Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudha Pratesa
"Kebutuhan akan minyak dan gas bumi semakin meningkat,,peningkatan ini membutuhkan proses produksi yang berkesinambungan. Untuk mencegah korosi pada sumur injeksi umumnya dilakukan water treatment dengan menggunakan inhibitor,salah satunya adalah natrium sulfit. Untuk membuat keadaannya sesuai dengan keadaan didalam sumur injeksi maka percobaan dilakukan pada fluida yang mengalir dengan kecepatan dan kadar oksigen yang telah ditentukan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan alat Rotating Cylinder Electrode (RCE) untuk memberikan pengaruh kecepatan selama pengujian dalam larutan NaCl 3,5% . Selain dalam keadaan fluida yang bergerak penelitian dilakukan pula pada keadaan statis (0 rpm) untuk membandingkan efek kecepatan terhadap kinerja inhibitor natrium sulfit.
Dari hasil pengujian,dengan penambahan inhibitor natrium sulfit 10 ppm,50 ppm dan 100 ppm didapatkan hasil bahwa laju korosi menurun seiring dengan penambahan inhibitor natrium sulfit. Dengan kadar inhibitor yang efisien adalah pada penambahan 50 ppm natrium sulfit yaitu sebesar 60% pada keadaan fluida diam dan 88% dalam keadaan fluida bergerak 1000 RPM. Dari pengujian ini dihasilkan kesimpulan bahwa efek inhibisi natrium sulfit tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.Selain itu dari kurva polarisasi dan pengujian kadar oskigen terlarut didapatkan kesimpulan bahwa metode inhibisinya adalah katodik inhibitor.

The need for oil and natural gas is increasing,this increase requires a continous production process. To prevent corrosion in injection wells some water treatment are generally done by using inhibittor for example,Natrium Sulfite. Experiments carried out by using a Rotating Cylinder Electrode (RCE) to give an effect of speed during testing in 3,5% NaCl solution. Beside on the moving fluid, the research is investigated on static condition to compare the effect of velocity on the performance of sodium sulphite inhibitor.
From the test result,with the addition of inhibitors of sodium sulfit 10 ppm, 50 ppm and 100 ppm showed that the corrosion rate decreases with the addition of sodium sulfit.With the most effecicient adding is 50 ppm sodium sulfit,which is equal to 60% on the static fluid and 88% n the moving fluid. From this experiment result, we can conclude that inhibition effect of sodium sulfit not influenced by velocity.Beside that from polarization curve and dissolved oxygen test we can conclude that mode of natrium sulfit is cathodic inhibitor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51528
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Husein
"Dalam produksi minyak dan gas bumi, Sumur injeksi umum digunakan, dimana suatu fluida dipompa ke dalam reservoir untuk menaikkan tekanan di dalamnya sehingga fluida hidrokarbon yang ada akan mudah keluar melalui sumur produksi.Material baja karbon medium seringkali digunakan, dimana laju korosinya dipengaruhi oleh kecepatan alir fluida yang mengalir dalam sumur injeksi. Material UNS G10180 pada lingkungan NaCl 3,5 % akan mengalami kenaikan laju korosi karena pengaruh laju alir fluida dari 12 mpy pada 0,5 cm/s hingga mendekati 86 mpy pada 104,7 cm/s dikarenakan peningkatan 97 % koefisien transport massa, dan juga nilai wall shear stress dari 0 hingga 55.

