Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Dwi Susanti
"Antiscale magnetic treatment (AMT) merupakan salah satu metode yang berpotensi dikembangkan untuk mencegah terbentuknya kerak. Untuk itu, perlu adanya adanya pengembangan dengan mengaplikasikan kedalam suatu model kinetika empiris. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model kinetika empiris dan parameter kinetikanya yaitu energi aktivasi (Ea) dan konstanta laju reaksi (k) yang berpengaruh terhadap penekanan laju presipitasi CaCO3. Model persamaan kinetika yang digunakan adalah persamaan sigmoidal. Beberapa variasi kondisi operasi meliputi yaitu kuat medan magnet, waktu magnetisasi, laju alir sirkulasi, suhu, konsentrasi larutan dan panjang magnet. Pengukuran dilakukan pada sampel termagnetisasi dan non-magnetisasi selama 120 menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam fluida statik, nilai energi aktivasi untuk sampel termagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan sampel nonmagnetisasi, sedangkan fluida dinamik nilai energi aktivasi untuk sample termagnetisasi lebih kecil dibandingkan dengan sampel non-magnetisasi. Sampel termagnetisasi memiliki harga k lebih rendah dibanding sampel non-magnetisasi yang menunjukkan bahwa medan magnet menekan laju presipitasi CaCO3. Nilai koefisien korelasi (R2) diperoleh mendekati satu sehingga model persamaan sigmoidal dapat dikatakan cukup baik dalam mengolah data tersebut untuk memperoleh parameter kinetika.

One of method which is potential to be developed to prevent the formation of scale is Antiscale magnetic treatment (AMT). So this need application an empirical kinetics model to developed. The aim of this study is to obtain kinetic empirical method for determination of precipitated CaCO3 formation. Activation energy and rate of reaction constant have the effects to inhibit the formation of CaCO3. The model is sigmoidal equation. This research used the strength of magnetic field, time of magnetised, circulation flow, temperature, solution concentration and magnet length as the variables condition. It showed that the value of activation energy static fluid for magnetized sample was bigger than nonmagnetized sample and dinamic fluid showed the opposite that non-magnetized is bigger than magnetized. The value of k magnetized sample is lower than nonmagnetized sample and the result was magnetic field is inhibition the rate of CaCO3 precipitation. Coefficient correlation value produce approximately one, so this sigmoidal equation has capability to cultivate that data for obtaining kinetics model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"Magnetic field effect on CaCO3 precipitation is the key parameter in evaluating the effectiveness of Anti-scale Magnetic Treatment (AMT). The purpose of this study was to investigate magnetic fields influence on CaCO3 precipitation in high and low super-saturated CaCO3 solution by varied pH CaCO3 solution using circulation flow fluid system. The observation results in the high super saturated solution (pH 8.5) showed the increase of precipited CaCO3 in magnetized solutions compared to those in non-magnetic solution during circulation process. In the low super-saturated CaCO3 solution (pH 6.4) it was found that magnetic treatment increased CaCO3 precipitation after circulation process. In high super-saturated solution, magnetic field strengthens ion interactions, which reduce precipitation during circulation process. However, in low super-saturated CaCO3 solution, magnetic field weakens hydrate ion interaction which indicated by decreasing of the conductivity of solution. It increases the precipitation of CaCO3 after the circulation of magnetization process has completed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aryagoeng CD
"Air secara alamiah mengandung ion-ion logam terlarut di dalamnya, salah satunya adalah ion Ca2+ yang dapat berpresipitasi dengan ion CO32- sehingga membentuk kerak. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) merupakan suatu metode yang dapat mengurangi pembentukan kerak tanpa mengubah sifat kimia dari air. Hingga saat ini, penelitian mengenai AMT dengan fluida dinamik masih terus dikembangkan. Data yang dihasilkan cukup lengkap, oleh karena itu diperlukan suatu pengembangan model matematis dari data-data yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya, sehingga dapat diperkirakan hasil yang diperoleh pada suatu kondisi operasi tertentu. Data yang dihasilkan dari pengembangan model mempunyai harga yang mendekati hasil percobaan. Pengembangan model ini didapat waktu efektif magnetisasi dan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap presipitasi CaCO3, yaitu kecepatan alir dan konsentrasi larutan.

