Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107650 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Catur Apriono
"Untuk mengukur kinerja dari antenna, sistem pengukuran yang biasanya digunakan adalah metode medan jauh. Namun, jika antena memiliki ukuran besar, terjadi masalah berkaitan dengan besarnya jarak yang diperlukan dalam pengukuran metode medan jauh untuk mengukur pola radiasi antena. Sehingga pengukuran antenna yang dilakukan di sebuah anechoic chamber dengan ruang terbatas tidak dapat dilakukan. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode medan dekat. Terdapat tiga metode yang dikenal pada pengukuran medan dekat, yaitu permukaan planar, cylindrical dan spherical.
Desain dari medan dekat dengan menggunakan metode permukaan planar memberikan kelebihan pada kesederhanaan rumus penghitungan dan proses dibandingkan dengan metode medan dekat lainnya. Rancangan terdiri dari tiga bagian utama yaitu daerah scanning, peralatan pengukuran dan peralatan komputasi.
Daerah scanning yang dirancang untuk menutupi permukaan planar di medan dekat antena di uji (AUT). Peralatan komputer akan mencatat data dari peralatan pengukuran untuk setiap titik sampel yang ditentukan dari daerah scanning. Data medan jauh didapatkan dengan transformasi dari data medan dekat ke medan jauh dengan menggunakan metode fast Fourier transform (FFT).
FFT adalah metode yang lebih efisien untuk proses perhitungan dibandingkan dengan metode lainnya. Hasil transformasi data dapat menunjukkan pola radiasi medan jauh dari antena. Hasilnya menunjukkan bahwa pola radiasi yang diukur dari metode medan dekat hampir sama jika dibandingkan dengan pengukuran medan secara langsung.

To measure the performance of an antenna, the measurement system which is usually used is the far field method. However, if the antenna has a large size, a problem occurs concerning the large distance needed for the far field method to measure the radiation pattern of the antenna. For an antenna measurement conducted in an anechoic chamber with limited space, this cannot be achieved. One solution to overcome this problem is to use near field method. There are three near field methods known which are the planar, cylindrical and spherical surface.
In this paper, the design of the near field method with planar surface is proposed due to the advantages of the formula and computation process simplicity compared with the other near field surface methods. The design consists of three main parts namely the scanning area, measurement equipment and computation equipment.
The scanning area is designed to cover the planar surface in the near field region of the antenna under test (AUT). The computer equipment will record the data from the measurement equipment for each sampling points determined from the scanning area. The data is transformed from near field to far field data using the fast Fourier transform (FFT) method.
This FFT method is more efficient for the computer process compared to other method. The transformed data can show the far field radiation pattern of the antenna. The result show that the radiation pattern measured from the near field method is similar compared to the far field measurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51445
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nofrizal
"Pengukuran medan dekat merupakan salah satu metode pengukuran karakteristik antena. Ada tiga macam pengukuran medan dekat, yaitu planar, silindris, dan bola. Diantara ketiga metode tersebut, metode planar merupakan metode yang mempunyai bentuk matematis yang sederhana sehingga mudah diimplementasikan dalam pemograman. Dalam pengukuran medan dekat metode planar, data medan dekat antena tes diambil oleh antena probe ketika antena tes berada pada wilayah radiasi medan dekatnya. Data medan dekat tersebut akan ditransformasikan ke data medan jauh sehingga didapat pola radiasinya. Pengukuran medan dekat metode planar dengan koreksi probe, tidak hanya mengambil data medan dekat dari antena tes tetapi juga data medan jauh dari antena probe.
Secara matematis pengukuran medan dekat metode planar dengan koreksi probe merupakan fungsi gabungan dari hasil bentuk fourier data medan dekat dan fungsi invers dari data medan jauh antena probe. Program transformasi medan dekat ke medan jauh (NF-FF) telah dibandingkan hasilnya, baik dengan electromagnetic (EM) simulator yang komersil maupun pengukuran secara langsung.
Hasil perbandingan medan jauh dari hasil transformasi dengan EM simulator menunjukkan nilai penyimpangan rata-rata 1.25 dB. Selanjutnya, perbandingan antara medan jauh pengukuran secara langsung dan hasil transformasi tanpa mempertimbangkan faktor respon probe diperoleh nilai penyimpangan sebesar 9.33 dB. Adapun hasil transformasi dengan mempertimbangkan faktor respon probe berhasil memperbaiki nilai penyimpangan menjadi rata-rata 4.4 dB.

