Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ignatius Yudistiro S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51599
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Visca
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Milla M.
"Gereja Katolik sebagai tempat beribadah umat Katolik memiliki suatu karakter atau ciri khas yang terkandung di dalam ajaran-ajarannya. Ciri khas tersebut adalah adanya empat sifat gereja yang terdiri dari satu, kudus, katolik, dan apostolik yang melandasi Gereja Katolik.
Arsitektur sebagai seni dan ilmu merancang bangunan, timbul karena dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan tertentu, untuk menampakkan status, kekuasaan atau privasi, untuk menyiratkan sistem nilai, dsb.
Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam Gereja Katolik seperti empat sifat gereja yang menjadi ciri khas Gereja Katolik diterapkan / dicerminkan ke dalam arsitekturnya? Seperti apa bentuk atau cara penerapan tersebut?
Setiap arsitek memiliki ide dan cara-cara tersendiri dalam merancang, tetapi nilai-nilai atau esensi yang terkandung dalam suatu bangunan harus tercermin pada arsitekturnya sehingga setiap orang dapat membedakan fungsi bangunan yang satu dengan bangunan lainnya. Nilai-nilai atau esensi yang terkandung dalam suatu bangunan tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai cara. Perkembangan jaman yang melahirkan suatu trend atau gaya-gaya tertentu pada suatu masa dapat mendukung penerapan nilai-nilai tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boelaars, Hubb J.W.M.
Yogyakarta: Kanisius, 2005
282 BOE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Ratna Dwijanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renzi Lazuardi
"Ruang Massage merupakan ruang yang paling esensial dalam sebuah spa. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawatan dan treatment pada spa berlangsung di ruang ini. Uieh karena itu, desain dari ruang massage ini menjadi penting dan perlu mendapat perhatian khusus secara arsitektural untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan fungsinya sebagai tempat untuk mendapatkan rasa rileks dan kesan menenangkan dalam proses relaksasi. Salah satu faktor arsitektural yang mempunyai peran cukup besar dalam rangka penciptaan suasana dalam sebuah ruang adalah sistem pencahayaan karena semua objek dan elemen yang memiliki peran dalam pembentukan suasana ruang hanya tampak jika ada cahaya. Dengan perancangan sistem pencahayaan yang balk dan matang, suasana ruang yang ingin diinginkan dapat tercapai.
Sistem pencahayaan dibagi dua menurut sumbernya, yaitu sistem pencahayaan alami yang memanfaatkan cahaya matahari, serta sistem pencahayaan buatan yang memanfaatkan sumber cahaya berupa lampu. Karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, maka sistem pencahayaan buatan lebih tepat digunakan untuk menciptakan suasana yang spesifik dalam sebuah ruang karena sumber cahaya yang berasal dari lampu bervariasi jenisnya dan lebih mudah untuk diatur sesuai keinginan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini akan dicoba dibahas mengenai peran sistem pencahayaan buatan dalam rangka menciptakan suasana rileks dan kesan menenangkan yang dibutuhkan dalam proses relaksasi pada ruang massage spa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Heuken S.J.
Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1989
R 282.598 ADO e
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Rahadiyanto Sumitro
"ABSTRAK
Suatu objek dapat terlihat karena mata kita mempersepsikan objek tersebut secara visual. Kemampuan ini tidak terlepas faktor adanya cahaya. Keberadaan cahaya memungkinkan suatu objek terlihat lengkap karena proses tertentu. Proses tersebut bagi mata kita salah satunya dipersepsikan sebagai warna.
Warna memiliki berbagai karakter yang mampu mendefinisikan objek ataupun ruang lewat berbagai cara. Karakter ini terutama berkaitan dengan perilaku warna terhadap cahaya. Perilaku ini bersifat objektif dan subjektif.
Makna ruang dalam khususnya bangunan religi sangat terkait dengan unsur cahaya. Keberadaan warna memperkuat makna yang tercipta pada ruang dalam. Bangunan gereja Katolik mempergunakan cahaya dan warna ini sebagai pemenuhan makna ruang dalamnya."
1999
S48948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Kusmartiny
1987
S5536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Helena Nurmariati
"Studi ini bertolak dari ajaran gereja yang menyatakan bahwa perkawinan Katolik secara normatif tidak terceraikan selama hidup. Namun kenyataan menunjukkan bahwa ajaran normatif Gereja itu tidak selamanya sejalan dengan fakta dalam kehidupan seharihari.
Studi ini bertujuan mengidentifikasi tradisi perkawinan Katolik dalam acuan normative dan menguak bagaimanakah dalam praktek sehari-hari perempuan Katolik menjalani perkawinannya. Dari studi ini terungkap resistansi perempuan Katolik ketika di hadapkan pada kenyataan. yaitu pengalaman kekerasan dalam rumah tangga. Dalam memahami persoalan ini dipergunakan pendekatan kualitatif berperspektif feminis, khususnya teori teologi feminis.
Hasil studi menunjukkan bahwa berdasarkan resistansinya perempuan Katolik yang mengalami KDRT dalam perkawinannya ada dua macam kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang melakukan resistansi dengan bertahan dalam perkawinannya. Kelompok kedua adalah mereka yang melakukan pemutusan perkawinan. Secara normatif, masyarakat (khususnya komunitas Katolik) memandang bahwa mereka yang memutuskan perkawinan adalah melakukan pelanggaran ajaran Gereja. Namun. situasi perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, telah memaksa dirinya untuk mengambil keputusan secara berbeda untuk menentukan kehidupannya sendiri.
Sementara itu, mereka yang mempertahankan perkawinan dipandang sebagai penganut Gereja yang taat dan terpuji, meskipun dengan konsekuensi mengorbankan dirinya sendiri untuk kepentingan keutuhan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman ajaran Gereja secara harfiah tidak memampukan perempuan Katolik untuk menjadi dirinya sendiri.

Catholic Women against Domestic Violence: Case Study at X Parish, East JakartaThis study is based on the Church's teaching that normatively marriage in Catholic is a life-time holly communion between two people. But in reality this teaching evidently cannot always be followed.
This study is aimed to shed light on marriage traditions in Catholic on normative ground and investigate how Catholic women live their marriage. The study employing qualitative approach with feminist perspective reveals that Catholic women do have some resistance in dealing with domestic violence. Their resistance can be either by means of resuming their marriage or divorce. Bose who maintain their marriage are regarded as good church followers even they have to sacrifice their own interest for the sake of their family. On the other hand, some women who experience domestic violence have been forced to file a divorce even though society (particularly Catholic community) regards them as violating the Church's teaching. The study concludes that factually the Church's teaching have yet to empower women."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>