Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Niasian
"Formula dari Navier-Stokes umum dipakai menghitung kerugian tekanan aliran dalam pipa. Dimana setiap pertambahan panjang diikuti oleh pengurangan tekanan. Semakin panjang pipa atau semakin kecil diameter pipa atau semakin cepat fluida atau semakin kasar permukaan pipa akan menaikkan kerugian tekanan. Dimana formula tersebut tidak berlaku pada ujung pipa masuk, belokan/cabang pipa, setelah katup, adanya perubahan diameter (unsteady flow), adanya getaran, dll.
Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh panjang pipa masuk (inlet) terhadap nilai pengukuran kerugian tekanan aliran dalam pipa atau melihat jarak inlet minimum untuk dapat menggunakan formula Navier-Stokes. Eksperimen ini menggunakan pipa acrylic berdiameter 10 mm. Variasi panjang pipa masuk terhadap titik pengukur tekanan pertama (pressure tap) yaitu dengan mengatur atau menggeser pipa masuk didalam pipa uji hingga keadaan fluida mencapai kondisi berkembang penuh. Panjang inlet diatur dengan memasukkan diameter pipa yang lebih kecil ke dalam pipa uji. Pada pipa uji dipasang 4 buah pressure tap dengan jarak masing-masing tap 25 cm. Pergeseran pipa kecil menuju pressure tap pertama akan mempengaruhi nilai tekanan pada manometer. Kondisi aliran berkembang penuh (fully developed flow) dan sedang berkembang (developing flow) mempengaruhi nilai pencapaian aliran transisi dan nilai koefisien gesek. Air murni sebagai fluida uji. Debit yang keluar diukur debitnya pada periode waktu tertentu untuk mendapatkan nilai bilangan Reynolds.
Hasil menunjukkan bahwa karakteristik aliran dipengaruhi panjang aliran pipa masuk, transisi akan cepat tercapai dan kenaikan nilai koefisien gesek pada bilangan Reynolds yang sama. Rasio panjang masuk minimal untuk aliran laminar yaitu _0,05 Re sedangkan untuk aliran turbulen yaitu dengan pendekatan terhadap persamaan 4,4 Re1/6.

Navier-stokes formula is commonly used to calculate a current pressure loss in a pipe wherein every length increase will be followed by a pressure decrease. The more the pipe length or the smaller the pipe diameter, or the faster the build moves or the rougher the pipe surface, it will raise the pressure loss. This formula could not be applied to pipe access tip, the turning or branch of the pipe, after the valve, pipe in which its diameter has changed (unsteady flow), shock or vibration occurs, etc.
The goal of this research is to measure the influence of inlet pipe length to the value of current loss measure in pipe or to see the minimum inlet space in order to use the Navier-Stokes formula. The experiment used acrylic pipe with 10 mm diameter. Variation of inlet pipe length to first pressure tap is arranged the inlet pipe in test pipe which will achieve the condition of fully developed flow. On the test pipe are used four pressure taps with 25 cm distance. Displacement the inlet pipe into first pressure tap will be effected to the value of pressure in the manometer. Fully developed flow and developing flow conditions are effected by the result of transition flows and the value of friction coefficient. Water as a test fluid. Debit or rate of the flow is measured in period of time to get Reynolds number.
The results had showed that the characteristic of flows are effected by the inlet pipe length, the transition of flow will be reached and the increasing of friction coefficient in the same Reynolds number. The minimum ratio of inlet pipe lenght for laminar flow is _ 0,05 Re while turbulent flow is closely to relation of 4,4 Re1/6.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37348
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Abdul Azis
"Aliran melewati silinder merupakan salah satu hal yang sangat aplikatif di kehidupan sehari-hari namun memiliki masalah di dalamnya yaitu adanya gaya drag. Penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi mengurangi gaya drag dengan menggunakan kontrol aliran pasif inlet disturbance body dan kontrol aliran aktif aktuator plasma. Digunakan model uji silinder berdiameter 120 mm dengan konfigurasi Reynolds Number 15000, 41000, dan 62000. Kontrol aliran yang diaplikasikan pada penelitian ini diharapkan mampu mengurangi nilai koefisien drag. Dari hasil yang ditunjukkan, baik inlet disturbance body maupun aktuator plasma serta kombinasi dari kedua kontrol aliran tersebut mampu melakukan pengurangan koefisien drag hingga 70,22 pada variasi Reynolds Number 62000.