Near field measurement is one method to measure antenna performance. There are three methods to measure near field antenna; they are planar, cylindrical, and spherical methods. The simplest method for near field measurement is the planar method because its simplicity in the mathematical form and implementation in programming. The planar near field method receives near field data with near field antenna distance. The near field data will be transformed into far field data to get the antenna performance. The transformation from near field to the far field data is achieved by using Fast Fourier transform (FFT). The function of planar near field antenna measurement with probe correction or namely coupling function is equal to the product of the far field transformation with the far field probe correction simulation. The antenna coupling function consists of far field antenna under test (AUT) and data far field of the probe.
In this paper we will discuss about the probe correction effect in the planar near field antenna measurement and the computation of algorithm scheme for planar near field measurements with probe correction. The software development near field to far field (NF-FF) transformation was compared with simulation and measurement result. First, the developed software was compared between NF-FF transformation with far field electromagnetic (EM) software simulator.
The comparison between EM simulator and the developed software for the radiation pattern Ef=0 shows an average error of 1.25 dB. Second, the comparison between measured far field and transformation without probe correction, this shows an average error of 9.33 dB, and at last with probe correction, shows an improvement with average error of 4.4 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51250
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudha Nandi Pradipta
"Pengukuran antena umumnya dilakukan pada medan jauhnya. Hal ini akan menjadi masalah jika ukuran antena tersebut besar dan medan jauhnya melebihi besar ruangan anti-gema (anechoic chamber). Salah satu pemecahannya adalah dengan mengukur antena tersebut pada daerah medan dekatnya. Skripsi ini membahas mengenai perancangan perangkat lunak berupa program untuk mengolah data hasil pengukuran antena medan dekat (near-field) dengan pemindaian silindris berupa hasil konversi data medan dekat ke data medan jauh dari suatu antena yang diukur pada medan dekatnya.
Bahasa pemrograman yang digunakan dalam merancang perangkat lunak tersebut adalah Matlab_ dengan versi 7.6.0.324 (R2008a). Keluaran dari program perangkat lunak tersebut berupa grafik 2 dimensi dan 3 dimensi suatu pola radiasi medan E antena yang diukur. Pengujian keakurasian program dilakukan dengan membandingkan hasil konversi data medan dekat suatu antena yang diukur pada suatu frekuensi dengan data hasil pengukuran medan jauh untuk antena yang sama dengan frekuensi yang sama. Pengujian program dilakukan dengan tidak menyertakan kompensasi pada probe sehingga nilai-nilai koefisien probe dianggap sama dengan satu.
Hasil pengujian menunjukkan proses konversi data lebih akurat dengan data medan dekat yang diambil dengan menggunakan probe open-ended waveguide daripada menggunakan probe antena microstrip elemen tunggal di mana penyimpangan rata-rata data menggunakan open-ended waveguide sekitar 3 db sedangkan penyimpangan rata-rata jika menggunakan microstrip elemen tunggal sekitar 6 db.

Measuring antenna parameters usually conducted using far-field method. The problem will occur if the antenna has the large size so its far-field distance becomes large and might exceed the space of anechoic chamber. One of the solutions is by measuring it using near-field method. This paper talks about designing software to process near-field measurement data from an antenna and transform them to its far-field data.
Matlab 7.6.0.324 (R2008) is used as the programming language. The scanning method of probe is cylindrical surface. The output is radiation pattern E-field plotted in 2D and 3D graphs. The accuracy of software calculation is checked by comparing far-field output data with far-field data that taken by far-field measurement in same frequency. Testing of this software is in uncompensated probe condition, where all probe coefficients pretended equal to one.
The testing result shows that near-field data transformation process more accurate with near-field data taken by using open-ended waveguide probe rather than using single element microstrip probe. It has about 3db of average deviation using openended waveguide probe and has about 6 db of average deviation using single element microstrip probe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51462
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gregson, Stuart Fraser
"This single volume provides a comprehensive introduction and explanation of both the theory and practice of 'Planar Near-Field Antenna Measurements', from its basic postulates and assumptions, to the intricacies of its deployment in complex and demanding measurement scenarios. To do this the book initially examines the properties of antennas that allow them to enhance the free space interaction of electronic systems and this leads into a full description of the theory of 'Planar Near-Field Scanning'."
