Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85375 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angreni Basaria S.
"Ruang publik adalah milik pria. Pernyataan ini muncul sebagai hasil dari budaya patriarkal. Budaya patriarkal sendiri merupakan budaya yang menganggap kaum pria sebagai pemegang kekuasaan dalam masyarakat. Budaya inilah yang akhirnya menciptakan pemisahan ruang antara pria dan wanita. Pria berkuasa di ruang publik dan wanita sebagai kaum stay at home. Wanita tidak memiliki ruang di ruang publik. Namun, kebudayaan manusia terus berkembang. Hal ini menyebabkan perubahan pola pemikiran masyarakat tentang gender dan juga ruang yang terbentuk. wanita mulai keluar dari rumah dan beraktifitas di ruang publik. Tetapi, di beberapa tempat publik wanita belum bisa mengekspresikan sifat femininnya. Ruang publik yang sudah dapat mengekspresikan feminisme adalah cafe strip.
Studi kasus yang penulis adalah cafe strip pada citos dan downtownwalk SMS. Ruang publik ini adalah ruang yang mampu mengakomodir sifat feminin dari wanita maupun pria, seperti berdandan. Sifat feminin ini muncul dari kajian behavior setting dimana ruang ini memiliki setting yang membentuk proses diperhatikan-memperhatikan yang mengekspresikan kefemininan.

Public space belongs to men. This statement came as a result of patriarchal culture. Patriarchal culture itself is a culture that considers men as holders of power in society. Culture is what ultimately creates the space separation between men and women. Men in power in the public sphere and women as people stay at home. Women do not have space in public spaces. However, human culture continues to grow. This makes a change of thought pattern of society on gender and space are also formed. women began to come out of the house and indulge in public spaces. However, in some public places women can not express her feminine nature. Public space that has been able to express their feminism is the cafe strip.
The case study that the author is the cafe strip in Citos and downtownwalk SMS. This public space is a space that could accommodate the feminine nature of women and men, as Feminis. This behavior comes from a study setting in which this space has a setting that shape the process of look and being looked which is expressing feminine.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52348
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Nanda Muhammad
"Isolasi sosial merupakan fenomena yang berkaitan erat dengan ruang. Hal ini dipicu oleh persepsi ruang dimana seseorang memisahkan diri dari situasi sosial dalam upayanya untuk mencari rassa nyaman. Orientasi kedalam yang manusia punya sebagai semacam insting turut mempengaruhi pengalaman ruang seseorang. Inipun secara langsung mengubah preferensi terhadap ruang itu sendiri. Karenanya, cara kita menguasai, bergerak melalui dan mengitari suatu ruang, telah dipengaruhi oleh keberadaan fenomena ini secara signifikan.
Ruang publik yang memiliki sifat terbuka menjadi konteks dalam observasi fenomena ruang ini. Hal ini karena disanalah tempat bercampurnya banyak kepentingan ruang dari semua anggota publik itu sendiri, Karenanya, orientasi keddalam dari banyak penghuni ruang publik ini membentuk semacam pola pergerakan ruang yang didasari dari fenomena ini.

Social Isolation is a phenomenon that is driven by a way of perceiving space in which one excludes his/her social surrounding for the pursuit of more comfort toward the self. The orientation that we have toward the self has long been acknowledged to be an instinct. It affects the way we experience space hence our preference toward it. In this sense, our way of perceiving, occupying and moving through and around space is significantly influenced by the presence of this social phenomenon.
Public space which has the characteristic of being open becomes the context of the phenomenon as it is where a blending of multiple selfish interests occurs. Therefore, the inward orientation of all the users of public space generates a certain spatial pattern of movement which obeys this phenomenon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nurul Triandayani
"Ruang publik terbuka di Jakarta kurang secara kualitatif dan kuantitatif sehingga sebagian masyarakat menjadikan mal sebagai tempat berkumpul dan berlindung dari iklim Jakarta. Mal merupakan pusat perbelanjaan yang kini juga menjadi ruang publik. Mal memiliki elemen ruang publik dengan menghadirkan court dan tempat duduk di dalam mal agar orang-orang dapat melihat dan dilihat dari berbagai lantai. Mal menarik pengunjung dengan memfasilitasi kebutuhan sebagian masyarakat Jakarta dan elemen kegiatan di ruang publik kota, sehingga mal menjadi ruang publik yang ideal bagi bagian masyarakat Jakarta karena dapat menciptakan interaksi sosial yang terjangkau secara ruang horizontal dan vertikal.

