Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Edi Prasetyo
"Dalam usaha meningkatkan kehandalan penyediaan energi listrik diperlukan sistem proteksi yang handal juga. Sistem proteksi harus memenuhi syarat diantaranya Sensitif (dalam mendeteksi gangguan), Handal , Selektif (mampu memisahkan jaringan yang terganggu), Bekerja cepat. Jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan 1 fasa tanah. Gangguan ini dapat menyebabkan gangguan simpatetik, yaitu gangguan yang menyebabkan salah satu relai pada penyulang lain yang berdekatan turut bekerja. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan relai yang berkarakteristik inverse. Studi kasus dalam pembahasan ini difokuskan pada Gardu Induk Ancol ( 4 Penyulang : Buih, Artika, Nusa, dan Tanjung ) dimana dengan menggunakan inverse relai, gangguan simpatetik dapat dihilangkan.

In effort to increase relay on supplying electrical energy needful protection system rely on too. Protection system must fill condition in other thing. Sensitive (in detected fault), relay on, selective (can separate disturbed network), leaped a bounds. Kinds of fault often occurs at electrical energy system is 1 phase eath fault. This fault can engender symphatetic fault. It is fault causing one of relay in other feeder neighboring can works. One of manner solve this problem by use of inverse relay. Study case under consideration focused at Ancol Substation ( 4 feeder : Buih, Artika, Nusa, and Tanjung) where with inverse relay, symphatetic fault can be avoided."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Armiya
"Jaringan distribusi merupakan bagian sistem tenaga listrik yang paling sering mengalami gangguan. Hal ini terjadi karena jaringan ini merupakan jaringan yang paling besar dan kompleks. Perlindungan terhadap kelangsungan jaringan ini penting untuk melindungi konsumen. Pada jaringan distribusi primer 20kV, proteksi terhadap arus gangguan dilakukan oleh rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Fungi rele ini sangat penting agar gangguan tidak terjadi. Parameter rele ditentukan agar fungsi koordinasi dari rele ini dapat bekerja dengan baik dalam hubungan proteksi utama-cadangan. Parameter yang paling susah ditentukan adalah time multiplier setting (TMS).
Pada penelitian ini, perhitungan TMS akan dianalisis berdasarkan metode analitik dan perbandingannya terhadap metode big-M untuk mencapai kinerja rele arus lebih dan rele gangguan tanah yang diinginkan. Penggunaan metode big-M memiliki kelebihan dimana pengguanaan iterasi menjadikan metode ini lebih cocok untuk perhitungan berbasiskan mesin, sedangkan metode analitik lebih cocok untuk perhitungan manual. Sedangkan berdasarkan nilai galat, rata-rata galat menggunakan metode big-M bernilai 2,54% sedangkan metode analitik menghasilkan galat rata-rata sebesar 2,66%. Hal ini menunjukkan secara efisiensi, metode big-M lebih efisien daripada penggunaan metode analitik. Sedangkan berdasarkan pada proses kerja, big-M lebih lama dalam menentukan hasil sebesar 87% berdasarkan pada perhitungan manual. Secara hasil, tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan antara metode big-M dan metode analitik.

