Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahrul Munajat
"Pengaruh penambahan aliran koaksial nitrogen pada nyala api aliran berlawanan telah diteliti secara eksperimental. Propana sebagai bahan bakar disuplai dari nosel bagian bawah dan udara sebagai oksidator disuplai dari nosel atas dengan diameter nosel yang sama, yang dilengkapi dengan honeycomb untuk membuat aliran udara yang seragam. Sementara aliran nitrogen dialirkan dari nosel bawah dimana saluran tersebut terletak koaksial dengan nosel bahan bakar (nosel bawah merupakan nosel koaksial). Pada penelitian ini juga digunakan vortex generator untuk meningkatkan turbulensi sehingga dapat dicapai pencampuran reaktan yang optimal. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk nyala api yang terjadi pada setiap kondisi parameter yang ada.
Penelitian menggunakan dua jenis kamera, yaitu kamera digital biasa (Samsung Digimax A403) dan high speed video camera (Motion Xtra HG-SE). Fokus penelitian adalah pada nyala daerah stabil atau 50% fluks momentum nyala stabil. Dua parameter utama yang diatur dalam penelitian ini adalah parameter geometri (diameter dalam nosel dan rasio gap-diameter dalam nosel) dan dinamika fluida (fluks momentum bahan bakar, debit nitrogen dan fluks momentum udara). Data mentah yang didapat adalah video bentuk nyala api pada setiap nilai fluks momentum bahan bakar, yang selanjutnya dikonversi menjadi gambar-gambar bentuk nyala api.
Dari penelitian didapatkan bahwa bentuk nyala api yang terjadi pada setiap kondisi parameter geometri, dipengaruhi oleh rasio antara fluks momentum udarabahan bakar dan debit nitrogen. Setiap penurunan rasio gap-diameter dalam nosel, maka sebagian besar bentuk nyala api yang terjadi adalah pipa api atau nyala api swirl. Pada beberapa kondisi tertentu, aliran nitrogen mengganggu aliran bahan bakar-udara sehingga menyebabkan nyala api seperti terangkat. Pada api dengan kondisi swirl, kecepatan sudutnya dapat diketahui dengan bantuan high speed video camera.

Effects of addition of coaxial nitrogen flow on counter flow diffusion flame have been investigated experimentally. Propane as a fuel gas was supplied upward through a nozzle, and air as oxidant was supplied downward through a similar nozzle, which was filled with honeycomb to produce a uniform velocity in the issuing air. Then, the nitrogen coaxial flow was supplied upward through the bottom side nozzle where nitrogen's outlet is located coaxially with fuel's outlet (bottom nozzle is coaxial nozzle). This experiment also used vortex generator to increases turbulence, so that optimal mixing of reactants can be achieved. The major of this study is to find out the flame mode at every condition parameters.
This experiment used two different type of camera. Ordinary digital camera (Samsung Digimax A403) and high speed video camera (AOS Vitcam). The focus on this experiment is flame at stable condition zone or 50% of momentum flux air at stable condition. Two main parameters that had been set up in this experiment were fluid dynamics (flow rate of nitrogen, momentum flux of air and fuel,) and geometry parameters (inner diameter of nozzle and ratio of gap-nozzle diameter). Raw data that had been got in this experiment were videos of flame mode at every point of momentum flux of fuel. The data were then converted to flame mode images, by using image processing software.
Experiment result showed that, the flame mode at every geometry parameters, were influenced by the ratio of momentum flux of air-fuel and the flow rate of nitrogen. Every reduction of ratio gap-nozzle diameter causes flame mode to be like flame pipe or swirl. At some condition, nitrogen flow disturbing the air-fuel flow, causing the flame to be lifted. At flame swirl condition, angular velocity can be found with high speed video camera assist.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembang biopolimer telah membuat banyak campuran material industri dimana ditunjukkan sebagai fluida non-Newtonian dan
sifat viskoelastik. Tujuan penelitian ini adalah menguji sifat-sifat
kekentalan aliran dan membuat kurva aliran larutan biopolimer dengan alat koaksial silinder putar viskometer. Rasio jari-jari tabung silinder adalah 1.25. Perhitungan tegangan geser dan gradien kecepatan dengan mengukur kecepatan sudut pada silinder luar dan torsi pada silinder dalam. Power law eksponen didapatkan 0.84, 0.80 dan 0.72 untuk larutan getah latex masing-masing 250, 500 dan 1000 ppm. Hasil menunjukkan kekentalan sesaat dari larutan getah latex tidak proporsional dengan tegangan geser dan gradien kecepatan tetapi berhubungan dengan model power law.