The flow through the cylinder is very applicable in life but has a problem in it that is the drag force. This study was conducted to find solutions to reduce the drag force by using passive flow control of inlet disturbance body and active flow control of plasma actuator. A 120 mm diameter test model is used with Reynolds Number 15000, 41000, and 62000 variations. The flow control applied in this study is expected to reduce the drag coefficient value. From the results shown, both inlet disturbance body and plasma actuators as well as a combination of both flow controls are able to reduce drag coefficient of up to 70,22 at Reynolds Number 62000."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Eko Santoso
"Jika suatu aliran udara bertekanan tinggi mengalir ke suatu celah sempit, kemudian diatirkan secara tangensial malta timbul fenomena aliran udara bertemperatur panas pada ujung keluaran pipa dan aliran udara bertemperatur dingin pada ujung tainnya.
Dengan mengatur bukaan kalup jarum pada ujung pipa aliran udara panas diperoleh besar fraksi massa aliran udara dingin maupun fraksi massa aliran udara panas yang, jika dijumlahkan merupakan Iaju aliran udara masuk.
Fraksi massa dingin L¢1_,,,_g,,,) mempunyai korelasi dengan beda temperature dingin terhadap temperature masuk (ATJMW). Korelasi lersebul dinotasikan sebagai ATJL-1gm = f(;1¢»,@.) Hubungan fungsi antara kedua parameter tersebut menyatakan karakteristik dari suatu tabung vortex. Berbagai variasi tekanan udara masuk yaitu 5 bar, 6 bar, 7 bar dan B bar terhadap perubahan panjang pipa udara panas 400 (mm) dan 240 (mm) dimana panjang pipa udara dingin tetap yaitu 80 (mm).
Sebagai tambahan, dibandingkan pula jumlah inlet langensial pada 3 buah vortex generator yailu 1 inlet, 2 inlet dan 3 inlet dengan variasi tekanan aliran udara masuk terhadap panjang pipa panes 400 (mm) dan 240 (mm).
Hasil akhir menunjukkan bahwa AT:,mS," makstmum dapat dicapai pada tekanan udara masuk 8 bar, menggunakan paniang pipa panas 400 (mm) Serta vortex generator yang mempunyai 3 inlet tangensial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S36214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Rezkita
"Pressure drop adalah salah satu aspek penting yang mempengaruhi konsumsi energi yang digunakan dalam suatu transportasi fluida (bersifat turbulen) menggunakan pipa. Drag Reduction Agent (DRA) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi timbulnya pressure drop pada aliran fluida dalam pipa dengan menambahkan sejumlah zat aditif kedalam aliran. Zat aditif yang digunakan dalam penelitian ini berupa serat fiber bakteri selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karekteristik drag reduction dalam aliran minyak mentah (crude oil) dalam pipa spiral dengan rasio P/Di 7.6.Reynolds number dikondisikan dari nilai yang kecil sampai 55000.Dalam penelitian ini juga digunakan pipa bulat dengan diameter 17 mm sebagai pembanding. Penambahan serat fiber bakteri selulosa dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 750 ppm pada aliran crude oil dapat mengurangi drag pada pipa spiral ataupun pipa bulat. Dari penelitian ini, drag reduction pada pipa bulat didapat sebesar 15 % dan pada pipa spiral 13 %.

Pressure drop is one of the important aspects that influence the energy consumption used in a transport fluid (turbulent nature) using a pipe. Drag Reduction Agent (DRA) is one alternative to reduce the incidence of pressure drop in the fluid flow in a pipe by adding additives into the flow. Additives used in this study is bacterial cellulose fiber suspension. This study aims to determine the characteristics of drag reduction in the flow of crude oil in a spiral pipe with the ratio P/Di 7.6. Reynolds number conditioned of little value until 55000.In this study also used a circular pipe with a diameter of 17 mm for comparison. The addition of bacterial cellulose with a concentration of 250 ppm, 500 ppm, and 750 ppm in the crude oil flow to reduce drag in spiral pipe or circular. From the research, the drag reduction on circular pipe by 15% and 13% in the spiral pipe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Whisnu Febriansyah
"Setiap material pipa memilikki ciri khas unik yang berbeda satu sama lain. Kekasaran permukaan merupakan salah satu dari sifat spesial yang berbeda di setiap bahan pipa. Kekasaran permukaan telah dikenal luas memilikki efek dominan terhadap aliran fluida, terutama aliran dengan nilai jatuh tekan yang tinggi seperti pada aliran minyak sawit mentah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek tersebut pada pipa spiral pentagon untuk mengoptimalkan konsumsi energi dalam transportasi minyak sawit. Dalam penelitian ini, analisis numerik dengan aliran stabil dilakukan dengan menggunakan peranti lunak ANSYS Fluent 19.2. Sebenarnya, analisis numerik dilakukan dengan mensimulasikan aliran melalui pipa spiral pentagon dengan melakukan pendekatan dari persamaan Navier-Stokes. Setelah itu, dilakukan observasi efek dari kekasaran permukaan dan bilangan Reynolds pada pengurangan hambatan menggunakan simulasi. Berdasarkan hasil simulasi, penelitian ini menekankan pentingnya kekasaran permukaan dalam pengurangan hambatan sebagai upaya pengurangan konsumsi energi pada transport minyak sawit.