In gas & oil production, a fluid pumps into a reservoir to raise the pressure in order to make the hydrocarbon out flown easily. Medium carbon steel commonly used in this area, where it corrosion rate influenced by the fluid velocity flows in the system. UNS G10180 in 3,5 % NaCl studies in Rotating Cylinder Electrode instrument with 0.5 cm/s to 104.7 cm/s fluid velocity system increase will have an increase from 12 to 86 mpy corrosion rate, effect by the increasing mass transport coefficient, and the wall shear stress by 97 % and from 0 to 55."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun Wijayanto
"Material baja G10180 umum digunakan sebagai sampel kupon untuk memonitor proses korosi baja karbon. Pada berbagai literatur menyebutkan bahwa laju korosi baja karbon dalam larutan natrium klorida akan mencapai nilai maksimum pada konsentrasi NaCl sekitar 3.5% berat. Evaluasi laju korosi material G10180 dilakukan dengan menggunakan metode analisa Tafel untuk lingkungan air tawar, NaCl 1, 2, 3, 3,5 dan 4 % berat, dan membandingkan aju korosi tanpa laju alir fluida dan dengan laju alir 50 cm/detik dengan menggunakan alat sel RCE (Rotating Cylinder Electrode).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dalam lingkungan NaCl pada sistem tertutup dengan temperatur 25_C dan tekanan 1 atm, proses korosi baja G10180 lebih dipengaruhi aktivitas reaksi anodik daripada reaksi katodiknya. Laju korosi pada aliran fluida 50 cm/detik mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga 400 %.

G10180 steels commonly used as corrosion coupon for carbon steel monitoring process. In many literature stated that carbon steel corrosion rate in sodium chloride solution will reach maximum value around 3%wt NaCl. G10180 corrosion rate evaluation done by using Tafel analysis method in tap water, 1%, 2%, 3%, 3.5% and 4%wt with fluid flow 50 cm/s and without it, the analysis using RCE ( Rotatting Cylinder Electrode Sel.
The results showed that in closed sistem NaCl solution with 1 atm and 27_C, G10180 corrosion process determined by its anodic reaction activity compared to its cathodic reaction. If compared corrosion rate with velocity 50 cm /s more highly than static condition becaused two factor mass transport coeficient and wallshear stress.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51532
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arri Prasetyo
"ABSTRAK
Perilaku inhibisi teh bunga rosella berdasarkan pengaruh perbedaan konsentrasi yang ditambahkan (2 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml) pada baja karbon rendah di lingkungan NaCl 3.5 % telah diteliti dengan menggunakan metode polarisasi. Ekstrak ubi ungu dipilih sebagai green corrosion inhibitor karena mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi. Waktu pengujian sampel baja SPCC untuk semua penambahan konsentrasi adalah sama. Hasil penelitian menunjukkan teh bunga rosella merupakan inhibitor korosi yang efektif untuk baja karbon rendah di lingkungan korosif, karena dapat menghambat laju korosi dengan efisiensi sebesar 57.32 - 59.31 % dengan penambahan konsentrasi 2 - 8 ml teh bunga rosella.

ABSTRACT
Behavioral inhibition of rosella flower tea based on the effect of different concentrations were added (2 ml, 4 ml, 6 ml and 8ml) on low carbon steel sample in NaCl 3.5 % environment has been investigated using polarization method. Rosella flower tea is selected as green corrosion inhibitors because they contain antioxidant compounds that can inhibit the corrosion rate. SPCC steel sample immersion time for all the additional concentrations are equal, ie for 5 days. Results showed rosella flower tea is effective corrosion inhibitor for low carbon steel in corrosion environment, because it can inhibit the corrosion rate with an efficiency of 57.32 - 59.31 % with the addition of rosella flower tea concentration of 2-8 ml."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S885
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aziz Octoviawan
"Pengaruh laju aliran pada laju korosi baja API 5L X-52 pada kondisi lingkungan NaCl 3.5% yang mengandung gas CO2 telah diteliti dengan variasi putaran 0-3000 RPM menggunakan metode polarisasi. Dari hasil penelitian didapatkan laju korosi baja API 5L X-52 berkisar pada 60 s/d 240 mpy. Hasil tersebut dibandingkan dengan kondisi teraerasi dan didapatkan bahwa laju aliran tidak terlalu signifikan dalam menaikkan laju korosi dari baja API 5l X-52 pada kondisi adanya gas CO2 terlarut akibat adanya lapisan protektif berupa FeCO3 yang menghambat proses korosi sehingga hal ini juga membuat transport massa tidak terlalu punya pengaruh signifikan terhadap proses.

