Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martha Indah R.L.
"Penggunaan bahan bakar minyak (BBM), seperti bensin, solar, minyak tanah, mengakibatkan peningkatan produksi untuk bahan bakar minyak, sehingga ketersediaan minyak bumi yang ada semakin menipis, selain itu hasil pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan polusi udara yang menjadi salah satu faktor pemanasan global. Masalah tersebut perlu dipecahkan dengan cara mencari energi alternatif yang lebih bersih dengan nilai oktan tinggi serta ketersediaanya di alam masih banyak yaitu gas alam dengan komposisi utama gas metana (CH4). Sebagai tempat penyimpanan digunakan compressed natural gas (CNG) dengan tabung bertekanan 20 MPa. Adsorbed natural gas (ANG) merupakan solusi untuk mengurangi tekanan dalam tabung sekitar 3,5 - 4 MPa memanfaatkan proses adsorpsi menggunakan karbon aktif. Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi antara molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan. Dalam penelitian ini, dirancang tabung alat uji adsorpsi metana serta sistem adsorpsi dan desorpsi yang diaplikasikan untuk tabung tersebut.

The consumption of oil fuel, such as gasoline, solar and kerosene demand an increasing production of the oil fuel itself, so its availability are getting decreased every moment. Beside that, the combustion waste in motor vehicle produce air pollution which is one of the main factor in global warming. To overcome this problem, we should find a cleaner alternative energy with a higher octane value and still much available in the nature. One of this alternative energy is a natural gas with the main composition consist of methane (CH4). But to store this compressed natural gas (CNG), a 20 MPa of pressure vessel is needed. Adsorbed natural gas (ANG) is a solution to reduce the pressure in the tube of about 3.5 to 4 MPa by utilizing the process of adsorption using activated carbon. Adsorption is a physical phenomenon that occurs between the molecules of gas or liquid contacted with a solid surface. In this study it will be designed an adsorption and desorption system for methane as well as the pressure vessel used for testing it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50998
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Romadhona
"Pada proses pemurnian gas dari komponen - komponen pengotornya, diterapkan prinsip adsorpsi. Adsorpsi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang ada dalam suatu campuran. Pemisahan yang terjadi pada adsorpsi ini terjadi karena adanya perbedaan afinitas suatu komponen terhadap adsorben yang ada pada kolom adsorpsi sehingga dengan demikian komponen tersebut dapat dipisahkan. Salah satu persamaan yang paling sering digunakan dalam menggambarkan proses adsorpsi adalah persamaan Langmuir. Persamaan ini dapat menjelaskan fenomena adsorpsi gas pada tekanan rendah dengan baik tetapi pada kondisi adsorpsi gas tekanan tinggi, data yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan ini tidaklah baik. Hal ini disebabkan terutama karena persamaan Langmuir menggambarkan kondisi adsorpsi absolut sedangkan untuk data eksperimen didasarkan pada persamaan adsorpsi Gibbs, dimana ada perbedaan persepsi dalam menyatakan volum gas yang terlibat.
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan modifikasi terhadap persamaan Langmuir dalam merepresentasikan data eksperimen adsorpsi gas pada tekanan tinggi. Sehingga kelemahan dari persamaan Langmuir dalam merepresentasikan data eksperimen pada kondisi ini dapat teratasi atau menjadi lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan persamaan hasil modifikasi merepresentasikan data eksperimen lebih baik dibandingkan persamaan Langmuir. Hal ini dapat ditunjukkan secara umum dari nilai AAPD (Average Absolute Percent Deviation) persamaan modifikasi lebih rendah dibandingkan nilai AAPD persamaan Langmuir.
Hasil pengolahan data dengan persamaan modifikasi dengan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben memiliki nilai AAPD sebesar 3,04 sedangkan untuk persamaan Langmuir sebesar 3,54. Begitu pula dengan hasil pengolahan data yang menggunakan zeolit dan batu bara sebagai adsorben. Nilai AAPD persamaan modifikasi dengan zeolit sebagai adsorben sebesar 3,75 dan nilai AAPD persamaan Langmuirnya sebesar 4,09. Nilai AAPD untuk sistem yang diolah dengan menggunakan persamaan modifikasi dengan batu bara sebagai adsorben lebih rendah dibandingkan dengan nilai AAPD persamaan Langmuirnya. Nilai AAPD persamaan modifikasi dengan batu bara sebagai adsorben sebesar 0,69 sedangkan nilai AAPD persamaan Langmuirnya sebesar 0,73.

