Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85632 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sapto Raharjo
"Modifikasi polipropilena klasik melalui variasi kecepatan alir lelehan (melt flow rate, MFR) ternyata tidak cukup untuk memenuhi tuntutan industri. Pada perkembangannya, performa PP-Homopolimer dipengaruhi oleh penambahan komonomer etilena.
Skripsi ini ingin mengetahui pengaruh penambahan komonomer etilena terhadap sifat mekanik dan optik PP sebagai suatu modifikasi PP. Sampel yang digunakan adalah PP Trilene_ HE2.0TF (on spec product), dengan variasi kadar komonomer etilena yaitu 0.4 %, 0.6 %, 0.9 % dan 1.0 %.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kadar komonomer etilena yang meningkat menghasilkan nilai kekerasan, ketahanan impak gardner dan keburaman yang meningkat. Sedangkan nilai kekuatan tarik, kekakuan, ketahanan impak izod dan kemengkilapan menurun. Sementara itu elongasi tidak mengalami perubahan (13 %).

Classic modification of polypropylene through variation on melt flow rate (MFR) is in fact has not sufficiently met the industrial demand. On its development, the performance of PP-Homopolymer is affected by addition of ethylene co-monomer.
This research is aimed to discover the effect of ethylene co-monomer addition to the optical and mechanic properties of PP as a modification to PP. The sample used is PP Trylene_ HE2.0TF (on spec product) by varying the content of ethylene co-monomer which are; 0.4% , 0.6%, 0.9%, and 1.0%.
It is observed that the increasing content of ethylene co-monomer resulting in the increasing of hardness value, gardner impact resistance and opacity, respectively. Whereas, the tensile strength value, stiffness, izod impact resistsnce and glossy is decrease. Meanwhile, the elongation is unaffected.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51485
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Setiawan Mohar
"Sisa gergajian kayu karet banyak ditemui dan terbengkalai, walaupun sebenarnya masih dapat dimanfaatkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkannya ialah dengan menggunakannya sebagai pengisi komposit. Sedangkan polipropilena relatif murah dan mudah direkayasa, sehingga kemungkinannya sebagai bahan pengikat dapat dipertimbangkan. Namun, salah satu sifat polipropilena, yakni ketidakcocokannya dengan pengisi serbuk kayu menjadi suatu kendala yang tidak bisa diabaikan. Untuk itu, penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan PP-g-MA sebagai zat penggabung system komposit polipropilena - serbuk kayu karet guna meningkatkan kecocokan antara polipropilena dan serbuk kayu.
Resin polipropilena dengan grade Trilene HF8.0CM, 10% berat serbuk kayu karet dengan ukuran 18 mesh, dan zat penggabung PP-g-MA (Licocene PPMA 6452 TP) dicampurkan dengan metode pencampuran kering, kemudian dilanjutkan dengan ekstrusi menggunakan extruder berulir ganda. Kadar zat penggabung 0%, 5%, 10%, dan 15% berat menjadi variabel pada penelitian ini. Pengujian laju alir lelehan, tarik, fleksural, impak, dan kekerasan dilakukan untuk melihat perubahan pada sifat mekanik; analisis differential scanning calometry (DSC) dilakukan untuk melihat perubahan temperatur leleh dan temperatur kristalisasi; dan pengamatan scanning electron microscope (SEM) dilakukan untuk melihat ikatan antarmuka serbuk kayu dan matriks polipropilena.
Penggunaan PP-g-MA sebagai zat penggabung pada sistem komposit polipropilena - serbuk kayu karet telah memberikan hasil yang cukup baik. Dari hasil pengujian DSC, diperoleh kenaikan temperatur kristalisasi pada setiap penambahan PP-g-MA, yang mana kenaikan temperatur kristalisasi ini menunjukkan kenaikan kapasitas nukleasi. Pengujian tarik membuktikan penambahan PP-g-MA pada komposit sampai dengan 10% berat meningkatkan modulus elastisitas secara signifikan. Pengujian fleksural membuktikan penambahan PP-g-MA sampai dengan 5% berat meningkatkan modulus fleksural secara signifikan. Pengamatan SEM pada permukaan patahan komposit dengan penambahan 10% berat dan 15% berat PP-g-MA menunjukkan terjadi pembasahan yang baik pada ikatan antarmuka serbuk kayu dan matriks polipropilena.