Every pipe material has unique characteristics that is to say different from others. Surface roughness are counted as one of the specific features in each pipe material. Surface roughness is known to have dominant impacts on a fluid flow, especially flows with high pressure drops such as the flows of crude palm oil (CPO). This study aims at analyzing the impacts observed in a pentagon spiral pipe to optimize energy consumption in CPO transport. In this study, a steady-state numerical analysis is performed in ANSYS-Fluent 19.2 software. Practically, a numerical analysis is conducted by simulating a pentagon spiral pipe using Navier-Stokes equations. Then, the effects of relative roughness and Reynolds number on drag reduction are investigated in the simulation. Looking at results of the simulation, this study highlights the importance of modelling the behavior of surface roughness effects at different temperature levels to discover better drag reduction impacts for improving efficiency in energy consumption for transporting CPO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal Abdi Tanjung
"ABSTRAK
Pertimbangan akan konsumsi energi dan efeknya terhadap lingkungan telah membawa industri heating, ventilating and air conditioning (HVAC) untuk mengembangkan unit yang lebih efisien. Air handling unit (AHU) adalah salah satu komponen utama dalam sistem HVAC yang telah mengalami peningkatan untuk efisiensi energi melalui penambahan area permukaan coil, dan tentu berpengaruh pada ukuran unit. Variasi dari model-model AHU membutuhkan standar pengetesan dan rating dan telah terdapat petunjuknya pada ASHRAE standard 37. Standar tersebut mensyaratkan penambahan plenum pada bagian outlet dan inlet (jika space tersedia). Adanya persyaratan tersebut membuat pengujian pada unit dengan konfigurasi vertikal akan menjadi sulit karena ada keterbatasan space pada laboratorium uji. Penelitian ini menggunakan pendekatan komputasi untuk menganalisis efek dari variasi inlet ducting, antara lain variasi dari panjang ducting yang digunakan, variasi floor distance dan tiga alternatif geometri inlet
ducting. Analisa yang dilakukan termasuk pada profil aliran udara dari visualisasi vektor kecepatan udara, profil kecepatan sepanjang garis vertikal, serta rata-rata dan distribusi kecepatan dan tekanan udara pada bidang horizontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang ducting mempunyai efek signifikan pada profil kecepatan, semakin
pendek ducting semakin besar perbedaan yang terlihat. Perbedaan floor distance dengan panjang ducting yang sama tidak mempunyai pengaruh yang terlalu besar terhadap aliran udara di dalam ducting. Tiga alternatif geometri menunjukkan profil kecepatan yang berbeda-beda, alternatif tiga menunjukkan profil yang paling mendekati base case, diikuti alternatif satu sedangkan perbedaan signifikan terlihat pada alternatif dua. Karena laju aliran ditetapkan pada nilai yang sama, maka rata-rata kecepatan udara pada setiap case adalah sama. Alternatif satu dan dua menghasilkan perbedaan tekanan yang signifikan dibandingkan base case, sedangkan case lain mempunyai rentang tekanan yang sama dengan base case. Dari aspek distribusi kecepatan dan tekanan, case dengan panjang ducting 8 in, panjang ducting 4 in, floor distance 9 in, floor distance 6.5 in serta alternatif
tiga mempunyai hasil yang relatif sudah mirip dengan base case, sedangkan case yang lain mempunyai perbedaan yang signifikan dengan base case. Dengan semua perbandingan, disimpulkan bahwa ada tiga konfigurasi yang bisa menjadi solusi untuk mengurangi space pada inlet ducting namun perbedaan yang tidak signifikan dengan base
case, yaitu ducting dengan panjang 8 in, panjang ducting 4 in dan alternatif tiga. Untuk penelitian berikutnya, bisa dilakukan eksperimen pada unit AHU untuk mengetahui apakah parameter kecepatan dan tekanan di sekitar hulu dari fan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi performa dari fan dan selanjutnya geometri lain bisa dieksplorasi untuk menghasilkan geometri yang lebih optimal dan space yang lebih sedikit.