Adsorption is a method which used to separate a mixed into components. Separation can occur because of affinity differentiation from one component into adsorbent than others component at adsorption coloumn. Principle of adsorption is applied for gas purification from impurities. Langmuir model is an equation which usually used for represent adsorption process. This model can explain gas adsorption phenomenon at low pressure very good but it couldn't do that at high pressure. At high pressure a data which represented by this model is not fit with experiment data, it's ultimately because of Langmuir model represented adsorption proces based on absolute adsorption, meanwhile experiment data represented adsorption process based on Gibbs adsorption. There are differentiation gas volume involved perseption between absolute adsorption and Gibbs adsorption. The experiment is conducted to modify Langmuir model.
An objective of experiment is try to solve a weakness of Langmuir model when it represent gas adsorption data at high pressure. From experiment a weakness of Langmuir model to represent gas adosprtion data at high pressure try to be solved so it will be better than before. We can know about it from AAPD (Average Absolute Percent Deviation) both for Langmuir model or modification model. As generally, result of experiment shows that modification model had better performance than Langmuir model on represent gas adsorption data which it's show AAPD value from modification lower than AAPD value from Langmuir model.
From data calculation with modification model the AAPD value of a system which used activated carbon as adsorbent is 3.04. Meanwhile for data calculation with Langmuir model in the same system, the AAPD value is 3,54. We also can find out this result in data calculation of a system which used zeolit and coal as adsorbent. Data calculation with modification model got AAPD value of a system which used zeolit as adsorbent is 3,75 but in the same system which used calculation with Langmuir model got it's value as 4,09. And for data calculation with modification model got AAPD value of a system which used coal as adsorbent is 0,69, in otherwise calculation with Langmuir model got AAPD value as 0,73.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riva`i Anugraha Sumangkut
"Peningkatan konsumsi energi terutama disebabkan oleh standar hidup yang lebih tinggi yang memerlukan ekspansi bangunan, industri, dan transportasi. Tindakan ini menyebabkan sebagian besar konsumsi energi digunakan untuk pendinginan ruangan guna memenuhi kebutuhan kenyamanan termal. Hal tersebut berkontribusi pada penurunan sumber daya alam dan lapisan ozon, serta menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, sistem pendinginan yang lebih efisien sangat dibutuhkan dengan menggunakan teknologi dehumidifikasi yang efisien. Penelitian ini menganalisis pengaruh laju dan temperatur solution terhadap proses regenerasi pada sistem ionic liquid desiccant dengan cooling pad. Penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah kelembaban udara yang dapat menyebabkan berbagai masalah serius seperti perkembangbiakan jamur, korosi, dan penurunan kualitas udara dalam ruangan. Sistem Liquid Desiccant Air Conditioning (LDAC) menggunakan ionic liquid sebagai desiccant untuk mengekstraksi uap air dari udara dengan konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem HVAC konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses regenerasi tunggal cenderung tidak stabil dengan rata-rata nilai Δhumidity ratio sebesar 6,58 g/Kg, sedangkan proses regenerasi silang lebih stabil dengan rata-rata Δhumidity ratio sebesar 3,28 g/Kg. Hal ini menunjukkan bahwa proses regenerasi tunggal memiliki nilai rata-rata Δhumidity ratio yang lebih tinggi namun proses regenerasi silang lebih efisien dibandingkan dengan proses tunggal dikarenakan perubahan nilainya yang lebih stabil walaupun memiliki rata rata Δhumidity ratio yang lebih rendah jika dilihat dari proses analisis.

The increase in energy consumption is primarily driven by higher living standards, which necessitate the expansion of buildings, industries, and transportation. These activities lead to a significant portion of energy being used for space cooling to meet thermal comfort needs. This contributes to the depletion of natural resources and the ozone layer, as well as global warming. Therefore, more efficient cooling systems are urgently needed, utilizing efficient dehumidification technology. This study analyzes the impact of solution flow rate and temperature on the regeneration process in an ionic liquid desiccant system with a cooling pad. The research is conducted to address humidity issues that can cause various serious problems such as mold growth, corrosion, and indoor air quality degradation. The Liquid Desiccant Air Conditioning (LDAC) system uses ionic liquid as a desiccant to extract water vapor from the air with lower energy consumption compared to conventional HVAC systems.