Rubber wood sawdust is a readily available substance and often unused, whereas actually it can be useful. One way of making good use of it, is using it as composite fillers. While polypropylene is a relatively cheap and easily modified, such that its possibility as a favourable binding material is worth considering. However, polypropylene is incompatible with rubber wood flour, and a solution has to be found for this problem. Here, we study the effect of adding PP-g-MA as a coupling agent to improve the compatibility between polypropylene and rubber wood flour.
Polypropylene resin of grade Trilene HF8.0CM, 10% wt. rubber wood flour of 18 mesh, and coupling agent PP-g-MA (Licocene PPMA 6452 TP) were blended using the dry blending method, then extruded using double screw extruder. In this study, we observed the effect of coupling agent content of 0%, 5%, 10%, and 15% of weight. Melt flow rate, tensile, flexural, impact, and hardness tests were done to observe changes in mechanical properties; differential scanning calometry analysis was done to observe changes in melting and crystallisation temperatures; and scanning electron microscope (SEM) imaging was performed to observe interfacial bonding of wood flour and polypropylene matrix.
The addition of PP-g-MA as a coupling agent in the polypropylene - rubber wood flour composite system gave quite good results. DSC tests showed an increase in crystallisation temperature with increasing PP-g-MA content, indicating an increase in nucleation capacity. Tensile tests proved that an increase in PP-g-MA content in the composite up to 10% wt. significantly increased modulus of elasticity. Flexural tests proved that an increase of PP-g-MA content up to 5% wt. significantly increased flexure modulus. SEM imaging of the fracture surfaces composite with 10%wt. and 15% wt. PP-g-MA showed good wetting at the interface of wood flour and polypropylene matrix.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Agung Pribadi Heriawan
"Serat ijuk semakin menarik untuk diteliti sebagai bahan pengisi polimer. Dengan memodifikasi permukaan serat ijuk, didapatkan selulosa mikrofibril (MFC) yang berbasis ijuk untuk kemudian dicampurkan dengan polimer membentuk produk berbasis MFC ijuk. Namun morfologi, kompatibilitas, stabilitas termal MFC berbasis ijuk terhadap sifat produk polimer perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dibandingkan karakteristiknya dengan produk berbasis bubble glass.
Dalam penelitian ini telah dilakukan proses pencampuran lelehan panas dengan menggunakan mesin rheomix yaitu antara MFC berbasis ijuk dan bubble glass dengan polipropilena jenis homopolimer. Kandungan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dalam campuran adalah 0,3; 0,6; dan 1 wt% dalam tiap 50 gram homopolimer polipropilena dengan variasi temperatur 160, 175, dan 190°C selama 15 menit.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan MFC berbasis ijuk dan bubble glass dapat menurunkan temperatur leleh (Tm) dan menaikan temperatur dekomposisi (Td), kecuali Td produk berbasis bubble glass akibat karakteristik bubble glass yang amorf. Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi yang sama yaitu 0,3 wt% masing-masing sebesar 160,68°C dan 161,29°C. Sedangkan pada Tm maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 190°C sebesar 160,66°C dan 175°C sebesar 162,52°C. Untuk Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass didapatkan pada komposisi 1 wt% sebesar 256,08°C dan 0,3 wt% sebesar 296,07°C. Sedangkan pada Td maksimum produk berbasis MFC ijuk dan bubble glass masing-masing didapatkan pada temperatur pencampuran 175°C sebesar 270,72°C dan 160°C sebesar 290,12°C.

Ijuk fiber more interesting to study as a filler material for polymer. By modyfiying the surface fibers, microfibrilscellulose (MFC) ijuk-based obtained and then mixed it with polymer to form MFC ijuk-based products. However morphology, compatibility, thermal stability of MFC ijuk-based towards polymer product need further research and compared its characteristic with glass bubblebased products.