ABSTRACT
Consideration of energy consumption and its impact on the environment has been driving the heating, ventilating, and air conditioning (HVAC) industry to develop more energyefficient units. The Air Handling Unit (AHU) is one of the important components of the HVAC system that has undergone a lot of improvements in terms of energy efficiency through increased coil surface area, thus its unit size. Variation of AHU models requires energy performance testing and rating standard which is currently guided by ASHRAE Standard 37. The standard requires to install plenum on outlet and inlet (if the space allowed) position of the unit. This requirement can compound the testing of vertical unit since there is height limitation on the testing laboratory. This study uses a computational approach to examine the effect of inlet ducting variation, which are ducting length variation, floor distance variation and another three alternative inlet geometry. Analysis including the airflow pattern from the visualization of velocity vector, velocity profile along vertical line, velocity and pressure average and distribution along the horizontal section. The result shows that the ducting length has markable effect on velocity profile, the smaller the distance the bigger the effect. Different floor distance with similar ducting length has not much effect on velocity profile. Three alternative ducts give different velocity profile, the alternative number three gives the most similar velocity profile with the base case, followed by alternative number one and significant difference is spotted at alternative number two. Since the air flowrate is set to the same value, the velocity average is on the relatively same value on every cases. Alternative number one and two give significant difference on the pressure, while the other cases gives relatively same pressure with the base case. From the aspect of velocity and pressure distribution, the case with 8 in and 4 in duct length, 9 in and 6.5 in floor distance and alternative number three give relatively close value with the base case, while the other cases have significant different value. With all of the comparison, we came to conclusion that there are three configuration that can be the solution as alternative inlet ducting, with less space used and not big difference air behavior with the base case, which are the 4 in duct length, 8 in duct length and alternative number three. For the next project, experiment can be conduct to confirm whether the velocity and pressure distribution upstream the fan are the main factor that affect the fan performance and one can explore another geometry that can produce similar air behavior with less space needed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Adi Arifianto
"ABSTRAK
Roda air langkah bawah merupakan turbin yang direkomendasikan sebagai pembangkit listrik mandiri di daerah terpencil di Indonesia karena dapat beroperasi pada kondisi tinggi jatuh rendah. Studi ini mengkaji hubungan jumlah sudu terhadap kinerja melalui dua metode: analitikal dan komputasi sehingga diketahui jumlah sudu optimal. Berdasarkan hasil analitikal jumlah sudu 8 direkomendasikan untuk digunakan. Namun untuk mengkoreksi hasil yang didapat, studi ini mengkomparasi 6, 7, 8, 9 dan 10 sudu dengan metode komputasi. Hasil komputasi inlet 1 m/s 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 42.96, 7 sudu sebesar 41.79, 8 sudu sebesar 45.58, 9 sudu sebesar 42.77, dan 10 sudu sebesar 37.31. Pada inlet 3 m/s, 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 16.57, 7 sudu sebesar 16.64, 8 sudu sebesar 15.25, 9 sudu sebesar 15.57, dan 10 sudu sebesar 15.58. Pada inlet 5 m/s, 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 10.17, 7 sudu sebesar 10.39, 8 sudu sebesar 13.84, 9 sudu sebesar 10.78, dan 10 sudu sebesar 9.39. Dari hasil komputasi, jumlah sudu 8 memiliki efisiensi tertinggi. Analisis dengan ANOVA dilaporkan bahwa variasi sudu mempengaruhi kinerja. Karenanya, disimpulkan juga persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah sudu memungkinkan untuk digunakan dalam perancangan roda air ini dan roda air langkah bawah ini tergolong sebagai turbin reaksi.