London: Institution of Engineering and Technology, 2007
e20451650
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Dandy Firmansyah
"Pengukuran dari antena pada umumnya dilakukan pada medan jauh dari antena yang diujikan.Namun, pengukuran medan jauh memiliki keterbatasan, yaitu ketika pengukuran dilakukan pada ruangan yang terbatas seperti didalam ruang antigema (anechoic chamber), maka tidak dapat dilakukan pengukuran antena dengan dimensi yang besar. Hal tersebut karena batas medan jauh dari antena yang diuji melebihi dari ukuran ruang anti-gema tersebut. Pengukuran medan dekat adalah salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perancangan perangkat lunak untuk mentransformasikan data medan dekat dari antena yang diukur menjadi data medan jauh. Pada perancangan ini, diperhitungkan juga faktor kompensasi dari probe. Hasil dari transformasi yang dilakukan oleh perangkat lunak ini ialah pola radiasi medan jauh dari antena uji.
Hasil dari penggunaan perangkat lunak yang dirancang untuk pengukuran medan dekat antena akan dibandingkan dengan hasil dari pengukuran medan jauh antena secara langsung. Secara keseluruhan hasil dari pengukuran, pola radiasi pada antena menunjukkan hasil yang serupa antara transformasi dan pengukuran medan jauh secara langsung.
Dari hasil pengukuran, perbandingan antara transformasi medan dekat ke medan jauh dengan pengukuran medan jauh memiliki rata-rata penyimpangan sebesar 6.078 dB untuk hasil transformasi dengan tidak menggunakan faktor kompensasi probe. Sedangkan untuk hasil transformasi dengan menggunakan faktor kompensasi probe, memiliki nilai penyimpangan rata-rata sebesar 4.469 dB.

The measurement of an antenna is usually done in the far field of the antenna under test. However the far field measurement has limitation, specifically when the measurement is conducted in a limited space like in an anechoic chamber, therefore only antenna with relatively small dimensions can be measured. This is because of the far field range of the antenna under test is bigger than the size of the anechoic chamber. The near field antenna measurement is one solution to solve this problem.
This research will discuss about software development to transform near field data from the measured antenna to the far field data. In this development, we also consider the probe compensated factor. The result of this software is the radiation pattern of the far field antenna under test.
The result of the software utilization which is developed for the near field antenna measurement will be compared with the direct far field antenna measurement. Overall, the result from measurement that the radiation pattern of antenna shows similar result between the transformation and the direct far field measurement.
From the measurement results, the comparation between near field to far field transformation and the far field measurement has an average deviation around 6.078 dB. This result is achieved from the transformation without the probe compensated factor while the result using the probe compensated factor has an average deviation around 4.469 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Apriono
"Pengukuran antena dilakukan untuk mengetahui kinerja dari antenna. Sistem pengukuran yang biasa digunakan adalah metode medan jauh. Namun, jika antena memiliki dimensi besar, maka batas medan jauh yang harus dipenuhi dalam pengukuran menjadi lebih panjang. Sehingga pengukuran antena yang dilakukan di ruang anti gema (anechoic chamber) dengan jarak medan jauh antena melebihi ukuran dimensi ruang tidak dapat dilakukan.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah pengukuran dengan metode medan dekat. Berdasarkan koordinat permukaan pengukuran, terdapat tiga metode yang dikenal pada pengukuran medan dekat, yaitu planar, cylindrical dan spherical. Dalam implementasinya, ketiga metode tersebut meningkat dalam tingkat kerumitan perancangannya.
Pada penelitian ini membahas mengenai rancangan perangkat lunak dan sistem pengukuran medan dekat antena dengan bidang pengukuran silindris untuk melengkapi fasilitas di ruang anti gema (anechoic chamber). Perancangan perangkat lunak yang diperlukan melakukan transformasi data medan dekat hasil pengukuran menjadi data medan jauh. Selain itu, diperlukan juga program untuk pembacaan data dari alat ukur, mengatur sudut perputaran rotator dan pergerakan antena penjejak di daerah pengukuran. Tiap komponen pengukuran terhubung dengan komponen lainnya membentuk sistem pengukuran antena medan dekat dengan metode silindris.
Output yang didapat dari penelitian ini berupa pola radiasi medan E dari antena yang diukur. Pengujian program transformasi dilakukan dengan melakukan perbandingan data medan dekat yang ditransformasi ke medan jauh dengan data medan jauh dari simulasin antena. Sedangkan pengujian sistem pengukuran dengan melakukan perbandingan data pengukuran medan dekat yang ditransformasikan ke medan jauh dengan data yang diperoleh dari pengukuran medan jauh secara langsung.
