diuji selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan serat kawat bendrat dalam campuran beton meningkatkan kuat tekan beton sebesar 5,682% pada komposisi 6% serat kawat bendrat dan mengurangi susut sebesar 7,93% pada komposisi 10% serat kawat bendrat dan juga penggunaan serat kawat bendrat menurunkan kelecakan nilai slump beton.

Many experiments on the use of steel fiber to strengthen the quality of normal concrete have been done in some regions of the world. As the price of this fiber in Indonesia is considerably expensive, the use of annealed wire is proposed to be a replacement of it and used as additives for concrete mixture is investigated in this research. This annealed wire of 0,8mm diameter is cut into pieces size of 30 mm length named as annealed-wire fiber (AW fiber) and added into normal concrete mixture as reinforcing fiber to increase the concrete compressive strength and reduce the shrinkage of concrete. The amount of this fiber measured in weight proportion to the content of Portland Composite Cement (PCC) is designed as 0%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% based on the moderate concrete compressive strength fc? 25MPa. The concrete compressive strength is evaluated to numbers of cylinder type specimens size of 100 mm diameter by 200 mm height tested on 3 days, 7 days and 14 days and of 150 mm diameter by 300 mm height tested on 28 days of concrete age. And the shrinkage test is evaluated to numbers of beam type specimens size 100mm x 100mm x 500mm (UNI 6555 Standard) and 75mm x 75mm x 254mm (ASTM C490-04) The result from this experiment shows that the addition of AW fiber is increased the concrete compressive strength until 5,682% at 6% annealed-wire fiber composition and reduce 7,93% shrinkage at 10% annealed-wire fiber composition but decrease the workability by reducing the slump value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heidi Duma
"Pada saat ini beton siap pakai (ready mix) sedang marak digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, namun pada penerapannya sering terjadi kelebihan supply dan sisanya terkadang dibuang di sembarang tempat, sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak keseimbangan ekosistem. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah mendaur ulang limbah beton. Namun, pemanfaatan limbah sebagai agregat daur ulang tersebut perlu dikaji lebih mendalam, dengan melakukan pengujian secara eksperimental dan analisis terhadap karakteristik yang dimiliki. Metoda dan prosedur pelaksanaan pengujian agregat daur ulang tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM. Beton dibuat dengan agregat alam maupun campuran antara agregat alam dan agregat daur ulang dengan komposisi tertentu. Kekuatan beton yang akan dipakai adalah 25 MPa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap kuat lentur pada umur 28 hari dan susut selama 56 hari. Berdasarkan hasil studi eksperimental, agregat daur ulang mengandung mortar. Kandungan mortar tersebut mengakibatkan absorpsi agregat menjadi lebih besar, lebih poros atau berpori, sehingga kekerasannya berkurang. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan. Persentase penurunan kuat lentur beton agregat daur ulang dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 1.26 %, sedangkan beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 6.33 %. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian kuat lentur beton. Pada pengujian susut, nilai persentase pertambahan susut beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 10.53 %, sedangkan dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 5.26%. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian susut.

Now ready mix is very well known to make construction of building, but the usage often more supply that throw in anywhere, so it will decrease the fertilizer of soil and destroy the ecosystem. To against that, the solution is to recycled aggregate. We need research chemical properties of the materials and then to be analyzed to understand the difference between natural and recycled aggregates. The method and procedure for testing of the recycled aggregate materials are in accordance with the ASTM standard. Concretes are made from normal aggregate and mix both normal and recycled aggregate. Concrete strength is 25 MPa. After that, test of flexural strength in 28th day old and shrinkage during 56 days. Based on the experimental works, recycled aggregates contain mortar. The existence of mortar content in recycled aggregates affects to the accretion of absorption of aggregate, more porous, less hardness. Some of the difference of qualities, physical and chemical properties of recycled aggregates cause the difference of properties of the resulted concrete materials. The difference properties consist of the reduction of flexural strength and increase of shrinkage. The reduction of percentage recycled aggregate concrete of composition 25 % coarse recycled aggregate and 0 % fine recycled aggregate was 1.26 %, while recycled aggregate concrete of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 6.33 %. This indicate that usage recycled coarse aggregate was prefer than recycled fine aggregate for flexural strength. For shrinkage, percentage accretion value of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 10.53 %, while 25 % coarse recycled aggregate with 0 % fine recycled aggregate was 5.26%. This indicate that usage of coarse aggregate of recycle with percentage 25 % was better the than usage of fine aggregate of recycle with percentage 25 % for the examination of length change."
[, ], 2008
S35356
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Regianto Wisnuseputro
"Penggunaan pecahan kaca dalam beton umumnya terbentur oleh reaksi kimia yang dihasilkan antara agregat gelas dan semen yang disebut Alkali-Silicate Reaction (ASR). Belakangan ini sudah ditemukan terobosan-terobosan untuk mengatasi hal itu. Penggunaan pecahan gelas bekas botol sebagai pengganti agregat alami beton untuk aplikasi konstruksi diharapkan mengurangi ketergantungan terhadap sumber agregat kasar alami. Skripsi ini mendalami aplikasi agregat kasar kaca dalam beton struktural dari segi kuat tekan dan kuat lentur serta susut, dengan fokus pada penggunaan limbah botol berwarna hijau. Dari hasil pengujian yang dilakukan, ditemukan bahwa keberadaan agregat kasar kaca dalam beton secara umum memperkecil kuat tekan, menambah kuat lentur, dan mengurangi susut beton.