Open public spaces in Jakarta less qualitatively and quantitatively, so that the minority of people make the mall as a gathering place and shelter from the climate Jakarta. The mall is shopping center that has also become a public space now. The mall has elements of public space by presenting the court and seating inside mall, so that people can see and be seen on the various floors. The mall attracts visitors by facilitating the needs of the minority Jakarta society and elements of activities in the public space, so the mall is become an ideal public space for the minority of people in Jakarta, because it can reach space horizontally and vertically."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filika Chrestella Lisjanto
"Berbagai karakter dan fungsi dari threshold memberikan kemungkinan kepada user untuk beraktivitas dan mengokupansi ruang. Okupansi dalam threshold bergantung pada interaksi antara user dengan elemen interioritas dan eksterioritas ruang, yakni elemen spasial berupa boundaries dan atmosfer sehingga menentukan habitation dan waktu sebagai elemen pembentuk okupansi.
Skripsi ini akan membahas mengenai potensi elemen interioritas dalam threshold di ruang publik dan pengaruh elemen interioritas terhadap okupansi manusia di dalamnya. Melalui studi literatur terhadap threshold, interioritas, serta bagaimana hal ini mempengaruhi okupansi di dalamnya, dan juga pengamatan dan analisis studi kasus pada Eco Skywalk Neo SOHO-Central Park Mall, skripsi ini menemukan bahwa okupansi pada threshold di ruang publik dipengaruhi oleh elemen interioritas seperti boundaries, atmosfer, habitation dan waktu.

Various character and function of a threshold space create possibility for user actively occupy the space. Occupancy on threshold depends on the relationship and interaction between people, element of interiority and element of exteriority, which consists of spatial element, such as boundaries and atmosphere, and element that forms occupancy, which are habitation and time.
This thesis discusses about how interiority on threshold in public space affecrs occupancy of the user. Through literature study on threshold, interiority and it 39 s affect on occupancy, and observation and analysis on case study of Eco Skywalk Neo SOHO Central Park Mall, this thesis finds how occupancy on threshold in public space area subject to it 39 s element of interiority such as boundaries, atmosphere, habitation and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusneri Prasetiani Ekawaty
"Ruang publik merupakan tempat dimana orang-orang dapat berkegiatan dan bersosialisasi di dalamnya. Untuk mewujudkan suatu ruang publik yang dapat berfungsi dengan baik, perlu adanya keterlibatan karya seni publik di dalamnya. Patung merupakan salah satu bentuk karya seni publik yang sering ditemui pada ruang publik. Arti kehadiran patung tersebut menjadi penting, karena bukan hanya berfungsi sebagai elemen penambah estetika ruang saja. Kehadiran patung di dalam ruang publik seharusnya juga dapat memberikan begitu banyak manfaat seperti menciptakan rasa senang, bangga dan kagum akan kehidupan pada lingkungan di mana ia berada, merangsang kreativitas, dan juga memacu komunikasi antar individu yang berkegiatan di sekitarnya. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperiukan adanya pengetahuan mengenai cara-cara penempatan karya seni publik yang baik pada sebuah ruang publik, sehingga keberadaan karya seni tersebut dapat lebih terasa di dalamnya.

Public space is a place where people can do their activities and socialize. To make a better functional public space, it needs the involvement of public art work within. Sculpture is one kind of public art which often can be found at some public spaces. Its presence become valuable when it is not only being aesthetical element. Its presence suppose to be more meaningful by giving sense of happiness, proud ness and admired by its surroundings, it can also desiring sense of creativity and can be connecting peoples working on it. For this purpose, it is require the knowledge about how to place this sculpture as public art in a public space in a good and right way, so its presence become meaningful."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Yosua Raja Saptama
"Jakarta merupakan kota yang sedang tumbuh, yang masih sedang mencari jati dirinya. Pembangunan fisik terus dilakukan baik dalam perbaikan sistem transportasi, pembangunan gedung bertingkat tinggi baik kantor, hotel, maupun apartemen, penggusuran perumahan liar, dan lain-lain. Jakarta dengan segala macam caranya berusaha untuk memiliki gambaran kota yang berkelas internasional. Walaupun demikian, gambaran banyak orang tentang Jakarta masih tetap sama seperti dulu. Jakarta adalah kota dengan tugu Monas, daerah-daerah pusat bisnis dengan gedunggedung tingginya, macet yang selalu terjadi tidak mengenal waktu, aktifitas rutin 24 jam, rumah-rumah kumuh dan liar, dan masih banyak lagi. Gambaran-gambaran tersebut menyebabkan ada satu hal yang terlupakan; gambaran Jakarta sebagai kota tepi air. Sama seperti kebanyakan kota di dunia, pertumbuhan kota Jakarta bermula dari air, karena letaknya yang berada di pinggir laut dan juga memiliki beberapa sungai besar yang membentuk karakter tapak kota secara signifikan. Ini semua mulai ditinggalkan ketika masyarakat lebih memilih dataran kota untuk hidup dengan efektif dan efisien. Dan lama kelamaan, daerah-daerah tepi air menjadi terabaikan dan ditinggalkan. Tulisan ini ingin memaparkan bahwa seharusnya pembentukan karakter kota harus bermula dari pengenalan akan karakter alam atau wujud tapaknya. Dalam hal ini, alam yang dimaksud adalah elemen air. Selain mengandung nilai sejarah dan nostalgia bagi masyarakat setempat, elemen air, walaupun merupakan sebuah wujud sederhana yang selalu dijumpai, memiliki sisi puitis yang dapat menyentuh perasaan dan jiwa setiap manusia. Oleh karena itu, elemen air pada kota tepi air seharusnya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta yang terjadi pada ruang publiknya.