Distribution is the most sensitive part of an electric power system, because of its complexity and as far as he has. Protection of such a system is very important for electricity consumer. The 20kV main distribution is protected only by relays and overcurrent ground fault relay, thus its function is considered very important. Utilization is necessary adjusting for failure points is not acceptable. Parameter settings are set to ensure relay coordination in the backup-primary relationship. The time multiplier (TMS) setting is one the most difficult parameter to measure.
In this study, the time multiplier settings were analyzed based on on the comparison between analytic calculations and the big-M method to meet the desired criteria for overcurrent relays and ground fault relays. The nature of the big-M method makes it the most suitable for machine-based calculations because it utilizes the use of iteration, whereas Analytical calculations are best used for manual calculations. In case of errors, the big-M method produces an average error of 2.54% while analytical methods produce 2.66% an error in general. Based on this fact, the big-M method is done more efficiently than analytically calculation. While based on the steps used to find a solution, the big-M method is proven 87% longer value when compared based on manual calculations. Based on the results, there are there is no significant difference between the big-M method and the analytic method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nagib Muhammad
"Skripsi ini membahas tentang metode proteksi stator generator dari gangguan fasa-tanah. Hal ini dikarenakan gangguan hubung singkat yang terjadi pada stator generator dapat menimbulkan kerusakan yang serius. Metode proteksi umumnya tidak dapat melindungi keseluruhan dari belitan stator. Metode proteksi konvensional umumnya hanya dapat memproteksi sekitar 90-95% dari belitan stator. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang mampu medeteksi gangguan pada keseluruhan belitan stator generator sinkron. Metode tegangan kurang harmonisa ketiga yang dikombinasikan dengan metode konvensional dapat melindungi keseluruhan dari belitan stator. Berdasarkan metode tersebut penulis bertujuan untuk mendapatkan nilai penyetelan rele tegangan kurang harmonisa ketiga(27TN) dan rele tegangan lebih(59N) yang akan diaplikasikan pada generator sinkron PT.X. Berdasarkan standar IEEE didapatkan nilai penyetelan tegangan pick-up untuk rele tegangan kurang harmonisa ketiga sebesar 1,1 Volt dengan waktu tunda sebesar 1 detik dengan nilai undervoltage inhibit sebesar 97 Volt, dan nilai penyetelan tegangan pick-up pertama untuk rele tegangan lebih (59N) sebesar 5 Volt dengan waktu tunda sebesar 1 detik dan penyetelan tegangan pick-up kedua sebesar 34,6 Volt dengan waktu tunda sebesar 0,1 detik. Berdasarkan simulasi yang dilakukan metode ini memiliki kelemahan yaitu ketika terjadi busur api gangguan tersebut tidak dapat dideteksi oleh metode ini.

This thesis discuss about protection method of stator ground fault, because short circuit that occurs in the stator can cause a very seriously damage. Conventional protection method cannot protect all of stator winding. Conventional protection method generally can protect about 90-95% of stator winding, because of conventional protection method cannot protect all of stator windings. So, this thesis use undervoltage third harmonic method which can protect the last 5-10% of stator winding . This tesis use this method for setting protection relay. Based on IEEE standart this tesis obtain value of third harmonic undervoltage relay setting is 1,1 Volt and time delay is 1 second ,and value for overvoltage relay (59N) is 5 Volt and time delay is 1 second, then the second setting is 34,6 Volt for time delay 0,1 second. Based on simulation result this method cannot detect the arcing fault near the neutral of stator winding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Febriadi
"Salah satu ciri motor induksi adalah arus start yang beberapa kali dari arus nominal motor. Kondisi normal ini jangan menyebabkan bekerjanya system pengaman arus lebih yang berarti setting waktu kerja rele harus lebih besar dari waktu start motor. Rele arus lebih dan gangguan tanah perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga diwujudkan sistem pengaman yang sensitif dan selektif sehingga melindungi kabel dan trafo ketika terjadi gangguan hubung singkat. Pada skripsi ini dibahas mengenai teori dan metodologi untuk menghitung arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, serta koordinasi rele arus lebih dan rele gangguan tanah untuk menjaga sistem dari arus gangguan tersebut.

One of the induction motor characteristic has starting current which many times from motor nominal current. This condition don?t cause the overcurrent relay work so the relay operation time setting must longer than motor starting time. Overcurrent relay and groundfault relay must be coordinated carefully so we can get protection system sensitively and selectively so that to protect cable and transformator when short circuit fault has done. In this paper will be explained about theory and methodology to calculate fault current which may be done in the system and to get relay setting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.03.08.154 Feb a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Febriadi
"Salah satu ciri motor induksi adalah arus start yang beberapa kali dari arus nominal motor. Kondisi normal ini jangan menyebabkan bekerjanya system pengaman arus lebih yang berarti setting waktu kerja rele harus lebih besar dari waktu start motor. Rele arus lebih dan gangguan tanah perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga diwujudkan sistem pengaman yang sensitif dan selektif sehingga melindungi kabel dan trafo ketika terjadi gangguan hubung singkat. Pada skripsi ini dibahas mengenai teori dan metodologi untuk menghitung arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, serta koordinasi rele arus lebih dan rele gangguan tanah untuk menjaga sistem dari arus gangguan tersebut.