The usage of glass as a concrete aggregate in construction applications may reduce the dependence towards natural aggregate sources despite the presence of Alkali-Silicate Reaction (ASR) long-term effects. This study observes the compressive, flexural, and shrinkage properties of concrete with glass coarse aggregate, focusing in the exclusive usage of green-colored glass by neglecting the short-term effects of Alkali Silicate Reaction. Samples are made with 0%, 10%, 20%, 30%, and 50% of glass coarse aggregate replacement ratios. The results show that generally the increase of glass coarse aggregate presence in concrete decreases the compressive strength, increases the flexural strength and reduces the shrinkage effects of the glass coarse aggregate concrete."
[, ], 2009
S50454
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Alvis Abdilah
"Limbah Kaca dihasilkan dari kegiatan manusia baik kegiatan sosial ataupun kegiatan industri, pada kebanyakan kota besar seperti Jakarta kebanyakan limbah kaca ini dibuang lansung ke alam tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Seperti kita ketahui alam memerlukan waktu yang lama untuk mendaur ulang kaca, karena alasan itu harus ada inovasi untuk mengurangi limbah kaca ini. Karena alasan itu pula pada penelitian ini kaca akan dijadikan sebagai filler dan pengganti aggregat halus pada campuran beton. Pada penelitian ini akan dibuat dua variasi kaca sebagai filler (5 % dan 10 %) dan dibuat dua variasi kaca sebagai aggregat halus (20% dan 30%).
Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa penggunaan kaca sebagai filler dan aggregat halus akan menurunkan kekuatan tarik dari beton, hasil ini didapat dari hasil uji tarik belah dan uji pembebanan tiga titik, dimana uji keduanya berguna untuk mengetahui kekuatan tarik beton secara tidak langsung.

Glass waste is produce from human social live or industrial process, specialy in big city like jakarta many of this waste have no recovery psocess, but it is fill dirctly to the earth, as we know the earth can?t recover the glass immediately. Because that reason there must be innovation to reduce this glass waste. For that reason, this glass waste will be add to concrete as filler or substitute fine aggregate. In this research, the glass is make in two variant as filler (5% and 10 %), and two variant as fine aggregate (20 % and 30 %).
The result from this research we can see that tensile strength from concrete using glass as filler or fine aggregate is lower than normal concrete. This result is from spliting test and tird point load test, as we know both method is for explain tensile strength undirrectly.
"
2009
S50447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Riza Aulia
"Penggunaan sumber daya alam sebagai pembuat beton semakin meningkat belakangan ini sehingga menambah jumlah limbah beton. Penelitian ini akan menggunakan agregat kasar dan agregat halus daur ulang sebagai agregat pada beton. Komposisi benda uji terdiri dari 40% agregat kasar daur ulang dan 0%, 20%, 40% dan 60% agregat halus daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400. Pengujian meliputi pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan beton pada komposisi 20% agregat halus daur ulang meningkat 5,18% dari beton normal pada umur 28 hari. Kuat lentur beton dengan komposisi agregat halus daur ulang 20% memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan komposisi lainnya. Susut beton dengan komposisi 60% agregat halus daur ulang mempunyai nilai susut tertinggi dibandingkan dengan komposisi lainnya.