Effect of flow rate for corrosion rate API 5L X-52 steel in NaCl 3.5% which containing CO2 gas has been studied with rotating speed 0-3000 RPM using polarization method. The result found corrosion rate API 5L X-52 steel is 60 - 240 mpy. This result compare with environment with aeration and found that flow rate insensitive for corrosion rate API 5L X-52 steel in environment with dissolve CO2 gas because of existence protective film FeCO3 which inhibit corrosion process. This protective film also contributes for mass transport has not significant effect for corrosion process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ernitha Yuniar Ghaisani
"Kemampuan inhibitor Triazine dalam menginhibisi baja karbon API-5L X60 dalam lingkungan NaCl 3.5% diinvestigasi dengan menggunakan metode Polarisasi Linier Linier Polarization Resistance (LPR) dalam berbagai variasi konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 0 ppm, 50 ppm, 10 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi optimum dalam menurunkan laju korosi terdapat pada 150 ppm dengan laju korosi sebesar 0,4457841 mm/year, sedangkan nilai Rp terus meningkat dan optimum pada konsentrasi 250 ppm dengan nilai sebesar 838,85 Ohm. Kurva laju korosi vs konsentrasi inhibitor menunjukkan bahwa konsentrasi optimum inhibitor Triazine dalam menurunkan laju korosi terdapat pada konsentrasi 150 ppm. Efisiensi terbesar terdapat pada konsentrasi 150 ppm dengan nilai 63,94% dan berdasarkan Rp nilai efisiensi optimum pada konsentrasi 250 ppm dengan nilai sebesar 55,16%. Kinerja inhibitor pada pengujian ini masih kurang baik karena masih jauh dari efisiensi inhibitor yang baik yaitu rentang nilai 85-90%.

The performance of Triazine based commercial corrosion inhibitor on carbon stel API 5L X60 on NaCl 3.5 % solution was investigated using Linear Polarization Resistance Method or LPR. The Inhibitor concentration that used in this experiment were 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, and 250 ppm. Experimental results showed that the optimum concentration to decrease the corrosion rate is 150 ppm with the corrosion rate in 0,4457841 mm/year , while the optimum polarization resistance is 838,85 Ohm at 250 ppm. The plot of corrosion rate vs inhibitor concentration show the optimum Triazine inhibitor concentration for decreasing corrosion rate is 150 ppm. There optimum efficiency at a concentration of 150 ppm of 63.94 % and Rp optimum efficiency at a concentration of 250 ppm of 55.16 % . Inhibitor performance is still not good because it is still far from a good inhibitor efficiency is 85-90 % range of values."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Ikhtiarie
"Oksigen terlarut adalah volume oksigen yang terkandung dalam air, yang mempunyai variasi konsentrasi yang besar. Oksigen terlarut dapat menyebabkan korosi. Kelimpahan oksigen terlarut dalam air tergantung pada temperatur, salinitas, tekanan, pH dan lain-lain. Salinitas adalah total berat padatan garam yang terlarut dalam 1000. Salinitas termasuk mempunyai dampak yang besar dalam korosi oksigen. Konsentrasi oksigen berperan penting dalam difusi oksigen yang transportasi massa ke permukaan besi sehingga menghasilkan limiting current density (iL). Nilai 1L sama dengan dengan rapat arus korosi sehingga dilakukan perhitungan laju korosi.