Abstract
The progress of biopolymer has produced many industries materials which show non-Newtonian and viscoelastic behavior. The purpose of this study was to examine the viscous properties and to make flow
curve of biopolymer solutions by coaxial cylinder rotating viscometer. The radius ratio of the cylinder were 1.25. Calculated the shear stress and the shear strain by measure of the angular velocity on outer
cylinder and the torque on inner cylinder. The power law exponent were about 0.84, 0.80 and 0.72 for guar gum solution of 250, 500 and 1000 ppm, respectivelly. The results indicated the apparent viscosity
of guar gum solution is not proportional to the shear stress and shear strain but the relationship is approximated by model power law. "
[Fakultas Teknik UI, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Sumantri
"Fluida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan dunia industri. Kita dapat menentukan perlakuan terbaik dari suatu fluida dengan mengetahui model dari fluida tersebut. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui model dari fluida uji (larutan lumpur lapindo) dengan konsentrasi larutan 20%, 40% dan 60% dengan menggunakan alat koaksial viskometer. Untuk kalibrasi alat digunakan fluida air yang merupakan fluida Newtonian dimana nilai viskositasnya sudah diketahui. Dari pengujian akan didapatkan torsi dari silinder dalam dan variasi putaran silinder luar, nantinya akan dianalisa dan dibuat kurva aliran antara tegangan geser dan gradien kecepatan, dan dapat ditentukan nilai viskositas sesaat dari fluida uji. Dari hasil penelitian, fluida uji (lumpur Lapindo) dengan konsentrasi larutan 20% dan 40% masih termasuk ke dalam golongan fluida Newtonian, tetapi untuk konsentrasi 60% termasuk ke dalam golongan fluida Non-Newtonian model pseudoplastic (plastik semu) atau shear thinning. Nilai viskositas sesaat untuk fluida uji akan menurun seiring bertambahnya nilai gradien kecepatan (shear thinning).

Fluids have an important function in our lives and industry. We can decide the best treatment for the fluid if we know the model of it. The purpose of this experiment is want to know the model of experiment fluid (lapindo mud) 20%, 40% and 60% concentration by coaxial viscometer. For viscometer calibration is used water where we know its viscosity value. From the experiment will be decided the torque value of inside cylinder and the rotating variation of outside cylinder, then will be analized and be made the graphic between shear stress and velocity gradient (shear strain) and can be decided the apparent viscosity value of the experiment fluid. After the experiment we decided Lapindo mud with 20% and 40% concentration is a Newtonian fluid, but the 60% concentration is a non-Newtonian fluid and included to pseudoplastic model. The apparent viscosity value of the mud will decrease while the velocity gradient increases (shearthinning)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurensia Limas
"Latar Belakang: Kualitas pencitraan 3 dimensi salah satunya bergantung pada resolusi voxel dan diduga dapat mempengaruhi proses identifikasi titik anatomis. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh variasi ukuran voxel terhadap ketepatan diagnosis sehingga belum terdapat suatu protokol dalam pemilihan ukuran voxel yang dapat digunakan dalam memanfaatkan CBCT sebagai perangkat diagnostik dalam bidang kedokteran gigi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai reprodusibilitas identifikasi titik anatomis pada gambar volumetrik hasil pemindaian CBCT dengan mempertimbangkan parameter pemindaian yang mempengaruhi kualitas gambar (ukuran voxel) sehingga pemindaian dapat dilakukan dengan dosis radiasi yang optimal sesuai dengan prinsip ALARA. Metode: Objek penelitian berupa satu buah tengkorak kering yang dipindai dengan CBCT i-CAT 17-19 (Imaging Science, Amerika Serikat) pada ukuran voxel 0,4 mm dan 0,25 mm. Hasil pemindaian ditampilkan dengan perangkat lunak OsiriX dalam bentuk MPR. Identifikasi 9 titik anatomis sefalometri oleh 34 orang ortodontis pada bidang sagital, aksial dan koronal secara berurut sebanyak 2 kali untuk tiap gambar dengan selang waktu 1 minggu. Koordinat titik-titik anatomis tersebut dicatat dan reprodusibilitas masing-masing titik pada kedua gambar diuji dengan menghitung simpangan koordinat yang ditentukan oleh subjek penelitian terhadap ODM dan kemudian diuji t berpasangan. Hasil: Hasil uji t berpasangan pada kedua kelompok data berdasarkan resolusi voxel menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna simpangan koordinat yang di tentukan oleh subjek penelitian terhadap rerata koordinat yang didapat dari penelitian ini kecuali pada titik Pog dalam arah medio-lateral. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan reprodusibilitas dalam menentukan titik anatomis sefalometri pada gambar 3D yang direkonstruksi dengan ukuran voxel 0,25 mm dan 0,4 mm.