Hasil transformasi dengan menggunakan data simulasi memberikan nilai penyimpangan error sebesar 3.184188 dB dengan penyelesaian FFT-1D, 2.708618 dB menggunakan FFT-2D dan 3.5184181dB dengan menggunakan metode numerik, dimana menunjukkan bahwa efisiensi dan keakuratan transformasi terletak pada penggunaan algoritma FFT-2D.
Pada implementasi pengukuran Antena microstrip Array 8, hasil terbaik didapat dengan metode algoritma FFT-2D dimana transformasi tanpa kompensasi probe mendapatkan nilai penyimpangan rata-rata sebesar 3.28886 dB, waktu komputasi 0.365671 detik, dan nilai Axial Ratio 38.8865 dB. Sedangkan untuk kondisi dengan memperhatikan kompensasi probe mendapatkan nilai penyimpangan rata-rata 3.035867 dB, waktu komputasi 0.485675 detik, dan Axial Ratio 40.3505 dB. Faktor kompensasi probe dapat menekan penyimpangan kesalahan khususnya pada daerah radiasi sidelobe dari antena.

Antenna measurement is conducted to determine the performance of the antenna. The common measurement system used is the far field method. However, if the antenna has a large dimension, the far-field edge that must be fulfilled in the measurement becomes longer. So, the antenna measurement conducted in Anechoic Chamber with antenna's farfield distance exceeding the dimension of the room can not be done.
The solution to solve this problem is the near-field measurement system. Based on the coordinates of the surface measurements, there are three methods in the near field measurement: planar, cylindrical and spherical. In its implementation, all three methods increases in the complexity of its design.
This study discusses about the design of software and near-field antenna measurement with cylindrical plane to complete the facilities in the anechoic chamber. The software is required to transform near-field data to the far-field data. The program also needed for reading data from measurement devices, setting up the angle of rotator rotation and antenna tracking movements in the area of measurement. Each component of the measurement connected with other components form a near-field antenna measurement system with cylindrical method.
The output obtained from this research is a field radiation pattern E of the antenna under test. Testing of the program is conducted by comparing the transformation between nearfield data that transformed into far-field data and far field data simulated from the antenna. While the measurement system testing is conducted by comparing the near-field measurement data that are transformed into the far-field and data obtained from direct measurement of the far-field.
The results of transformation by using simulation data yield error deviation of 3.184188 dB by using FFT-1D, 2.708618 dB by using FFT-2D, and 3.5184181 dB by using numerical method. It shows that the transformation by using FFT-2D yields the most efficient and accurate results. When conducting the measurement of microstrip array 8-elemen antenna, the best results obtained with the method of FFT-2D algorithm.
The results of transformation in the antenna measurement without probe compensation yield error deviation of 3.28886 dB, computation time of 0.365671 second, and Axial Ratio value of 38.8865 dB. Meanwhile, by using probe compensation, it is yielded error deviation of 3.035867 dB, computation time of 0.485675 second, and Axial Ratio value of 40.3505 dB. Probe compensation factor successfully suppressed deviation errors especially in the areas of antenna sidelobe radiation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30541
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A`isya Nur Aulia Yusuf
"Komunikasi nirkabel menjadi kebutuhan mendasar seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi karena menawarkan biaya yang lebih rendah, fleksibilitas dan kenyamanan yang lebih tinggi, peningkatan kecepatan dan konektivitas yang konstan, serta aksesibilitas ke daerah yang jauh. Salah satu contoh teknologi komunikasi yang berkembang pesar saat ini adalah teknologi VSAT (Very Small Aperture Terminal). VSAT adalah stasiun bumi satelit dua arah yang beroperasi pada frekuensi C-band dan Ku-band, dengan dua macam polarisasi (linear dan melingkar) di C-band dan polarisasi linear di Ku-band. Agar data yang dipancarkan satelit dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem komunikasi, maka dibutuhkan antena pada sisi pengguna yang memiliki karakteristik dual wideband dengan dual-polarization. Penelitian ini merancang antena planar dual wideband dual-polarization dengan metode pemasangan dua port. Dalam proses perancangan antena dualband, pemberian slot pada patch mampu menghasilkan karakteristik dualband. Selain untuk memberikan karakteristik polarisasi melingkar, metode pertubasi juga dapat dilakukan untuk menambahkan karakteristik wideband pada antena. Agar antena dapat menghasilkan karakteristik polarisasi melingkar, dapat dilakukan dengan memberikan slot pada ground antena. Rancangan antena yang diusulkan memiliki frekuensi resonan yaitu 3,75 – 4,68 GHz dan 5,6 – 9,3 GHz pada port 1 serta 3,13 – 5,72 GHz dan 10,41 – 12,29 GHz pada port 2. Antena memiliki karakteristik polarisasi melingkar (RHCP) pada port 1 dan polarisasi linear pada port 2. Pada port 1, gain di frekuensi 4,2 GHz dan 6,2 GHz masing-masing terukur pada nilai 3,4 dB dan 4,5 dB, sedangkan pada port 2, gain di frekuensi 3,9 GHz, 6,13 GHz dan 11,8 GHz masing-masing terukur pada nilai 2,12 dB, 2,52 dB dan 6,13 dB. Antena mampu beresonansi di sebagian frekuensi C-band (port 1), baik pemancar dan penerima, serta sebagian frekuensi penerima Ku-band (port 2). Antena yang diusulkan memiliki dimensi yang kecil (30 mm x 39 mm x 1,52 mm), serta desain yang lebih compact dan sederhana sehingga memudahkan proses fabrikasi.