In this research has been carried out the process of hot-melt mixing using a rheomix machine that is between MFC ijuk-based and glass bubble with homopolymer type of polypropylene. The content of MFC ijuk-based and glass bubble in the mixture is 0.3; 0.6; and 1%wt in each 50 grams of homopolymer polypropylene with a temperature variation of 160, 175, and 190°C for 15 minutes.
The result showed that with the addition of MFC ijuk-based and glass bubblebased can lower the melting temperature (Tm) and raise the decomposition temperature (Td), except Td of glass bubble-based products due to the amorphous characteristics of glass bubble. The maximum Tm of MFC ijuk-based and glass bubble products obtained in the same composition that is 0,3%wt at 160.68°C and 161.29°C, respectively. In other side, the maximum Tm MFC ijuk-based and glass bubble-based obtained at mixing temperature of 190°C at 160.66°C and 175°C at 162.52°C, respectively. For maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble-based products obtained on the composition of 1%wt at 256.08°C and 0.3%wt at 296.07°C. In other side, the maximum Td of MFC ijuk-based and glass bubble product obtained at mixing temperature of 175°C at 270.72°C and 160°C at 290.12°C, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunung Pambudi
"Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer.

Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Anjani Adyani D.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA1382
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Permana Budi Laksana
"ABSTRAK
Penambahan aditif dapat memodifikasi dan memperbaiki karakteristik sifat
kimia dan sifat fisik dari polipropilena, baik dari sifat fisik, mekanik,
maupun optik. Aditif yang umum ditambahkan kedalam komposisi
polipropilena antara lain, antioksidan, lubricant agent, slip agent, antiblock
agent, dan antistatic.
Pada percobaan ini digunakan 2 jenis antiblock yaitu antiblock standar
(P.T. Pertamina) berbentuk silikon dioksida (SiO2) dan antiblock Dusil® AB
7400 berbentuk silikon dioksida terhidrat (SiO2 .xH2O).
Pada percobaan ini, sampel dibuat dengan menambahkan aditif ke dalam
resin polipropilena (pluff) dengan konsentrasi yang sama untuk 2
formulasi. Formulasi 1 ditambahkan antiblock standar Pertamina, dan formulasi 2 ditambahkan antiblock Dusil® AB 7400. Kedua formulasi
diproses menjadi produk plastik dan diuji karakteristiknya dengan kondisi
yang sama (komparasi), antara lain uji MFR, kuat tarik, warna (WI & YI),
kuat sobek, koefisien friksi, blocking force, keburaman, dan kekilapan.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil antiblock Dusil® AB 7400
mampu memperbaiki karakteristik sifat fisik polipropilena untuk MFR
(11,62 g/10 menit), collor (47,2 WI; 5,1 YI), kuat tarik (390 kg/cm2),
blocking force (0,0414 MD; 0,0529 TD), koefisien friksi (0,3317 μs; 0,1888
μk), kuat sobek (15,3 g/mil MD; 50,5 g/mil TD), keburaman (0,95%), dan
kekilapan (121,0%) lebih baik daripada antiblock standar MFR (11,93 g/10
menit), collor (47,3 WI; 5,9 YI), kuat tarik (410 kg/cm2), blocking force
(0,0460 MD; 0,0550 TD), koefisien friksi (0,3845 μs; 0,2048 μk), kuat
sobek (15,7 g/mil MD; 55,8 g/mil TD), keburaman (1,25%), dan kekilapan
(120,6%), terutama terlihat pada pengujian blocking force dimana
antiblock Dusil® AB 7400 dapat mengurangi gaya blok antar film plastik
lebih baik daripada antiblock standar.
Pada pemakaian aditif antiblock untuk produk polipropilena, selain harus
diperhatikan dari segi kualitasnya juga harus diperhatikan dari segi
ekonomisnya, terutama dalam efisiensi produksi polimer."