Penambahan konsentrasi NaCl sebesar 0%, 1%, 2%, 3%, 3.5%, dan 4 % berat NaCl mendesak konsentrasi oksigen terlarut sehingga berkurangnya konsentrasi oksigen dalam air. Penambahan konsentrasi NaCl mempengaruhi peningkatan konduktifitas. NaCl terurai ion Na+ dan ion Cl' yang merupakan elektrolit-elektrolit ikut meningkatkan nilai h., maka mempercepat laju korosi pada baja karbon G10180 (0,2%C-0,8%Mn-0,06%P-0,012%Mo)
Pada pengujian kelarutan oksigen dilakukan perlakuan aerasi selama 3 jam dan diukur dengan pengukuran DO-meter, pengujian konduktifitas larutan dengan menggunakan resistence tester, dan pengujian polarisasi potensiodimanik yang digunakan untuk mengamati korosi oksigen dalam larutan variasi larutan NaCl dengan baja karbon UNS G10180. Laju korosi mencapai nilai maksimum pada baja karbon dalam larutan konsentrasi NaCl 4 %.

Dissolved oxygen (DO) refers to the volume of oxygen that is contained in water, which has a large concentration variations can cause corrosion. Dissolved oxygen in water depends on temperature, salinity, pressure, pH and others- Salinity is defined as the total weight of solid in 1000 g of water. Salinity have any major impact on oxygen corrosion. Concentration of oxygen plays an important role on oxygen diffusion which can mass transport to surface iron and produce limiting current density (II). IL is equal as value current density on corrosion rate calculation.
The addition concentration of NaCI is 0%, 1%, 2%, 3%, 3.5%, and 4% weight of NaCI force dissolved oxygen which reduced in the water. The addition of NaCI increased influence conductivity. NaCI dissociate into Na + ionic and CF ionic which is the electrolytes participate to increase the value of II, the corrosion rate on the carbon Steel G10180 (0,2%C-0,8%Mn-0,06%P-0,012%Mo)
Oxygen solubility test conducted aeration cell treatment for 3 hours and measured with DO-meter measurement, the test conductivity solution using resistence tester, and test potensiodimanic polarization that is used to observe oxygen corrosion in NaCI solution as solvents variation of carbon steel. Corrosion rate reaches the maximum value on the carbon steel in NaCI solution concentration 4%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25959
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Putra Laksana
"ABSTRAK
Inhibisi merupakan salah satu metode penghambatan laju korosi, salah satu jenis dari inhibitor adalah inhibitor organik yang memiliki sifat biodegradable sehingga bersifat lebih ramah lingkungandan relatif lebih murah dibandingkan inhibitor anorganik.Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku inhibisi dari campuran ekstrak ubi ungu (Ipomea batatas) dan kunyit (Curcuma longa) pada pipa baja API-5L di lingkungan NaCl 3,5% dengan menggunakan metode kehilangan berat dan polarisasi. Dalam penelitian ini variasi kadar ekstrak ubi ungu dan kunyit yang dicampur berbanding terbalik. Efisiensi tertinggi ada pada kadar 16 mL ekstrak kunyit dan 2 mL ekstrak ubi ungu dengan efisiensi 82,54% sedangkan kadar optimal yang didapat adalah 8 mL ekstrak kunyit dan 6 mL ekstrak ubi ungu dengan efisiensi 74,2%.
ABSTRACT
Inhibition is one of corrosion protection method, one kind of corrosion inhibitor is organic inhibitor which has biodegradable characteristic thus the inhibitor is environmental friendlier than conventional inorganic inhibitor. This research was done to study the inhibition activity of combination between purple sweet potato (Ipomea batatas) and turmeric (Curcuma longa) extract for API-5L steel pipe in NaCl 3,5% environment. Weight loss and polarization method were used to measure the inhibitor efficiency. In this study concentration variation between purple sweet potato extract and turmeric extract.It was found that the highest efficiency achieved by 16 mL turmeric extract and 2 mL purple sweet potato extract with 82.54% inhibitor efficiency while the optimum concentration achieved by 8 mL of turmeric extract and 6 mL purple sweet potato extract with 74.2% inhibitor efficiency."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Riswanto
"Semua material berbahan dasar logam dapat mengalami degradasi material dan degradasi material memiliki banyak jenis, salah satunya korosi yang berbentuk sumuran. Studi pengaruh posisi penempatan coupon test terhadap pembentukkan korosi sumuran pada UNS 30400, UNS 20100, dan AISI 1015 dilakukan dengan menggunakan reaktor mekanik dalam media NaCl 3,5% teraerasi dengan posisi kupon arah jam 12, jam 9 dan jam 6 jika direpresentasikan pada jaringan pipa. Pengaruh laju aliran terhadap pembentukkan korosi sumuran telah banyak diteliti, dimana didapat bahwa korosi sumuran dapat tumbuh pada jenis aliran laminar maupun aliran turbulen. Serta memiliki kecepatan alir kritis untuk pertumbuhan korosi sumuran dengan kecepatan 1,5 m/s. Bentuk-bentuk korosi yang terjadi dianalisa dengan menggunakan mikroskop optik dan menggunakan metode pengurangan berat. Dari karakterisasi ini diperoleh bahwa posisi penempatan kupon dan laju alir mempengaruhi bentuk korosi sumuran yang terjadi, sehingga hasil dapat merepresentasikan bagian dalam pipa yang paling berbahaya jika terjadi korosi sumuran.