Wireless communication has become a fundamental requirement along with the development of communication technology because it offers lower costs, higher flexibility and convenience, constant increases in speed and connectivity, as well as accessibility to remote areas. One example of a communication technology that is currently developing rapidly is VSAT (Very Small Aperture Terminal) technology. VSAT is a two-way satellite earth station operating on the C-band and Ku-band frequencies, with two kinds of polarization (linear and circular) in the C-band and linear polarization in the Ku-band. In order for the data transmitted by the satellite to be utilized by users of the communication system, an antenna on the user side that has dual wideband characteristics with dual-polarization is needed. This study designed a dual-polarization planar antenna with a two-port installation method. In the process of designing a dualband antenna, providing a slot on the patch can produce dualband characteristics. In addition to providing circular polarization characteristics, the pertubation method can also be used to add wideband characteristics to the antenna. So that the antenna can produce circular polarization characteristics, it can be done by providing a slot in the antenna ground. The proposed antenna design has resonant frequencies, namely 3.75 - 4.68 GHz and 5.6 - 9.3 GHz on port 1 and 3.13 - 5.72 GHz and 10.41 - 12.29 GHz on port 2. The antenna has a circular polarization characteristic (RHCP) on port 1 and linear polarization on port 2. At port 1, the gain at a frequency of 4.2 GHz and 6.2 GHz is measured at a value of 3.4 dB and 4.5 dB, respectively, while at port 1 port 2, the gain at a frequency of 3.9 GHz, 6.13 GHz and 11.8 GHz, respectively measured at a value of 2.12 dB, 2.52 dB and 6.13 dB. The antenna is capable of resonating on part of the C-band (port 1) frequencies, both transmitter and receiver, as well as part of Ku-band (port 2) receiver frequencies. The proposed antenna has small dimensions (30 mm x 39 mm x 1.52 mm), as well as a more compact and simple design that facilitates the fabrication process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahroo Nabila Marvi
"

Cincin korona lazim digunakan untuk meratakan medan listrik pada ujung batang insulator. Desain dari cincin korona pada umumnya dipengaruhi oleh factor mekanis ketika tegangannya mencapai 170 kV. Namun, kekuatan medan listrik pada permukaan cincin korona menjadi kriteria tambahan dalam desain untuk tegangan yang lebih tinggi. Perhitungan medan listrik sepanjang batang insulator yang dipasang cincin korona dapat disederhanakan dengan mengasumsikan simetri rotasi yang mana dapat dianalisa menggunakan charge simulation method, yaitu sebuah metode numerik yang digunakan dalam skripsi ini. Program di skripsi ini ditulis dalam C++. Simulasi pertama akan mensimulasikan muatan pada sudut yang bervariasi untuk menemukan titik yang mengalami kekuatan medan listrik yang terkuat. Simulasi kedua hanya akan dilakukan pada titik tersebut dengan dua variasi: radius sebagai variabel konstan dan ketebalan tabung sebagai variabel yang divariasikan dan sebaliknya. Tujuan dari simulasi tersebut adalah untuk mengobservasi kaitan antara dimensi cincin korona dan kekuatan medan listrik. Hasil simulasi pertama menunjukkan bahwa kekuatan medan listrik terkuat terjadi pada sudut 50 derajat. Hasil simulasi kedua memperlihatkan bahwa memperkecil baik radius maupun ketebalan tabung akan memperkuat medan listrik dan sebaliknya. Hasil simulasi tersebut juga menunjukkan bahwa kekuatan medan listrik lebih sensitif terhadap parameter ketebalan tabung dibandingkan dengan radius.