The results indicate that the single regeneration process tends to be unstable with an average Δhumidity ratio of 6.58 g/kg, while the cross-regeneration process is more stable with an average Δhumidity ratio of 3.28 g/kg. This shows that the single regeneration process has a higher average Δhumidity ratio, but the cross-regeneration process is more efficient due to its more stable value changes, despite having a lower average humidity ratio as seen from the process analysis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Wijayanta
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan laju aliran massa LPG yang terjadi pada sistem catu bahan bakar kompor gas akibat adanya sumbatan uap (vapor lock) dengan variasi sudut kemiringan tabung LPG. Penelitian ini difokuskan pada aliran LPG di sepanjang selang yang disimulasikan menggunakan pipa acrylic. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan simulasi CFD menggunakan solidwork flow simulation 2012. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui perubahan laju aliran massa LPG terhadap waktu. Simulasi dilakukan untuk mengetahui perubahan densitas dan kecepatan di sepanjang pipa acrylic. Dari hasil eksperimen menggunakan regulator dengan diameter outlet 3 dan 3.25 mm, pada sudut kemiringan tabung 90 derajat terjadi regulator lock up masing-masing pada menit ke-143 dan 95. Untuk regulator dengan diameter outlet 3.5 mm, pada sudut kemiringan tabung 90 derajat terjadi penurunan laju aliran massa yang sangat tajam pada menit ke-95, namun tidak terjadi lock up.
Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa pada sudut kemiringan tabung 90 derajat terjadi penurunan densitas LPG yang tajam di sepanjang pipa acrylic. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume spesifik yang tajam sehingga terjadi ekspansi volume yang menimbulkan sumbatan uap (vapor lock) disepanjang pipa. Sumbatan uap inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan kecepatan aliran LPG di sepanjang pipa. Penurunan densitas dan kecepatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan laju aliran massa LPG di sepanjang pipa. Fenomena sumbatan uap ini yang mengakibatkan terjadinya lock up pada regulator dengan diameter outlet 3 dan 3.25 mm. Untuk regulator dengan diameter outlet 3.5 mm, sumbatan uap yang terjadi tidak sampai menyebabkan lock up, karena laju aliran massa LPG paling tinggi dibandingkan 2 regulator lainnya sehingga mampu mengatasi sumbatan uap di sepanjang pipa.

This study aims to analyze the mass flow rate changes of LPG that occur in the gas stove fuel supply system due to blockage of vapor (vapor lock) with variation of tubes inclination angle. This study focused on the flow of LPG in hose throughout a simulated using acrylic pipe. This study uses experimental and CFD simulations using flow simulation solidwork 2012. Experiments conducted to determine the mass flow rate changes of LPG with time. Simulations performed to determine changes in density and velocity along the acrylic pipe. In experiments using a regulator with an outlet diameter 3 and 3.25 mm, at the tilt angle of tube at 90 degrees, occurred regulator lock up respectively at minute 143 and 95. For the regulator with an outlet diameter 3.5 mm, the tilt angle of tube at 90 degrees, the mass flow rate decreased very sharply at the 95th minute, but there was no lock up.
The results of simulations show that at the tilt angle of tube at 90 degrees occurs a sharp decrease in the density of LPG along the acrylic pipe. This led to a sharp increase in specific volume resulting in volume expansion leading to blockage of vapor (vapor lock) along the pipe. This vapor blockage resulting in a decrease in LPG flow velocity along the pipe. Decrease in the density and velocity result in changes in LPG mass flow rate along the pipe. This phenomenon of vapor blockage resulting in a lock up on the regulator. For the regulator with the outlet diameter 3.5 mm, the blockage of vapor that occurred did not cause lock up, because the LPG mass flow rate higher than two other regulators so as to overcome the blockage along the vapor pipe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30683
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nitiyoga Adhika Pandyo
"Penelitian ini dilakukan pada baja karbon API 5L X-52 yang banyak digunakan sebagai material untuk flowline dan pipeline pada industri gas alam, dimana pada industri gas alam biasanya banyak mengandung gas CO2 yang dapat menyebabkan terjadinya korosi CO2. Penelitian ini dilakukan dengan metode polarisasi menggunakan Rotating Cylinder Electrode (RCE) yang mengambarkan laju aliran, dimana lingkungan yang digunakan adalah NaCl 3.5% dengan pH lingkungan tetap yaitu pH 4.
Pada penelitian ini dengan digunakannya NaCl 3.5% yang mengandung CO2 jenuh dengan pH 4 dan dengan pengaruh laju alir diamati dengan kecepatan 0-3000 RPM, dimana dengan semakin meningkatnya laju alir maka laju korosi yang terjadi akan semakin meningkat. Laju korosi yang didapatkan pada penelitian ini dengan pengaruh laju alir didapatkan nilai berkisar antara 96-620 mpy.