Jakarta is a growing city that is still seeking for its real character. All physical development is being occurred recently, such as transportation system improvement, high rises erections, illegal housing removal, etc. Jakarta with all this efforts, is trying to reach an international image of city. Indeed, people?s images about Jakarta is remain the same; a city with Monas, central business districts, traffic jams that occur every moment, 24 hours daily routine, illegal housing, and so on. Those images caused one thing forgotten; Jakarta?s image of waterfront city. Like most of other cities in the world, Jakarta arises from the activities on water. It was located near the sea and significantly shaped by sea and rivers. But then, all these facts were left behind, when people prefer to stay in city?s inland, seeking for more modernized and simple life. That's why every waterfront areas became wasted and separated from people of Jakarta. This writing is proposed to see that city?s character should be formed by the consideration of its natural component subsistence; the development has to see the Genius Loci of the place; has to see what the city want to be. Water is one of the natural elements that have a contribution on the city form. Beside it contained historical values and nostalgia to the natives, water, though it is simple and familiar substance, it has poetic part that can touch every emotion of human beings. Therefore, water element should ?exist? in the daily activity of people which takes place in the public spaces in waterfront city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Bramana Sakti
"Skripsi ini membahas mengenai privasi dari pengguna gadget saat ia berada di dalam ruang publik. Gadget memungkinkan penggunanya untuk mendekatkan diri pada orang lain yang memiliki jarak secara spasial yang jauh dan mengisolasi diri dari orang lain di ruang publik yang memiliki jarak spasial dekat namun memiliki jarak emosional yang jauh. Kegiatan yang sifatnya personal tersebut kemudian kontras dengan keberadaan subyek di ruang yang sifatnya publik, dimana ia akan memiliki publisitas yang seluas-luasnya. Analisa dilakukan untuk melihat bagaimana ruang digunakan dan subyek berperilaku dalam kondisi ruang publik yang ramai maupun sepi. Dari hasil analisa kemudian ditemukan bahwa pengguna akan melakukan upaya-upaya untuk mengubah ruangnya untuk bisa mendapatkan privasi yang ia inginkan. Pada saat ruang tidak dapat diubah, pengguna akan memanfaatkan tubuhnya dan menggunakan elemen ruang yang tidak bergerak untuk bisa mendapatkan privasi yang ia inginkan. Selain itu, ditemukan bahwa pada pengguna gadget, privasi yang dibutuhkan tidak hanya terhadap isi dari gadget yang ia gunakan, namun juga pada keamanan dirinya dan barang bawaannya. Ini menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi menyebabkan perlunya perubahan pada ruang publik untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan baru yang muncul akibat adanya bentuk kegiatan baru.