The using of natural resources to make concrete is increase nowadays that can gain the concrete waste. This study will use fine and coarse recycle aggregate as aggregate as aggregate in concrete. The composition of the test object consisting of 40% coarse recycle aggregate and 0%, 20% 40%, and 60% fine recycle aggregate from concrete waste K350-K400. Testing includes, compressive strength test, flexural strength, and shrinkage in concrete. The purpose of this study is to know the influence of coarse and fine recycle aggregate to compressive strength, flexural strength, and shrinkage in concrete and the optimum composition of the fine recycle aggregate to be used. Compressive strength of concrete with 20% recycled fine aggregate increased by 5,18% of the normal concrete at 28 days. Flexural strength of concrete with 20% recycled fine aggregate has the highest value than other composition. Shrinkage of concrete with 60% recycled fine aggregate has the highest shrinkage value compared to other composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Amalia Hidayah
"Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan bahan dari alam menyebabkan berkurangnya sumber daya alam yang ada. Dilihat dari sisi lain, banyak terdapat limbah beton yang hanya menjadi limbah di tempat pembuangannya. Penelitian ini akan menggunakan agregat halus daur ulang sebagai agregat pada beton. Komposisi benda uji terdiri dari 0%, 20%, 40%, dan 60% agregat halus daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400 menggunakan bahan tambah superplasticizer Glenium C-316. Pengujian meliputi, yaitu pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan beton dengan komposisi 20% agregat halus daur ulang meningkat dari kuat beton normal pada umur 7, 21 dan 28 hari. Tegangan lentur beton dengan komposisi 20% agregat halus daur ulang mengalami penurunan sebesar 8.54% dari beton normal. Susut beton dengan komposisi 60% agregat kasar daur ulang mempunyai nilai susut tertinggi dibandingkan dengan campuran lainnya.

Almost all of the materials used for the manufacture of concrete using materials from nature, causes natural resources that exist decrease. Besides, there are a lot of concrete waste at a waste disposal. This study will use recycled fine aggregate in concrete. Composition of the test object consists of 0%, 20%, 40%, and 60% of fine recycled aggregate from waste concrete K350-K400 with addition superplasticizer Glenium C-316. Testing includes, compressive strength test, flexural strength, and shrinkage in concrete. Compressive strength of concrete with a composition of 20% recycled fine aggregate increase compared to normal concrete at the age of 7, 21 and 28 days. Flexure strength of concrete with a composition of 20% recycled fine aggregate decreased by 8.54% compared to normal concrete. Shrinkage of concrete with a composition of 60% recycled coarse aggregate has the highest shrinkage values compared to other mixtures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Marastuti
"Saat ini telah terjadi penambangan sumber daya alam bahan baku beton secara berlebihan. Dilihat dari sisi lain, banyak terdapat limbah beton yang hanya menjadi limbah di tempat pembuangannya. Penelitian ini akan menggunakan agregat kasar daur ulang sebagai agregat pada beton. Komposisi benda uji terdiri dari 0%, 20%, 40%, dan 60% agregat kasar daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400. Pengujian meliputi, yaitu pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan dan kuat lentur beton dengan komposisi 20% agregat kasar daur ulang meningkat 14,961% dan 12,5% dari kuat beton normal pada umur 28 hari. Susut beton dengan komposisi 60% agregat kasar daur ulang mempunyai nilai susut tertinggi dibandingkan dengan campuran lainnya.

Nowadays, there is a natural resource mining of concrete forming materials excessively. On the other hand, there are a lot of concrete waste in concrete waste dumps. This study will use recycled coarse aggregate as aggregate in concrete. The composition of the test object consisting of 0%, 20%, 40%, and 60% recycled coarse aggregate from concrete waste K350-K400. Testing includes, compressive strength test, flexural strength, and shrinkage in concrete. Compressive strength and flexural strength of concrete with 20% recycled coarse aggregate increased by 14.961% and 12.5% of the normal concrete at 28 days. Shrinkage of concrete with a composition of 60% recycled coarse aggregate has the highest shrinkage value compared to other mixtures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynanda Adrian Namara
"Dewasa ini banyaknya kebutuhan akan material beton telah memicu pemakaian sumber daya alam secara besar-besaran. Penggunaan beton pada industri konstruksi menghasilkan beton sisa atau limbah beton yang dapat merusak ekosistem tanah jika dibiarkan menumpuk. Penelitian ini akan menggunakan agregat halus daur ulang dan komposisi agregat kasar daur ulang sebesar 40%, dimana agregat tersebut berasal dari penghancuran limbah beton. Komposisi benda uji terdiri dari 0%, 20%, 40%, dan 60% agregat halus daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400. Pengujian meliputi, yaitu pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan beton dengan komposisi 40% agregat halus daur ulang meningkat 3,9% dan mengalami penurunan kuat lentur sebesar 7,6% dari kuat tekan dan kuat lentur beton normal pada umur 28 hari. Susut beton dengan komposisi 60% agregat kasar daur ulang mempunyai nilai susut tertinggi dibandingkan dengan campuran lainnya.