Degradation occur in every metal based material, one of the degradation is pitting corrosion. Influence of coupon test position with formation of pitting corrosion at UNS 30400, UNS 20100, and AISI 1015 done by mechanics reactor in aerated 3,5% sodium chloride represented an internal pipeline position with 6 o’clock, 9 o’clock, and 12 o’clock position. There are many researchs about influence of fluid flow to pitting corrosion formation, it shows that pitting corrosion happened in every flow regime either in laminar flow or turbulent and has a critical velocity for stable pit growth is 1,5 m/s. In this research, form of pitting corosion examine by optical microscope and weight loss method. From this characterization informed that position of coupon test and fluid flow influence the pit form, so this result can represent the most severe position for pitting corrosion inside the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Ikhtiarie
"Perkembangan ilmu dan teknologi material dewasa ini memacu dikembangkan material dengan karakter sesuai yang diharapkan antara lain ulet, keras, tahan korosi, tahan panas, ringan dan lain sebagainya. Aluminium salah satu material yang menarik perhatian untuk dikaji karena dapat membentuk anodic porous alumina yang memiliki sifat khas yaitu keteraturan strukturnya yang terbentuk. Anodic porous alumina sangat banyak digunakan baik dalam sektor yang sederhana dan inovatif. Teknologi yang saat ini sangat penting untuk pembuatan anodic porous alumina adalah proses anodizing. Sifat dan struktur aluminum oksida tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel proses anodisasi seperti waktu anodisasi, jenis dan konsentrasi larutan elektrolit, tegangan dan rapat arus, serta temperatur. Pembentukan anodic porous alumina dari aluminium foil dilakukan dengan metoda anodisasi sederhana. Proses anodisasi dilakukan dalam larutan elektrolit asam asetat 0,2 M dengan waktu anodisasi 30 menit yang dilakukan dengan pada temperatur 4 _C, 22 _C dan 40 _C dan tegangan 10 V, 40 V, 70 V, 90 V dan 120 V. Pengamatan ukuran diameter pori dilakukan dengan alat measuring microscope sedangkan pengukuran ketebalan oksida dilakukan dengan alat SEM. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran diameter pori aluminium oksida yang terbentuk dan ketebalan lapisan oksida pada aluminium akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur dan tegangan anodisasi. Rata-rata ukuran diameter pori yang terbentuk minimal terjadi pada temperatur 4 _C dan tegangan 10 volt yaitu 269,4 _m dan rata-rata ukuran diameter pori maksimal yang terbentuk terjadi pada temperatur 22 _C dan tegangan 90 V. Rata-rata ketebalan lapisan oksida minimal terjadi pada temperatur 4 _C dan tegangan 10 volt yaitu 0,38797 _m dan rata-rata ketebalan lapisan oksida maksimal terjadi pada temperatur 40 _C dan tegangan 90 volt yaitu 16,83 _m."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41217
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>