ABSTRACT
Undershot Waterwheel is a recommended to be independent power plant turbine for remote area in Indonesia because it can be operated under low head condition. This study examines relationship number of blades to performance through three methods analytical and computational so the optimal number of blades is known. From analytical result, 8 number of blades is recommended to be used. However, to correct those result, this study then compares 6, 7, 8, 9, and 10 blades through computational method and it obtain result on inlet 1 m s of 6 blades have efficiency 42.96, 7 blades 41.79, 8 blades 45.48, 9 blades 42.77, and 10 blades 37.31. On inlet 3 m s, 6 blades have efficiency 16.57, 7 blades 16.64, 8 blades 15.25, 9 blades 15.57, and 10 blades 15.58. On inlet 5 m s, 6 blades have efficiency 10.17, 7 blades 10.39, 8 blades 13.84, 9 blades 10.78, and 10 blades 9.39. From computational result, the 8 blades have the highest efficiency. Analysis with ANOVA is reported that the variation of blades affect performance. Therefore, it also can be concluded that the equation used to calculate blades arrangement is possible to use in this waterwheel design and the undershot waterwheel is classified as a reaction turbine."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paian Oppu Torryselly
"Kerugian aliran di dalam pipa terjadi akibat pergesekan antara lapisan fluida yang mempunyai kecepatan rendah dengan lapisan kecepatan yang lebih tinggi (distribusi kecepatan). Aliran tegak lurus sumbu (secondary flow) yang terjadi akan menambah kerugian tekanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan efek secondary flow yang terjadi pada aliran dalam pipa bulat dan pipa kotak dengan diameter yang sama. Dua buah model propeller bebas yang sama dan identik diletakkan masingmasing pada pipa hisap dan pipa tekan ( keluar). Variasi putaran pompa di ikuti perubahan putaran propeller . Fluida yang di gunakan adalah fluida air murni dengan temperature konstan 27°C.
Putaran propeller terjadi akibat aliran yang sejajar sumbu propeller dan secondary flow. Hasil pada putaran propeller pada pipa kotak lebih kecil di bandingkan pada pipa bulat. Secondary flow yang terjadi secara natural pada pipa kotak membuat vortex pada sudut-sudut penampang kotak menahan aliran secondary flow pada sekeliling pipa.

Pressure drop in pipe flow is caused by friction between the faster fluid velocity layer and slower velocity layer (velocity distribution). Occurred flow perpendicular to the axis of main flow (secondary flow) will contribute to pressure loss.
The objective of this experiment is to prove secondary flow effect which occurred on main flow of circular and rectangular pipe with the same diameter size. Two identical freely rotating propellers were arranged on (inlet) suction pipe and (outlet) exhaust pipe. Variation of pump rotation speed is followed by changes of propeller velocity. Used Fluid is tap water with the constant temperature 27°C.
Propeller rotation is caused by main flow parallel to propeller axis and secondary flow. The angular velocity of propeller in the rectangular pipe flow is less than in the circular pipe flow. Naturally occurred secondary flow in the rectangular pipe create vortex on the edge of rectangular cross section which hold the secondary flow the pipe boundary.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37347
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gun Gun Ramdlan Gunadi
"Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP, 2011) sektor konstruksi menempati urutan pertama sebagai penyumbang polusi dan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. UNEP juga menyampaikan informasi bahwa sepertiga dari total penggunaan energi dunia dikonsumsi di gedung-gedung. Untuk meredusir penggunaan energi tersebut, diperkenalkan bangunan hijau (green building) yang memiliki konsep Zero Energy/Emission Building (ZEB) sebagai solusi untuk mengurangi efek emisi gas. Fitur utama dari bangunan hijau adalah efisiensi energi dan optimasi pemanfaatan sumber energi baru-terbarukan.
Turbin sebagai pembangkit daya merupakan salah satu peralatan utama pada sistem pembangkit energi. Turbin yang digunakan sebagai pembangkit energi pada bangunan hijau dalam studi ini adalah turbin air arus lintang (cross-flow). Penelitian pengembangan model turbulen dinamika aliran pada runner turbin cross-flow bertujuan untuk mendapatkan efisiensi yang terbaik melalui optimasi numerik pada CFD. Model Renormalization Group (RNG) k-e memiliki akurasi numerik lebih baik dari model k-e, akan tetapi membutuhkan waktu numerik yang lebih lama dibanding model k-e. Dinamika aliran pada runner turbin cross-flow memiliki beberapa zona penting, diantaranya daerah blade turbin cross-flow. Optimasi numerik dilakukan dengan modifikasi nilai Prandtl model k-e untuk optimasi waktu dan akurasi numerik. Modifikasi nilai Prandtl model k-e dibandingkan dengan model RNG k-e untuk mendapatkan nilai ok dan oe yang memiliki simpangan rata-rata yang kecil pada parameter fisika dan turbulen. Hasil simulasi dinamika aliran pada tingkat pertama blade turbin air cross-flow dengan perubahan nilai konstanta ok model k-e mendapatkan nilai simpangan rata-rata yang besar dibandingkan model RNG k-e pada parameter fisika; distribusi tekanan dan kecepatan, serta untuk parameter turbulen; energi kinetik turbulen, laju disipasi turbulen, dan viskositas efektif turbulen.
