Pelumas dasar bio adalah pelumas dasar yang diperoleh dari bahan-bahan hayati seperti minyak nabati. Pelumas berbasis minyak nabati dapat memenuhi kriteria baik dari fungsi maupun lingkungan, tetapi tidak dapat digunakan secara langsung sebagai pelumas karena memiliki kinerja yang buruk pada suhu rendah serta memiliki kestabilan termal dan oksidasi yang buruk, sehingga digunakan berbagai metode untuk meningkatkan kinerja, memperbaiki sifat dan karakteristik dari minyak nabati tersebut (Annisa & Widayat, 2018). Salah satu metode yang digunakan adalah modifikasi kimia. Modifikasi kimia merupakan modifikasi yang dilakukan pada minyak nabati melalui reaksi kimia (Rudnick, 2013). Metode modifikasi kimia pada sintesis pelumas dasar bio yang difokuskan dalam literature review ini meliputi reaksi esterifikasi/transesterifikasi, pembentukan estolida, dan epoksidasi dan pembukaan cincin. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya berupa data bahan baku, metode sintesis, katalis dan reaktan yang digunakan, serta suhu, tekanan, dan waktu operasi. Pada penelitian ini, 20 variasi data diolah menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan menentukan parameter-parameter dan urutan prioritas dari parameter tersebut sebagai pertimbangan dalam menentukan reaksi yang paling baik untuk digunakan dalam proses sintesis pelumas dasar bio, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian di laboratorium. Berdasarkan pengolahan data dengan AHP, diperoleh urutan prioritas parameter pada sintesis pelumas dasar bio adalah karakteristik produk, yield, penggunaan jenis katalis dan reaktan, suhu, tekanan, dan waktu operasi dan reaksi yang paling baik digunakan adalah transesterfikasi 1 dengan bahan baku yang digunakan adalah asam oleat dan trimetilolpropana (TMP) dengan katalis natrium metoksida (NaOCH3) pada suhu 150°C, tekanan 0,3 mbar dalam waktu 45 menit dengan perolehan yield sebesar 98%.
Bio-based lubricants are basic lubricants obtained from living materials such as vegetable oil. Bio-based lubricants can meet both functional and environmental criteria, but it cannot be used directly as lubricants because it has poor performance when used at low temperatures and have poor thermal stability and oxidation, so various methods are used to improve performance, properties and characteristics of the vegetable oil (Annisa & Widayat, 2018). One method used is chemical modification. Chemical modification is a modification made in vegetable oil through chemical reactions (Rudnick, 2013). Chemical modification methods in the synthesis of bio-base lubricants that are focused in this literature review include esterification/transesterification, estolide formation, and epoxidation and ring opening reactions. The data used are secondary data obtained from previous studies in the form of raw material data, synthesis methods, catalysts and reactants used, temperature, pressure, and time of operation. In this study, 20 variations of data were processed using Analytic Hierarchy Process (AHP) by determining parameters and priority order as a consideration in determining the best reaction to use in the process of synthesis of bio-base lubricants, so that it can be used as a reference in laboratory research. Based on data processing with AHP, the order of priority parameters obtained in the synthesis of bio base lubricants is product characteristics, yield, use of catalyst and reactant types, temperature, pressure, and operating time and the best reaction used is transesterfication with the raw material used is oleic acid and trimethylolpropane (TMP) with a sodium methoxide (NaOCH3) catalyst at temperature of 150°C, pressure of 0,3 mbar in 45 minutes with yield of 98%.
"Studi mengenai katalisis dengan menggunakan nanopartikel merupakan salah satu hal yang banyak dipelajari dalam bidang nanosains modern. Aplikasi TiO2 dalam bidang katalisis dikembangkan melalui pembentukan TiO2 nanopartikel. Sintesis one-dimensional material untuk menghasilkan yield yang cukup banyak masih terus dikembangkan. Metode molten-salt digunakan untuk mensintesis single-crystalline TiO2 nanowires dalam jumlah banyak dan dimensi yang terkontrol. Pada penelitian ini dilakukan sintesis TiO2 nanowires dengan menggunakan metode molten-salt serta modifikasinya dengan penambahan logam transisi sehingga terjadi perubahan karakteristik. TiO2 anatase berbentuk bubuk, NaCl, dan Na2HPO4 dicampurkan kemudian dikalsinasi menggunakan furnace pada suhu 825 °C selama 8 jam dan didinginkan perlahan hingga mencapai suhu ruang. Penambahan logam dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kemampuan katalisis. Sintesis dilakukan dengan cara yang sama dengan penambahan logam pada saat pencampuran dengan mortar. TiO2 nanowires dan M-O/ TiO2 nanowires yang telah disintesis dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM, TEM, serta UV-Vis DRS. Adanya penambahan logam transisi tidak mempengaruhi struktur dan morfologi dari TiO2 nanowires, namun terdapat perubahan pada ukuran kristal dan nilai ban gapnya. Katalis yang telah dipreparasi digunakan pada reaksi reduksi 4-nitrophenol dengan adanya NaBH4. Adanya katalis pada reaksi tersebut mempercepat proses reduksi 4-nitrophenol menjadi 4-aminophenol yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Penurunan kecepatan reaksi secara signifikan ditunjukkan pada penggunaan katalis Ag2O/TiO2 nanowires dengan waktu reaksi 18 detik untuk penggunaan katalis sebanyak 0,1 gram. Uji reusabilitas juga dilakukan terhadap katalis Ag2O/TiO2 nanowires.
The study of catalysis using nanoparticles is one of the things that widely studied in the field of modern nanoscience. The application of TiO2 in the field of catalysis was developed through the formation of TiO2 nanoparticles. The synthesis of one-dimensional material to produce sufficient yields is still being developed. The molten-salt method was used to synthesize large quantities of single-crystalline TiO2 nanowires and controlled dimensions. In this study, the synthesis of TiO2 nanowires was carried out using the molten-salt method and its modification with the addition of transition metals so that changes in characteristics occurred. Anatase TiO2 in the form of powder, NaCl, and Na2HPO4 mixed and then calcined using furnaces at 825 ° C for 8 hours and cooled slowly to reach room temperature. Metal addition was added to see the effect on the ability of catalysis. Synthesis was done in the same way as adding metal during mixing with mortar. The synthesized TiO2 nanowires and M-O/TiO2 nanowires were characterized using XRD, SEM, TEM, and UV-Vis DRS. The addition of transition metals does not affect the structure and morphology of TiO2 nanowires, but there are changes in the size of the crystal and the value of the band gap. The prepared catalyst was used in the 4-nitrophenol reduction reaction in the presence of NaBH4. The presence of a catalyst in the reaction accelerates the process of reducing 4-nitrophenol to 4-aminophenol which is characterized by a change in color. A significant decrease in reaction speed was shown in the use of Ag2O/TiO2 nanowires catalysts with a reaction time of 18 seconds for catalyst use of 0.1 gram. Reusability tests were also carried out on Ag2O/TiO2 nanowires catalysts.
"