Corona rings are commonly used to smooth the electric field on the ends of long rod insulators. The design of the corona rings is mainly influenced by mechanical factors when the voltage is up to 170 kV. However, the electric field strength on the surface of the corona rings is an additional design criterion for higher voltage. For the field calculation, the electric field across a long rod insulator with corona rings can be simplified by assuming a rotational symmetry, which can be analyzed by charge simulation method, a numerical method implemented in this thesis. The program in this thesis is written in C++. The first simulation will simulate the charge at various angle to find at which point the strongest electric field strength occurs. The second simulation will be done at that point only, with two variation: varied radius and constant tube thickness and vice versa. The purpose of this simulation is to observe the relation between the corona ring dimensions and the electric field strength. The first simulation reveals that the strongest electric field strength occurs at angle 50 degree. The second simulation shows that either decreasing the radius or the tube thickness will increase the electric field strength and vice versa. It also shows that the electric field strength is more sensitive to the tube thickness parameter compared to the radius.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Matthew Gabriel
"Kebutuhan akan detektor sinyal THz yang memiliki responsivitas tinggi, noise-equivalent power yang rendah, dan bekerja optimal pada suhu ruang semakin tinggi untuk kebutuhan citra satelit, aplikasi biomedis, dan lainnya. Saat ini, detektor acuan memiliki responsivitas 26V/W dan NEP sebesar 1,7x10^-10 V/Hz. Namun, performa optimal tersebut dapat dicapai ketika detektor beroperasi pada suhu yang sangat rendah. Selain itu, karena antena yang digunakan pada penelitian tersebut adalah antena dipol standard, polarisasi yang dapat diterima hanya ketika medan listrik sebatas pada satu arah. Untuk melampaui batas-batas tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan adalah menggunakan acuan desain antena dengan konfigurasi double-crossed bowtie dengan pemilihan material karbon grafit untuk potongan konduktor sebagai bolometer agar menghasilkan daya disipasi yang tinggi dan dapat menangkap gelombang berpolarisasi ganda. Dengan jenis antena ini, diperoleh antena double-crossed bowtie yang beresonansi optimal pada frekuensi THz, dengan S11 sebesar -42,418 dB serta penguatan sebesar 2,096 dB. Performa terbaik dari detektor ini ditandai dengan nilai responsivitas maksimum sebesar 4,148x10^4 dan NEP sebesar 3,178x10^-14V/Hz. Dengan ditambahkan lensa silikon, daya disipasi meningkat sebesar 132,892% menjadi 9,661x10^4V/W dengan NEP sebesar 6,666x10^-15. Penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pada performa sistem untuk menyalurkan daya secara optimal dari sumber THz ke bolometer untuk memeroleh daya disipasi yang tinggi dan berimplikasi pada responsivitas yang tinggi dan NEP yang rendah.

The increase in demand for THz detectors which have high responsivity, low noise-equivalent power, and optimally work at room temperature is due to the advancements in remote sensing, biomedical applications, and many more. Today, a BiSb Thermocouple has a responsivity of 26 V W for every watt received and 1.7 × 10−10 V √Hz . of NEP. However, its peak performance occurred only at a very low temperature. In addition, the coupled antenna design was specifically standard dipole. Therefore, the signal is received only if its electric field oscillates in a single direction. To break these limitations, one method that is proposed in this research is using a double-crossed bowtie antenna to broaden its signal-receiving capability to unlimited directions. Modifying the detector’s conductor bar will also contribute to the detector’s optimum working temperature. By modifying the conductivity of the bar and limiting the research’s environmental circumstances, the detector’s peak performance can be achieved at room temperature condition. With this specifically chosen antenna design, we have achieved a transmission antenna with -42.418 dB and a gain of 2.096 dB. The best performance of this detector design after a series of optimizations is shown by its 4.148 × 104 V W responsivity and 3.178 × 10−14 V vHz NEP. In addition, the idea of adding a lens before the wave approaches the detector improved the detector responsivity by 132.892% with the responsivity of 9.661 × 104 V W and NEP 6.666 × 10−15 V vHz . This research is expected to show the feasibility of the system to fully transfer power from the THz source to the feed point to the conductor bar to achieve high power dissipation which leads to high responsivity and low NEP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>