Background: 3D imaging quality was assumed to be influenced by its voxel resolution. Up to now, there has only been few studies on how voxel sizes influence the accuracy of diagnosis, hence there is no concensus of voxel sizes protocol to utilize CBCT as a diagnostic imaging in dentistry, especially in the field of Orthodontics. This study was aimed to assess the influence of voxel sizes to the reproducibility of cephalometric landmarks obtained from a CBCT in order to achieve optimum radiation dose according to  the ALARA principle. Methods: One dried skull was scanned by CBCT machine (i-CAT 17-19; Imaging Science, USA) with 0.4 mm and 0.25 mm voxel sizes. The images were saved in DICOM format to be observed and traced by 34 orthodontists using OsiriX software. Landmark identification was undertaken twice by each subject on MPR view using 3D landmark definition. Deviation of each landmark was calculated to the observers’ mean for each data set. Reproducibility of each landmark was identified on those two data sets and was tested using paired t-test. Result: This study showed that there were no significant differences on those two data sets of coordinate deviation from the observers’ mean except only for Pog (medio-lateral). Conclusion: Voxel size did not seem to influence the landmark identification reproducibility in 3D cephalometric obtained from CBCT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budiman Raharja Rukmana
"ABSTRAK
Pengaruh kecepatan sudut putar rata-rata swirl terhadap rasio debit nitrogen telah diteliti secara eksperimental. Propana sebagai bahan bakar disuplai dari nosel bagian bawah dan udara sebagai oksidator disuplai dari nosel bagian atas dengan diameter nosel yang sama, yang dilengkapi dengan honeycomb untuk membuat aliran udara yang seragam. Sementara aliran nitrogen dialirkan dari kedua nosel
dimana saluran tersebut koaksial dengan nosel bahan bakar dan nosel udara. Pada penelitian ini juga digunakan vortex generator untuk meningkatkan turbulensi sehingga dapat dicapai pencampuran reaktan yang optimal. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bentuk nyala api swirl yang terjadi pada setiap kondisi parameter yang ada. Penelitian menggunakan high speed video camera (Motion Xtra HG-SE).
Dua parameter utama yang diatur dalam penelitian ini adalah parameter geometri (rasio gap diameter sebesar 2,7) dan dinamika fluida (rasio debit nitrogen, fluks momentum bahan bakar dan fluks momentum udara). Data mentah yang didapat adalah video bentuk nyala api difusi tipe swirl pada setiap nilai fluks momentum
bahan bakar, yang selanjutnya dikonversi menjadi gambar-gambar bentuk nyala api. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk nyala api dan kecepatan putar swirl yang terjadi pada kondisi parameter geometri, dipengaruhi oleh rasio antara fluks momentum udara-bahan bakar dan debit nitrogen. Setiap penurunan rasio debit nitrogen terhadap bahan bakar meningkatkan kecepatan sudut putar swirl. Aliran nitrogen mengganggu aliran bahan bakar-udara sehingga menyebabkan nyala api seperti terangkat. Pada api dengan kondisi swirl, kecepatan sudutnya dapat diketahui dengan bantuan high speed video camera.