One of the induction motor characteristic has starting current which many times from motor nominal current. This condition don't cause the overcurrent relay work so the relay operation time setting must longer than motor starting time. Overcurrent relay and groundfault relay must be coordinated carefully so we can get protection system sensitively and selectively so that to protect cable and transformator when short circuit fault has done. In this paper will be explained about theory and methodology to calculate fault current which may be done in the system and to get relay setting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51023
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Risky Zachary
"Rele diferensial merupakan sistem proteksi tenaga listrik untuk mencegah gangguan internal. Namun, terjadi trip yang tidak diharapkan oleh rele diferensial akibat gangguan eksternal di jaringan transmisi. Gangguan tersebut didasari oleh layangan yang menyebabkan hubung singkat pada sisi jaringan transmisi. Sebagai mitigasi awal sistem proteksi PLTP, diperlukan pertimbangan ulang setelan eksisting untuk menjaga keandalan rele diferensial. Informasi komponen resistansi burden transformator arus dan setelan arus eksisting dibutuhkan sebagai basis kalkulasi setelan ulang rele. Berdasarkan kalkulasi dengan memperhitungkan faktor kesalahan, penggunaan kabel 4mmsq untuk CT lebih disarankan. Selain itu, nilai setelan 87#1 untuk arus pickup 1.125A, slope 17%, dan waktu tunda 2 siklus lebih disarankan akibat ditemukan faktor kesalahan pada komponen pendukung rele. Sehingga, beroperasinya rele diferensial diluar kehendak dapat diminimalisasi.

Differential relays are an electrical power protection system used to prevent internal fault. However, an unexpected trip occurred by the differential relay due to external fault in the transmission network. The fault was based on a kite which caused a short circuit on the transmission network side. As an initial mitigation for the PLTP protection system, it is necessary to reconsider the existing settings to maintain the reliability of the differential relay. Information on current transformer burden resistance components and existing current settings is needed as a basis for relay reset calculations. Based on the calculation that took account for error factors, the use of 4mmsq cable for CT is more recommended. Aside from that, the setting value of 87#1 for a pickup current of 1.125A, a slope of 17%, and a delay time of 2 cycles is recommended as a result of an error factor found in the relay supporting components. Thus, the operation of differential relays without intention can be minimized."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaky Ramadhan
"ABSTRAK
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Cianten merupakan pembangkit berskala kecil dengan kapasitas 0.95 MW. Pembangkit ini menggunakan sistem proteksi rele digital. Salah satu jenis rele yang digunakan adalah rele arus lebih 50/51T, pada rele 50/51T yang terpasang diberikan setelan rele untuk arus maksimal, setelan arus maksimal tersebut merupakan setelan yang sangat penting karena nilai setelan sangat berpengaruh terhadap proteksi alat alat pebangkit yang bernilai investasi tinggi, untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap penyetelan rele proteksi arus lebih 50/51T.Metode yang digunakan dalam menganalisis penyetelan rele arus lebih 50/51T dengan mendapatkan tingkatan karakteristik hubung singkat dan arus lebih menggunakan ETAP 12.6 dengan memberikan nilai gangguan terhadap sistem dari kisaran 10% sampai dengan 100% untuk hubung singkat dan pengasutan motor untuk beban lebih. Setelah didapatkan hasil pengujian penguji menganalisa dengan setelan yang ada. Didapatkan hasil pada pengujian hubung singkat setting rele 50T sudah sesuai dengan hasil pengujian, namun untuk rele 51T hasil pengujian membutuhkan nilai setelan waktu 6.5 detik.