Gadget can be use to connect different people from different location with near emotional distance. It also can be use to isolate its user from stranger in his/her vicinity. Using gadget, which has its personal value in the acitvity, in public space is in contrast with the publicity character of a public space. Contrasting value of personal and public may introduce several problem in gadget usage in public space. Therefore, it’s required to analyse how gadget user use the space and place around his/her and see how they react to crowded and empty public space. From the analysys there are several finding regarding the use of gadget in public space. First, gadget user in public space will try to change their surrounding space to meet their privacy needs. When the space cannot be change at all or the user needs are not meet by the change, gadget user will use their body and other static element surrounding them to meet their privacy needs. Privacy needs of gadget user in public space are not only for the privacy of the personal activity in gadget usage, but also in securing physical safety of the user and their personal belonging. This show how technology advance may force public space design to acknowledge and accommodate or adapt to new needs for people doing new activities that introduce by the technological advances.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Khairunnisa
"Pusat kota merupakan tempat terjadinya beragam aktivitas yang mengakibatkan jumlah manusia pada pusat kota mengalami peningkatan dan menyebabkan fasilitas seperti trotoar menjadi sangat penting guna menunjang aktivitas. Trotoar yang termasuk kedalam bagian jalan, pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai jalur sirkulasi pergerakan manusia dalam mencapai suatu tempat tujuan dengan aman dan nyaman. Namun berdasarkan teori, trotoar pada kawasan pusat kota tidak hanya berfungsi sebagai tempat sirkulasi melainkan juga sebagai tempat untuk duduk bersantai, berinteraksi dengan orang lain dan tempat berjualan yang merupakan ciri-ciri dari aktivitas di ruang terbuka publik. Keberagaman aktivitas tersebut yang menjadikan trotoar pada kawasan pusat kota sebagai ruang terbuka publik. Agar trotoar dapat menarik pejalan kaki untuk beraktivitas dan berfungsi sebagai ruang terbuka publik yang baik, aman dan nyaman, trotoar perlu dibagi menjadi beberapa ruang yang terdiri dari frontage zone, pedestrian through zone, street furniture zone dan buffer zone serta menerapkan prinsip connected, convenient, comfortable, convivial dan conspicuous disetiap ruang-ruang pada trotoar.

Downtown is the center of public activities, which can lead to human population growth and caused public facilities such as sidewalks become very important to support human activities. Sidewalks, which is part of the road, has the main function as a circulation path of human movement in reaching a destination safely and comfortably. But based on the theory and practice, the sidewalks are not only used by pedestrians as a place of circulation but also used as meeting point, interact with others and trading place. This are the characteristic of public open space. The diversity of these activities makes the sidewalks in the downtown area a public open space. The sidewalk in downtown requires a criteria in order to attract pedestrians to move in sidewalk, so that it functions as a good, safe and comfortable public space, it is necessary to divide the space consist of frontage zone, pedestrian through zone, street furniture zone and buffer zone and applying the principle of connected, convenient, comfortable, convivial and conspicuous in every room on the sidewalk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Jonathan Edmond
"Dalam definisinya, ruang publik merupakan suatu wadah bagi masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas tanpa membedakan status sosial ekonomi. Namun manakala "ruang publik" tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik hingga justru mengabaikan akan kebutuhan akan ruang tersebut. Akibatnya, muncul ruangruang publik yang bersifat temporer untuk memenuhi kebutuhan akan ruang publik tersebut sementara waktu. Namun, munculnya ruang publik temporer ini patut dicermati dan dianalisis lebih lanjut, apakah ruang seperti ini justru menjadi solusi terbaik akan kebutuhan masyarakat dibandingkan dengan disediakan ruang publik yang bersifat permanen atau mungkin dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan tersebut untuk sementara waktu hingga tersedianya ruang publik formal.

In the definition, public space is a container for the community in conducting a variety of activities regardless of their socioeconomic status. But when, "public space" can not be fulfilled well until it will ignore the need for space. Consequently, public spaces that are temporary to meet the needs of the public space temporarily. However, the emergence of this temporary public space worthy of further scrutiny and analysis, whether the space like this would be the best solution would be compared with the needs of the community provided a public space that is permanent or may be used and further processed to meet the needs of urban communities for a while until the formal public space available."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52271
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Tiara Delina
"Skripsi ini membahas tentang sejarah dan definisi karya seni patung, definisi dan kriteria ruang publik, dan tata cara pencahayaan yang baik bagi karya seni patung yang terletak di ruang publik outdoor khususnya saat malam hari. Patung tidak hanya berfungsi mengisi ruang-ruang interior dalam suatu bangunan, tetapi juga dapat menyatu dengan ruang publik outdoor. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan saat menata cahaya pada patung agar dapat mencapai suatu penataan cahaya yang baik dan optimal. Selain itu, hasil terbaik dapat tercapai jika skema pencahayaan individual (hanya untuk objek patung) bekerja sama dengan pencahayaan bagi keseluruhan distrik atau area.

This thesis discusses the history and definition of sculpture, the definition and criteria of public space, and the lighting technique for sculpture that located in outdoor public spaces. Sculpture not only serves to fill interior spaces in a building, but also can be integrated with an outdoor public spaces especially at night. There are several aspects that must be considered when arranging the light on the sculpture in order to achieve the best and optimal arrangement of light. Furthermore, the best results can be achieved if the individual lighting scheme (only for sculpture) collaborating with the lighting of the entire district or area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>