ABSTRACT
Effects of swirl angular velocity based on flow rate ratio of nitrogen have been investigated experimentally. Propane as a fuel gas was supplied upward through a nozzle, and air as a oxidant was supplied downward through a similar nozzle, which was filled with honeycomb to produce a uniform velocity in the issuing air. Then, the nitrogen coaxial flow was supplied from downward and upward where
nitrogen's outlet is located coaxial with both sides. This experiment also used vortex generator to increases turbulence, so that optimal mixing of reactants can be achieved. The major of this study is to find out the swirl type diffusion flame mode at every condition parameters. This experiment used high speed video camera (Motion Xtra HG-SE). Two main parameters that had been set up this experiment were geometry parameters (ratio of gap to diameter 2.7) and fluid dynamics (flow rate of nitrogen, momentum flux of fuel and air). Raw data that had been got in thisexperiment were videos of swirl type diffusion flame mode at every point of momentum flux of fuel. The data were converted to the flame mode images, by
using image processing software. Experiment result showed that, the swirl flame mode and swirl angular velocity at every geometry parameters, were influenced by the ratio of momentum flux of airfuel
and the flow rate of nitrogen. Every reduction of ratio gap-nozzle diameter increases the swirl angular velocity. Nitrogen flow disturbing the air-fuel flow, causing the flame to be lifted. Angular velocity can be found with high speed video camera assist.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1688
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahmadani
"Metode elektroforesis menawarkan proses pelapisan hidroksiapatit (HA) diatas permukaan logam yang relatif murah, mudah, dan hasil yang homogen. Struktur lapisan sangat ditentukan oleh parameter proses yang dapat dikontrol selama proses pelapisan. Pada penelitian ini digunakan metode elektroforesis untuk melapisi hidrokstiapatit di atas logam Ti. Tegangan divariasikan 20, 30, dan 40 V pada waktu konstan 30 menit. Pengaruh sintering dipelajari dengan memanaskan sebagian sampel pada suhu 950 °C selama 2 jam. Hasil FTIR menunjukkan tidak ada perubahan fasa HA pada serbuk dan lapisan yang dibuktikan dengan kesamaan posisi puncak karbonat (CO32-) dan posfat (PO43-). Tegangan optimum untuk menumbuhkan lapisan HA dengan tebal ~50 µm dan jumlah retakan minimum adalah 30 V. Walau ketebalan meningkat dengan tegangan, namun tegangan 20 dan 40 V menghasilkan lapisan HA yang mengandung banyak pori dan retakan. Ketahanan korosi yang baik diperoleh pada HA yang dideposisi pada tegangan 30 V, yang ditunjukkan oleh nilai resistansi polarisasi tertinggi yaitu 200 kΩ.cm2 satu orde diatas lapisan yang lain pada spectra EIS, serta nilai Icorr terkecil yaitu  8,53x10-9 A.cm-2 yaitu 10x dan 100x lebih kecil dari lapisan 20 dan 40 V pada hasil polarisasi potensiodinamik. Pengaruh sintering belum dapat dianalisis karena data yang diperoleh belum lengkap. Namun, hasil SEM menunjukkan bahwa sintering menimbulkan banyak retakan pada lapisan yang dapat menurunkan nilai proteksi terhadap korosi. Uji bioaktivitas dilakukan dengan perendaman sampel dalam larutan Simulated Body Fluid (SBF) selama 28 hari pada suhu 37°C belum menunjukkan penebalan lapisan HA.

The electrophoresis method offers a hydroxyapatite (HA) coating process on a metal surface that is relatively inexpensive, easy, and has homogeneous results. The structure of the layer is largely determined by the process parameters that can be controlled during the coating process. In this study the electrophoresis method was used to coat the hydroxyapatite on Ti metal. The voltage varies 20, 30, and 40 V at a constant time of 30 minutes. The effect of sintering was studied by heating a part of the sample at 950 ° C for 2 hours. FTIR results showed no changes in the HA phase of the powder and layers as evidenced by the similarity of the positions of the carbonate (CO32-) and phosphate (PO43-) peaks. The optimum stress for growing HA layers is ~ 50 µm thick and the minimum number of cracks is 30 V. Although thickness increases with stress, stresses of 20 and 40 V produce HA layers that contain many pores and cracks. Good corrosion resistance is obtained at HA deposited at a voltage of 30 V, which is indicated by the highest polarization resistance value of 200 kΩ.cm2 one order above the other layers in the EIS spectra, as well as the smallest Icorr value of 8.53x10-9 A.cm- 2 namely 10x and 100x smaller than the 20 and 40 V layers of the potentiodynamic polarization results. The effect of sintering cannot be analyzed because the data obtained is not complete. However, SEM results show that sintering causes many cracks in the coating which can reduce the value of protection against corrosion. Bioactivity tests were carried out by immersing the sample in a Simulated Body Fluid (SBF) solution for 28 days at 37°C but it did not show thickening of the HA layer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Komang Adhi Parama Harta