Perubahan nilai konstanta oe model k-e mendapatkan nilai simpangan rata-rata yang kecil dibandingkan model RNG k-e pada parameter fisika dan turbulen. Modifikasi model k-e dengan perubahan nilai konstanta oe=0,47 dan ok=1 memiliki simpangan rata-rata pada parameter; tekanan 9%, kecepatan 2%, energi kinetik turbulen 0%, laju disipasi turbulen 4%, dan viskositas efektif turbulen 1%. Nilai konstanta oe=0,47 dan ok=1 direkomendasikan untuk mendapatkan nilai simpangan yang kecil dibandingkan model RNG k-e

Based on the report "United Nations Environment Program (UNEP, 2011)" the construction sector ranks first as the largest contributor to pollution and greenhouse gas emissions in the world. UNEP also conveyed information that a third of the world's total energy use is consumed in buildings. To reduce energy use, green building was introduced with the concept of Zero Energy/Emission Building (ZEB) as a solution to reduce the effects of gas emissions. The main characteristics of green buildings are energy efficiency and optimization of the use of new and renewable energy sources.
Turbine as a power plant is one of the main equipment in the energy generation system. The turbine used for energy generation in the green building in this study is a cross-flow water turbine. Research on the development of turbulent flow dynamics model on a cross-flow turbine runner aims to get the best efficiency through numerical optimization on CFD. The k-ε Renormalization Group (RNG) model has better numerical accuracy than the k-ε model, but requires a longer numerical time than the k-ε model. The flow dynamics of the cross-flow turbine runner has several important zones, including the area of ​​the cross-flow turbine blade. Research on the development of turbulent models on flow dynamics in cross-flow turbine blades is important for numerical optimization. Numerical optimization is done by modifying the Prandtl value of the k-ε model for time optimization and numerical accuracy. Modify the Prandtl value of the k-ε model compared to the RNG k-ε model to get the value and which has a small average deviation of the physical and turbulent parameters. The results of the flow dynamics simulation on the first stage of the cross-flow turbine blade with changes in the constant value of the k-ε model get a large average deviation value compared to the k-ε RNG model on physical parameters; distribution of pressure and velocity, as well as for turbulent parameters; turbulent kinetic energy, turbulent dissipation rate, and turbulent effective viscosity.
Changes in the constant value of the k-ε model get a small average deviation value compared to the k-ε RNG model on physical and turbulent parameters. Modification of the k-ε model with changes in the constant values ​​= 0.47 and = 1 has an average deviation of the parameters; 9% pressure, 2% velocity, 0% turbulent kinetic energy, 4% turbulent dissipation rate, and 1% turbulent effective viscosity. Constant values ​​= 0.47 and = 1 are recommended to get a smaller deviation value compared to the k-ε RNG model
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julyanto Leonardo
"Distribusi fluida melalui sistem perpipaan merupakan hal yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya distribusi air bersih. Dengan bertambahnya panjang pipa distribusi, maka kerugian jatuh tekan dari pipa juga semakin besar. Yang menyebabkan daya pompa yang diperlukan untuk pendistribusian pun semakin besar. Fluida yang didistribusikan juga mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Dari alasan tersebut maka dilakukan penelitian untuk menganalisa pengaruh medan magnet terhadap kerugian jatuh tekan dan drag reduction pada pipa bulat dengan fluida uji nanofluida TiO2. Percobaan yang dilakukan menggunakan pipa bulat akrilik dengan nilai bilangan Reynolds 30000

Distribution of fluid through the piping system is prevalent nowadays, such as clean water distribution. With increasing length of distribution pipes, the pressure drop of pipe are also getting bigger. Which causes the pump power required for the distribution of even bigger. Fluid also have different characteristics, requiring different treatment. From these reasons, the research conducted to analyze the effect of magnetic field against pressure drop and drag reduction in round pipe with TiO2 nanofluid. Experiments were performed using acrylic round pipe with Reynolds number 30000"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>