Naturally water contains of ionics metal which dissolved within, one of the ionic metal is calcium ion (Ca2+) which could precipitate with CO32- forming scale. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) is an alternative method that could reduce the forming scale without changing it's chemical properties. Now a days, experiment about AMT with dynamic fluid is still being developed. The datas from the experiment that have been conducted are sufficient, because of that, the needs of mathematics modelling from the data from previous reseach is important to forecast the result that will be obtained from certain operation conditions. The modelling data obtained from modelling development were closed enough with the experiment data. From this modelling development the most influenced precipitation CaCO3 which were the liquid flow and the cocentration of the solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"CaCO, scale formation on pipe walls and heat exchange equipments in industrial or domestic water processes is a serious problem. A great number of experimental researches on the prevention ofthe CaCO3 precipitation process by magnetic field have been carried out. The efforts to understand the effect of the magnetic field on the CaCO, precipitation are still being developed In this research, Na2CO, solution was magnetized by 5200 gauss permanent magnet before mired with CaCl2 in quescient condition (static fluid system). Magnetization time was variated to examine its influences to magnetization process. CaCO; content at solution and on deposit was measured by titration method of EDTA complexometry. Conductivity test was conducted to find out hydrate ion bonding. SEM (Scanning Electron Microscope) and XRD (X-Ray diffraction) rest were conducted to see the morphology of CaC O3 crystal deposit. The results showed that magnitization decreases CaCO; precipitation rate at initial precipitation (nucleation period and optimum process reaches for 30 minutes magnetization. The magnetic field depreses precipitation rate but has no eject on the equilibrium of the reaction. Magnetic field increases the conductivities of Na;C.`O_, and CaCl; solution hence reducing its ion hydrate diameter and reinforcing ion hydrate banding. SEM and XRD test results shows that CaCO, crystal formed was predominated by calcite type and magnetization depressed the number of CaCO, crystals and enlarge the crystal size. These results show that magnetization is efective in controlling the CaCO, deposit by supressing CaCO3 precipitation on deposit and in solution."
Jurnal Teknologi, 2007
JUTE-21-4-Des2007-317
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nizar Ali Balgana
"Untuk mengatasi masalah kerak kalsium karbonat CaCO3 yang terbenluk dari air sadah dimana merupakan suatu gangguan besar dalam proses di industri dibutuhkan banyak metode altematif sehingga pada penerapannya efektif dan efesien. Salah satu metode yang saat ini sedang berusaha dikembangkan walaupun masih kontroversial adalah pengolahan air sadah dengan metode magnelisasi.
Dalam penelitian ini yang pertama-tama dilakukan adalah preparasi sampel yaitu membuat air sadah yang merupakan campuran dari 0.01 M CaCl; dan 0.01 M Na2CO3. Selanjutnya pengujian kuantitatif dilakukan dengan mencampurkan laruran pernbentuk air sadah kedalam beaker glass yang diberi perlakuan dan tanpa perlakuan magnetisasi untuk mendapatkan pengaruh magnetisasi terhadap endapan CaCO; yang terbentuk dan dilakukan pengujian terhadap konsentrasi ion Ca” di larutan hasil uji pengendapan tersebut. Uji kuantitatif lainnya adalah adalah uji total padatan terlarut dengan magnetisasi 5 menit dan tanpa magnetisasi dimana total padatan terlarulnya diukur selama 30 menit. Uji kualitatif dilakukan dengan uji foto mikroskop oplik dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan struktur klistal dan jumlah partikel dari air sadah dengan dan tanpa magnetisasi 10 menit. Pengujian dengan menggunakan X -Ray Diffraksi dilakukan untuk melihat dengan pasti struktur kristal yang terbentuk dari air sadah dengan dan tanpa perlakuan magnetisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat endapan kalsium karbonat yang terbentuk dengan waktu magnetisasi. Dimana semakin lama magnetisasi makajumlah endapan semakin kecil sementara uji ion Cal' pada larutan tersebut menunjukkan bahwa semakin lama magnetisasi, konsentrasi ion Ca” di larutan semakin besar. Uji foto mikroskop optik menunjukkan bahwa magnetisasi mempengaruhi struktur dan jumlah kristal CaCO3. Uji X - Ray Diffraksi menunjukkan bahwa jenis kristal CaCO; yang terbentuk endapan adalah kalsit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intaniar Wahyu Trivany