2008
TA1667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Safari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Wijaya
"Limbah kemasan plastik menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Salah satu jenis kemasan plastik yang sulit di daur ulang adalah multi lapis polipropilena yang berasal dari kemasan mi instan, sulit nya di daur ulang jenis plastik ini dikarenakan plastik ini terdiri dari lapisan-lapisan plastik yang berbeda-beda. Pada penelitian ini dilakukan upaya daur ulang limbah plastik multi lapis polipropilena dengan mencampurkan nya ke bitumen PEN 60/70 dan dari bitumen tersebut dibuat menjadi aspal AC-WC. Plastik mula-mula diberikan perlakuan plasma dan oksidasi termal dan dicampurkan ke bitumen dengan kadar plastik 1, 3, dan 5 wt.% dengan suhu pencampuran 210°C selama 30 menit sehingga menjadi PMB. Selanjutnya PMB dicampurkan dengan agregat sehingga menjadi aspal AC-WC. Hasil pengujian menunjukan dengan memberikan perlakuan plasma dan oksidasi termal maka tegangan permukaan plastik berkurang 15,2º, peningkatan gugus hidroksil dan terjadi degradasi. PMB yang diberikan plastik dengan perlakuan plasma dan oksidasi termal membuat penetrasi dan daktilitas menurun serta memiliki morfologi ukuran plastik yang lebih besar seiring bertambahnya kadar plastik. AC-WC yang dibuat dengan PMB tersebut seiring dengan kenaikan kadar plastik memiliki kenaikan stabilitas sebesar 47,8%, penurunan penetrasi sebesar 7,5% dan memiliki VMA yang lebih kecil dengan komposisi VMA diisi oleh bitumen lebih banyak dibandingkan udara seiring

Plastic packaging waste is the largest contributor to plastic pollution in the world. One type of plastic that is difficult to recycle is multilayer polypropylene, which comes from instant noodle packaging. The difficulty in recycling this plastic is due to its multiple layers of different plastics. This study aimed to cycle multilayer polypropylene from plastic waste by mixing it with bitumen PEN 60/70 and using the PMB to make an asphalt concrete- wearing course (AC-WC). The plastic was first treated with plasma and thermal oxidation and mixed with bitumen at 1, 3 and 5 wt.% at 210°C for 30 minutes to make PMB. The PMB is then mixed with aggregate to produce AC-WC. The test results showed that by treating the plastic with plasma and thermal oxidation, the surface tension of the plastic decrease 15,2 º, and the hydroxyl group increases, and degradation occurs. The PMB with plasma and thermal oxidation plastic had reduced penetration and ductility and had a larger plastic particle size as the plastic content increased. The AC-WC made from PMB had increased stability with increasing plastic content by 47,8% and decreased penetration by 7,5%. It also had a smaller VMA with bitumen to air ratio greater than that of air, as the plastic content increased."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Joni Varia
"ABSTRAK
NaturaBit70 adalah refined asphalt yang mempunyai karakter yang unik karena proses pembuatannya merupakan teknik ekstraksi aspal alam Buton yang selama ini aplikasinya belum terlalu luas. Dibandingkan dengan aspal produk samping petroleum refinery, aspal NaturaBit70 mempunyai kandungan asphaltene yang relatif tinggi dan masih dapat terus ditingkatkan bergantung kebutuhan dan aplikasi. Salah satu aplikasi aspal NaturaBit70 adalah aplikasi untuk primer coating pipa yang murah. Seperti halnya aspal gilsonite aplikasi sederhana NaturaBit70 dengan menambahkan asam lemak minyak kedelai kedalam larutan induk serta sedikit katalis pengering akan menghasilkan primer coating yang sudah memadai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa primer coating yang dihasilkan dengan menambahkan asam lemak minyak kedelai 1% - 3 % berat kedalam larutan induk sudah dapat menghasilkan primer coating yang memadai untuk aplikasi coating pipa.

ABSTRACT
NaturaBit70 is a refined asphalt which have unique character because it is extracted from Buton natural asphalt where its application is still very limited at the moment. Compare to asphalt from by product of petroleum refinery, NaturaBit70 asphalt has relatively high asphaltene content and can be increased depend on our need and its application. One of the application of NaturaBit70 is for cheap primary coating of pipe. Such as Gilsonite application, the simple application of NaturaBit70 is by adding soybean oil into the primary solution and a small amount drying catalyst will produce a decent primary coating. The result of this research shows that primary coating which is generated by adding fatty acid of soybean oil 1% - 3% weight into the mother solution can produce primary coating which is good enough for pipe coating application."
2009
T26717
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>