ABSTRACT
Mini hydro power plant (PLTM) Cianten is a small-scale plant with a capacity of 0.95 MW. This plant uses a digital relay protection system. One type of relay is used overcurrent relay 50/ 51T, 50/51T relay mounted given the maximum currents for relay settings, maximum flow setting is a very important setting because the value of the setting is very influential towards the protection tools of mini hydro high investment value. For it needs to be done analysis of overcurrent protection relay settings 50/51T. The methods used in analysing overcurrent relay setup 50/51T by getting short circuit characteristic levels and overload using ETAP 12.6 by giving the value of the disruption to the system from a range of 10% up to 100% for short circuit and for the overload by the starting motor case. After the test results obtained by testers analyse with existing settings. Obtained results on the short circuit relay setting 50T testing is in compliance with the test results, but for relay 51T test results requires the value of the setting time of 6.5 seconds.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufalarizqa Ramadha Meisa Putra
"[Sistem pembangkitan merupakan sumber utama penghasil energi listrik ,baik untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan publik lainnya. Dari pembangkit listrik didistribusikan ke sistem interkoneksi se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV. Namun dalam kenyataannya, sistem pembangkitan sering mengalami gangguan, salah satunya yaitu gangguan ketidakseimbangan beban dan gangguan sistem itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan adanya sistem proteksi yang memenuhi persyaratan dan semuanya bergantung pada ketepatan penyetelan peralatan proteksinya. Peralatan proteksi untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan beban dan gangguan sistem itu sendiri yaitu rele urutan fasa negatif dan rele gangguan stator-ground. Penyetelan yang baik untuk rele urutan fasa negatif yaitu ketahanan generator untuk menahan arus urutan negatif secara kontinyu adalah 8% dan nilai K adalah 10,serta setting arus untuk definite time sebesar 0,827 kA dan setting arus untuk inverse time sebesar 0,946 kA. Rele 27TN memproteksi generator dari 0-30%. Pada generator ini, keluaran dari rele berupa alarm. Proteksi yang kedua adalah rele tegangan lebih netral 59N, rele ini memberikan proteksi 90% sehingga secara perhitungan bahwa kombinasi kerja dari rele 27TN dan 59N akan memberikan proteksi 100% pada stator. Penyetelan rele 59X sebagai proteksi backup adalah 28.95% yaitu 55 V dengan waktu tunda 6 detik ditujukan untuk berkoordinasi dengan rele 59N. Rele urutan fasa negatif dan rele gangguan stator ground mempunyai persentasi kesalahan yang sangat kecil, yaitu berkisar antara 0 -1.67%.