Laju korosi ini menunjukan nilai yang sangat tinggi dan membahayakan jika digunakan sebagai pipeline dan flowline di industri gas alam. Laju korosi yang tinggi tersebut diakibatkan karena pada pH rendah (<4) maka mekanisme korosi CO2 akan dipengaruhi oleh reduksi hidrogen, dan meningkatnya transport massa sehingga akan mengakibatkan meningkatnya laju korosi.

This researches is being done to API 5L X-52 carbon steel which commonly used as flowline and pipeline materials in natural gas industry. In natural gas industry, usually contain many CO2 that leads to CO2 corrosion. The method in this researches is using polarization method that used Rotating Cylinder Electrode (RCE) to describe flow rate. The environment we used is NaCl 3.5% with constant pH 4.
In this researches we used NaCl 3.5% with saturated CO2 and pH 4 with the effect from flow rate from 0-3000 RPM. The result describe that with increase of flow rate leads to increase of corrosion rate. Range of corrosion rate from this researches are 96-620 mpy.
That result show a very high corrosion rate and will be dangerous if being used as pipeline and flowline in natural gas industry. That result show us tahat in low pH (<4) the mechanism of CO2 corrosion will be under influence of hydrogen reduction and the enhancement of mass transfers that tend to increase the corrosion rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1736
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reda Pahlevi
"Proses gasifikasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan bahan bakar limbah (biomassa) untuk mendapatkan energi yang terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Dalam proses gasifikasi tersebut selalu menghasilkan zat yang dinamai gas produser. Dalam pemanfaatanya untuk mengganti bahan bakar fosil, gas produser tersebut harus memenuhi beberapa syarat, salah satunya adalah temperatur gas produser tersebut harus sesuai dengan temperatur yang diijinkan untuk pengaplikasian ke motor pembakaran dalam. Berdasarkan literatur, temperatur gas produser yang diijinkan untuk pengaplikasian kedalam motor pembakaran dalam berada pada rentang temperatur +/- 40°C. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi temperatur gas produser terhadap variasi laju aliran udara primer dengan variasi laju aliran air.
Setelah pengujian diperoleh bahwa temperatur gas produser sebelum gas cleaning mengalami kenaikan seiring dengan semakin bertambahnya laju aliran udara primer. Temperatur gas produser rata-rata setelah gas cleaning yang diperoleh sebesar 37,3°C. Pengaruh laju aliran udara primer dan laju aliran air yang optimal terhadap pembentukan flame terjadi pada saat laju aliran udara primer 189,6 lpm dengan laju aliran air 10 lpm dan 20 lpm, saat laju aliran udara primer 131,4 lpm dengan laju aliran air 10 lpm dan 20 lpm dan pada saat laju aliran udara primer 89,4 lpm dengan laju aliran air 10 lpm. Durasi pembentukan flame optimal terjadi ketika lajua liran air 20 lpm untuk setiap laju aliran udara primer.

Gasification process is a one form of utilization of waste fuels (biomass) for renewable energy instead of fosil fuels. On that gasification process is always produce a name of gas producer. In the utilization to replace fosil fuels, gas producer's must meet several requirements, one of which is the temperature af the gas producer's must comply with the allowable temperature for aplication to internal combustion engine. Based on the literature, the allowable temperature of gas producer for the application into internal combustion engine, is located in the temperature range +/- 40°C. This testing was conducted to detrmine the temperature distribution of the producer gas instead of flow rate primary air variations and water flow rate variations.
After the testing the temperature average of gas producer after gas cleaning is earns by 37,3°C. The optimum effects of primary air flow rate and water flow rate to the formation of flame was occured when the primary air flow rate of 189,6 lpm with a water flow rate 10 lpm and 20 lpm, at the primary air flow rate of 131,4 lpm with a water flow rate of 20 lpm and when at the primary air flow rate of 89,4 lpm with water flow rate of 10 lpm. Optimal duration of flame formation occurred when the water flow rate 20 lpm for each primary air flow rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1357
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rony
"Teknologi biogas bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak diberbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark. Teknologi biogas sederhana yang dikembangkan di Indonesia berfokus pada aplikasi skala kecil/menengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat pertanian yang memiliki ternak sapi 2 - 20 ekor. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk kajian awal mempelajari hasil gas metan yang terbentuk dari biodigesrter. Penelitian ini menghasilkan rancangan biodigester yang berbahan dasar campuran baja dengan spesifikasi sebagai berikut: biodigester dengan volume total 60 liter, waktu proses 25 hari, memiliki pengaduk dengan kecepatan 20 rpm dan penampung dari bahan plastik dengan kapasitas sebesar 2 liter.
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kandungan gas metan pada biodigester dengan volume 60 liter sebesar 19.5447 %, nilai kalor bersih sebesar 6.45 Joules /cm3, jumlah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi biogas selama 25 hari sebesar 76.9 g dan Pengaduk dengan dua impeller mempercepat terbentuknya biogas.