Nowadays, a huge mining activity of concrete forming maaterials been developed due to constructions in Indonesia. On the other hand, use of concrete in every sector of constructions produce a concrete waste, which will damage soil environment if it?s abandoned. This study will use recycled fine aggregate as aggregate in concrete and 40% recycled coarse aggregate. The composition of the test object consisting of 0%, 20%, 40%, and 60% recycled fine aggregate from concrete waste K350-K400. Testing includes, compressive strength test, flexural strength, and shrinkage in concrete. Compressive strength of concrete with 40% recycled fine aggregate increased by 3,9% and decreased by 7,6% for its flexural strength compared with compressive strength and flexural strength of the normal concrete at 28 days. Shrinkage of concrete with a composition of 60% recycled coarse aggregate has the highest shrinkage value compared to other mixtures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Riduan
"Dalam era saat ini, dimana sedang maraknya dilakukan gerakan peduli lingkungan, penambangan besar-besaran mulai diusahakan untuk dikurangi, sehingga perlu dipikirkan pengadaan jenis sumber agregat baru yang dapat diperbaharui dalam pembuatan beton. Limbah beton dan limbah kaca seringkali menjadi sampah dan berpotensi merusak lingkungan karena sifatnya yang sulit terurai. Padahal kedua bahan tersebut mempunyai potensi untuk dimanfaatkan, salah satunya sebagai pengganti agregat dalam beton. Jika hal ini dapat dilakukan selain mengurangi pencemaran juga untuk mengurangi penambangan batuan alam untuk agregat.
Pada penelitian kali ini akan dicoba membuat beton dengan mengunakan limbah beton dan limbah kaca dengan target kekuatan beton yaitu fc - 25 MPa. Agregat kasar yang digunakan berasal dari limbah beton yang mempunyai kekuatan rencana fc - 35 MPa. Agregat tersebut akan diuji apakah memenuhi syarat-syarat untuk dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam beton. Pada agregat kaca akan dilakukan pengujian yaitu pengujian X-Ray Flourescent dimana dari hasil pengujian ini akan didapatkan kandungan kimia dalam kaca untuk menetukan jenis kaca yang akan dipakai. Agregat kaca akan digunakan sebagai bahan tambahan (filler) dalam beton. Jumlah kaca yang ditambahkan ke dalam campuran beton adalah sebesar 10 %, 20 %, 30%, 40%, dari volume agregat halus yang dipakai. Sedangkan limbah beton akan seluruhnya dijadikan sebagai agregat kasar. Pengujian yang dilakukan terhadap beton adalah uji tekan,uji kuat tarik belah dan uji kuat tarik lentur.
Dari hasil penelitian didapatkan limbah beton yang akan dipakai memenuhi semua syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam beton. Penggunaan kembali limbah beton dari beton yang mempunyai kuat tekan rencana fc - 35 MPa sebagai agregat kasar dalam beton dapat menghasilkan beton dengan kuat tekan fc - 25 MPa. Penggunaan kaca sebagai filler dalam beton dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga pada kadar tertinggi yang diteliti yaitu 40 %, sedangkan penggunaan limbah kaca sebagai filler dapat meningkatkan kekuatan tarik jika pada beton ditambahkan 40 % kaca, dan untuk kuat lentur beton didapatkan kadar optimum penambahan kaca untuk meningkatkan kekuatan lentur pada kadar 30%.

At present, in which many of natural conservation having been strictly carried out, mining with huge number have already been reduced so that another alternative of supply aggregate needs to be determined according with the necessity of concrete production. Unbreakable material like concrete waste and glasses waste are usually considered raises any damage to the environment. In fact, those material can be recycled and effectively turn into another alternative of aggregate in concrete production. If the idea above would seriously be implemented, there is no wonder if the excess of natural exploration, and pollution on earth could be reduced.
The bottom line of this observation were trying to produced any concrete having pressure strength fc' about 25 MPa by using concrete waste and glasses waste. Coarse aggregate were came from waste concrete that have plan strength fc' 35 MPa. It would passed some qualifying test before having been used as aggregate. To determine which kind of glasses would be used as finer, the glasses would passing an X-Ray Flourescent. It is necessary to find out the content of chemical compound in it. glasses serve as a filler in the new concrete product. The number of percentage of glasses in mixing concrete would be 10 %, 20 %, 30%, 40%, from troughout of fine aggregate volume. Whereas the concrete waste would be used as coarse aggregate thoroughly. In the end, the new concrete product must passed some tests as follow : Compression test, splitting test, and flexible strength test.
From the observation result would be revealed the waste concrete qualified to be used as coarse aggregate in the new concrete product. The new concrete product is expected to has its plan pressure strength magnitude fc' 25 MPa. Fourty percent glasses usage as filler in any concrete production will more generate its pressure strength, waste glasses usage will more generate its tensile strength if using 40 % addition glasses, and 30 percent waste glasses usage is the optimum level to generate it's flexible strength.
"
2008
S35353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>