, Generation system is the main source of electrical energy producer, both for industry and other public needs. From distributed power generation systems to interconnect Java-Bali through extra high voltage overhead line 500 kV. But in fact, the generation system is often disturbance, one of which is a load imbalance disorders and disorders of the system itself. Therefore, to prevent such disturbance is necessary to meet the requirements of the protection system and everything depends on the precision of protection equipment settings. Protection equipment to prevent the occurrence of load imbalance and disturbance of the system itself that is negative phase sequence relay and stator ground fault relay. The good setting to relay negative phase sequence generator that resistance to withstand the continuous negative sequence current is 8% and the value of K is 10, and the current setting for the definite time of 0.827 kA and the current setting for inverse time amounted to 0,946 kA. 27TN relay protects the generator from 0-30%. At this generator, the output of an alarm relay form. The second protection is more neutral voltage relay 59N, these relays provide protection of 90% so that the calculations that combined the work of rele 27TN and 59N will provide 100% protection on the stator. Setting relay 59x as backup protection is 28.95%, ie 55 V with 6 seconds delay time is intended to coordinate with the relay 59N. Rele rele sequence and negative phase stator ground disturbance has the percentage of error is very small, ranging between 0 -1.67%.
]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Pratka Setya
"Skripsi ini dibuat untuk menentukan nilai setting rele pada gardu induk dengan perhitungan secara manual. Untuk menentukan setting rele pada jaringan tegangan menengah maka perlu diketahui beberapa hal yaitu antara lain data jaringan, perhitungan hubung singkat, persyaratan pemilihan dan setting peralatan proteksi. Dalam skripsi ini gangguan yang dihitung adalah gangguan antar fasa, gangguan tiga fasa, gangguan satu fasa ke tanah dan gangguan dua fasa ke tanah. Dengan menganalisa koordinasi setting sistem proteksi pada GI maka nantinya dapat dipergunakan untuk melihat kehandalan dari sistem proteksi tersebut.
Nilai setting rele dapat ditentukan dengan mengolah data yang didapat dari gardu induk, nilai impedansi total dapat dihitung dengan menjumlahkan impedansi trafo, impedansi saluran dan impedansi sumber. Setelah didapatkan nilai impedansi maka nilai arus gangguan dapat dihitung dan lalu didapatkan nilai setting rele yang baik. Berdasarkan dari sistem proteksi yang ditentukan diatas, dapat pula dibandingkan hasil perhitungan dan penyetelan peralatan proteksi dengan system proteksi yang telah ditetapkan untuk GI yang sama agar dapat mengetahui system proteksi yang optimal.

This paper is made to set relay in with mathematical calculation. To set relay in intermediate voltage network, we need to know several things as network data, short circuit calculation, and protection setting. Coordination analysis is usefull to know the reliability of the protection instrumentation. Based on the mathematical calculation, we can compare the result of mathematical calculation with actual setting in same GI so we can know the optimal setting for the protection syatem.
The value of relay setting can be determined with calculating data from GI, the total impedance can be calculated by adding transformator impedance, line impedance and source impedance. After calculating total impedance, the fault current can be calculated. Furthermore it can be used to set relay.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Theodore, autho
"Seiring perkembangan zaman, penggunaan energi baru terbarukan dengan sistem pembangkit terdistribusi berbasis inverter (IBDG) semakin meningkat untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kehadiran IBDG dapat memberikan fleksibilitas dan efisiensi pada pembangkit energi seperti panel surya (PV). Komponen IBDG dapat dioperasikan sebagai voltage controlled-current source, akan tetapi respons arus gangguan hubung singkat dapat dibatasi hingga 1,2 p.u., sehingga arus gangguan kecil mungkin tidak terdeteksi oleh sistem proteksi konvensional. Penelitian ini mengusulkan metode pengaturan rele arus lebih dengan faktor pengali Voltage Current Multiplier (VCM) untuk meningkatkan waktu operasional rele arus lebih (OCR). Simulasi koordinasi proteksi dilakukan pada sistem distribusi IEEE 13 Bus yang diintegrasikan dengan PV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total waktu operasi rele arus lebih dengan metode yang diusulkan adalah 1,91 detik, yang secara signifikan mengurangi total waktu operasi rele hingga 81,3 % dibandingkan metode konvensional.

As time progresses, the use of renewable energy with Inverter Based Distributed Generation (IBDG) systems has increased to reduce dependence on fossil fuels. The presence of IBDG can provide flexibility and efficiency to energy generators such as solar panels (PV). The components of IBDG can be operated as a voltage-controlled current source; however, the short-circuit fault current response can be limited to 1.2 p.u., which means small fault currents may not be detected by conventional protection systems. This research proposes an overcurrent relay setting method with a Voltage Current Multiplier (VCM) factor to improve the operational time of the Overcurrent Relay (OCR). Protection coordination simulation is carried out on the IEEE 13 Bus distribution system integrated with PV. The research results show that the total operating time of the overcurrent relay with the proposed method is 1.91 seconds, which significantly reduces the total relay operating time by 81.3% compared to conventional methods."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>