Biogas technology is not new technology. This technology has been used extensively by cattle farmers in all countries, including India, China, and even Denmark. Simple biogas technology developed in Indonesia focus on small-scale application / medium that can be utilized agricultural community who have cattle from 2 to 20 tails. Use of biodigester can help the development of agricultural systems to recycle animal dung to produce bio gas and a byproduct obtained in the form of organic fertilizer with good quality.
This research aims to study the results of initial studies of methane gas that is formed from biodigesrter. This research produced a design based biodigester steel mixed with the following specifications: biodigester with a total volume of 60 liters, 25 day processing time, a stirrer with a speed of 20 rpm and a container of plastic material with a capacity of 2 liters.
The results of this study found that the methane gas content in the volume biodigester with 60 liters of 19.5447%, net calorific value of 6:45 Joules / cm3, the amount of gas produced from biogas fermentation process for 25 days for 76.9 g and stirrer with impeller speed up the formation of two biogas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51726
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Anggraeni
"Polusi yang dihasilkan berbagai kegiatan masyarakat di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Jenis polutan yang dihasilkan dapat berupa gas karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX). Penggunaan teknologi membran merupakan salah upaya untuk mengurangi tingkat keberadaan polutan gas NOX, SO2 dan CO yang berasal dari mesin diesel. Penelitian ini akan mempelajari mengenai proses absorpsi komponen gas NOX, SO2 dan CO pada kontraktor modul membran serat berongga polysulfone sebagai reaktor gelembung menggunakan pelarut NaClO2 dan NaOH. Gas umpan dengan kandungan gas NOX, SO2 dan CO dihasilkan dari mesin diesel, yang kemudian akan dialirkan pada bagian tube kontraktor membran. Sementara itu campuran pelarut NaClO2 dan NaOH akan dialirkan melalui bagian shell kontraktor membran yang ditutup agar menciptakan gelembung gas. Pada penelitian ini, variabel bebas yang digunakan adalah laju alir gas umpan dan konsentrasi pelarut NaClO2. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi untuk efisiensi penyisihan (%R), fluks perpindahan massa (J), serta NOX, SO2 dan CO loading berturut–turut yakni 99,56%, 99,91% dan 96,83% pada laju alir gas umpan 100 ml/menit dan konsentrasi pelarut NaClO2 0,5 M;1,88×10-8 mmol⁄(cm2.s),1,57×10-8 mmol⁄(cm2.s) dan 1,59×10-8 mmol⁄(cm2.s) pada laju alir gas umpan 200 ml/menit dan konsentrasi pelarut NaClO2 0,5 M; serta 0,227 (mmol NOX)⁄(1 mol NaClO2), 0,194 (mmol SO2)⁄(1 mol NaClO2) dan 0,092 (mmol CO)⁄(1 mol NaClO2) pada laju alir gas umpan 200 ml/menit dan konsentrasi pelarut NaClO2 0,05 M.

Pollution generated by various activities in Indonesia continues to increase every year. The types of pollutants produced can be in the form of carbon dioxide (CO2) gas, carbon monoxide (CO), sulfur dioxide (SO2), and nitrogen oxides (NOX). The use of membrane technology has been developed to reduce the presence of NOX, SO2, and CO pollutant gases in the air from a diesel engine. This research will study the absorption process in a polysulfone hollow fiber membrane module contractor as a bubble reactor using NaClO2 and NaOH solvents. The feed gas containing NOX, SO2, and CO gas is produced from the diesel engine, which will flow to the membrane contactor tube part. Meanwhile, a mixture of NaClO2 and NaOH solvents will be flowed through the closed shell contracting membrane to create gas bubbles. The results showed that the highest values for absorption efficiency (%R), mass transfer flux (J), and NOX, SO2 and CO loading respectively were 99.56%, 99.91% and 96.83% at a feed gas flow rate of 100 ml/min and a NaClO2 concentration of 0.5 M; 1.88×10-8 mmol⁄(cm2.s), 1.57×10-8 mmol⁄(cm2.s) and 1.59×10-8 mmol⁄(cm2.s) at a feed gas flow rate of 200 ml/min and a NaClO2 concentration of 0.5 M; also 0.227 (mmol NOX)⁄(1 mol NaClO2), 0.194 (mmol SO2)⁄(1 mol NaClO2) and 0.092 (mmol CO)⁄(1 mol NaClO2) at a feed gas flow rate of 200 ml/min and a NaClO2 concentration of 0.05 M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>