"Latar belakang: Berdasarkan pilot study di divisi Bedah Jantung Dewasa Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, SIRS lebih sering terjadi pada OPCAB dibandingkan dengan on-pump CABG, 67% vs 33% (30 sampel, 2017). Berangkat dari hal tersebut, peneliti melakukan uji klinis memberikan deksametason pada pasien yang menjalani operasi OPCAB. Metode: Pengumpulan sampel dilakukan secara konsekutif di divisi Bedah Jantung Dewasa Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita antara Agustus 2018 - Januari 2019. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dirandomisasi menjadi grup deksametason (n=30) dan grup plasebo (n=30). Intervensi deksametason intravena dosis 1 mg/KgBB (maksimal 100 mg) atau plasebo menggunakan normal salin (NaCl 0,9%). Analisis statistik digunakan independent t-test, Mann-Whitney test, fisher exact test dan AUC. Hasil: Insiden MACE pada grup deksametason dibandingkan grup plasebo (RR 0,385, CI 95%: 0,157-0,945, p = 0,024). Keluaran klinis lebih baik ditemukan pada grup deksametason dibandingkan grup plasebo untuk durasi ventilasi mekanik (6 (5-16) jam vs 8 (5-72) jam, p = 0,029), lama rawat ICU (17,5 (12-32) jam vs 19 (13-168) jam, p = 0,028), lama rawat rumah sakit (5 (5-8) hari vs 6,5 (5-30) hari, p = 0,04) dan VIS (0 (0-15) vs 5 (0-100), p = 0,045). Hasil penanda inflamasi, terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara grup deksametason dibandingkan grup plasebo pada IL-6 (217,4 pg/mL, CI 95%: 107,9-326,8, p = 0,0001), PCT (3,41 µg/L, CI 95%: 2,1-4,71, p = 0,0001) dan CRP (52,3 mg/L, CI 95%: 28.8-75,8, p = 0,0001). Pada analisis AUC terdapat hubungan signifikan antara penanda inflamasi dengan insiden MACE pada IL-6 (AUC 0,728, CI 95%: 0,585-0,871, p = 0,005) dan PCT (AUC 0,723, CI 95%: 0,578-0,868, p = 0,007). Kesimpulan: Pemberian deksametason praoperasi OPCAB, efektif memperbaiki keluaran klinis dan mengendalikan reaksi inflamasi pascaoperasi dibandingkan plasebo.

Background: Based on a pilot study in the Adult Heart Surgery division of Harapan Kita Heart and Vascular Center Hospital, SIRS is more common in OPCAB compared to on-pump CABG, 67% vs 33% (30 samples, 2017). Based from this result, this research conducted a clinical trial to provide dexamethasone in patients undergoing OPCAB surgery. Methods: Samples were collected consecutively in the Adult Heart Surgery division of Harapan Kita Heart and Vascular Center Hospital between August 2018 - January 2019. Samples that fulfill inclusion and exclusion criteria were randomized to dexamethasone group (n=30) and placebo group (n=30). Intervention using intravenous dexamethasone dose of 1 mg/KgBB (maximum 100 mg) or placebo using normal saline (0.9% NaCl). Statistical analysis were used independent t-test, Mann-Whitney test, fisher exact test and AUC. Results: MACE incidence in dexamethasone group compared to placebo group (RR 0.385, 95% CI: 0.157-0.945, p = 0.024). Clinical output of dexamethasone group was better than placebo group in duration of mechanical ventilation (6 (5-16) hours vs 8 (5-72 ) hours, p = 0.029), ICU length of stay (17.5 (12-32) hours vs 19 (13-168) hours, p = 0.028), hospital length of stay (5 (5-8) days vs 6.5 (5-30) days, p = 0.04) and VIS (0 (0-15) vs 5 (0-100), p = 0.045). As a result of the inflammatory markers, there was a significant average difference between dexamethasone group compared to the placebo group in IL-6 (217.4 pg/mL, 95% CI: 107.9-326.8, p = 0,0001), PCT ( 3.41 µg/L, 95% CI: 2.1-4.71, p = 0.0001) and CRP (52.3 mg/L, 95% CI: 28.8-75.8, p = 0.0001 ) In the AUC analysis there was a significant association between inflammatory markers with the incidence of MACE in IL-6 (AUC 0.728, 95% CI: 0.585-0.871, p = 0.005) and PCT (AUC 0.723, 95% CI: 0.578-0.868, p = 0.007). Conclusion: Preoperative dexamethasone OPCAB is effective to improving clinical output and controlling postoperative inflammatory reactions compared to placebo."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Turner, J.D.
London: Macmillan, 1988
620.004 4 TUR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>