"Kalsium karbonat nanopartikel disitesis menggunakan metode presipitasi dengan mereaksikan larutan CaCl2 dan larutan Na2CO3 yang ditambahkan capping agent untuk mencegah aglomerasi. Tahapan sintesis CaCO3 nanopartike, yaitu preparasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 (0,15 M), preparasi larutan capping agent, dan tahap sintesis CaCO3 dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm. Pada penelitian ini, variasi yang dilakukan adalah variasi laju pencampuran reaktan 1,683 mL/menit; 0,842 mL/menit; 0,561 mL/menit dan jenis capping agent (asam malat dan PEG 400) dengan variasi konsentrasi 0,5-1%. Partikel CaCO3 dikarakterisasi dengan bebrapa instrument, yaitu SEM, XRD, dan FTIR. Dengan atau tidak adanya capping agent gugus fungsi O-H, C-H, C-C, Ca-O, dan -CO3 teridentifikasi dari hasil FTIR. Pada sampel tanpa capping agent, pencampuran CaCl2 dan Na2CO3 dalam larutan air menyebabkan pembentukan kristal vaterit berbentuk spherical dengan ukuran partikel 0,2-7µm. Konsentrasi 0,5% dan 1% capping agent membentuk 2 fasa kristal, yaitu vaterit dan kalsit berbentuk spherical dan kubus dengan ukuran partikel 207 – 926 nm pada asam malat dan 276 nm – 3 µm pada PEG 400. Sehingga partikel yang dihasilkan masih tergolong partikel sub-mikro. CaCO3 yang diperoleh dengan menambahkan capping agent menghasilkan ukuran partikel berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agent. Ditemukan juga bahwaemakin besar laju penambahan reaktan maka ukuran anopartikel yang diasilkan semakin kecil, demikian semakin besar konsentrasi capping agent yang digunakan maka semakin besar pula ukuran nanopartikel yang terbentuk. Saat ini CaCO3 nanopartikel berpotensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti sebagai bahan aditif pelumas gemuk, material filler, biomedis, industri makanan, industri pertanian, dan lingkungan. Khususnya digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pelumas gemuk, CaCO3 yang dihasilkan dapat menuutup asperities yang berukuran 4,5 µm.

Calcium carbonate nanoparticles were synthesized using the precipitation method by reacting a CaCl2 solution and a Na2CO3 solution with a capping agent added to prevent agglomeration. The steps of the synthesis of CaCO3 nanoparticles were the preparation of CaCl2 and Na2CO3 solutions (0,15 M), the preparation of a capping agent solution, and the CaCO3 synthesis stage with a stirring speed of 700 rpm. In this research, the variations carried out were variations in the mixing rate of the reactants 1,683 mL/min; 0,842 mL/min; 0,561 mL/min and the type of capping agent (malic acid and PEG 400) with a concentration variation of 0,5-1%. CaCO3 particles were characterized by several instruments, namely SEM, XRD, and FTIR. With or without a capping agent the functional groups O-H, C-H, C-C, Ca-O, and -CO3 were identified from the FTIR results. In samples without a capping agent, mixing CaCl2 and Na2CO3 in aqueous solution causes the formation of spherical vaterite crystals with a particle size of 0,2-7µm. Concentrations of 0.5% and 1% of capping agents formed two crystalline phases, namely spherical and cubic vaterite and calcite with particle sizes of 207 – 926 nm in malic acid and 276 nm – 3 m in PEG 400. So that the resulting particles are still classified as sub-micron particles. CaCO3 obtained by adding a capping agent produces a smaller particle size than without the agent, this is because the capping agent can inhibit the formation reaction time in the agglomeration process. Also found that the greater the rate of addition of reactants, the smaller the size of the nanoparticles produced, thus the greater the concentration of the capping agent used, the greater the size of the nanoparticles formed. Currently, CaCO3 nanoparticles have the potential to be applied in various fields such as lubricants, grease additives, filler materials, biomedicine, the food industry, the agricultural industry, and the environment. Primarily used as an additive for the manufacture of grease lubricants, the CaCO3 produced can cover asperities measuring 4,5 µm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamon, Gerry Rindy Lineker
"Potensi asbuton yang besar menyebabkan desakan pemanfaatan asbuton. Salah satu metode untuk mendapatkan asbuton adalah ekstraksi batuan karbonat. Pada penelitian ini CaCO3 dipakai sebagai model menggantikan asbuton yang diekstraksi menggunakan acidic brine water. Gas CO2 bertekanan dengan kualitas teknis, dan laju alir 0,4 liter per jam diinjeksikan kedalam larutan air garam sehingga terbentuk acidic brine water. Ekstraksi secara batch dengan agitasi dilakukan pada variasi suhu operasi (25-80oC), tekanan (1-10 bar), dan waktu operasi (20-100 menit). Kelarutan CaCO3 tertinggi terjadi pada 25oC, 10 bar, 100 menit, dan dengan jumlah kelarutan padatan sebesar 8,8 persen.

High potency asbuton may cause pressured asbuton exploitation. One of the methods to obtain asbuton is through CaCO3 extraction. In this study, CaCO3 is used as a model replacing asbuton which is extracted using acidic brine water. Pressurized CO2 with technical quality, and 0,4 litres-per-hour flow rate is injected into brine solution to form acidic brine water. Batch extraction with agitation is conducted in various temperature operations (25-80oC), pressure (1-10 bars), dan durations (20-100 minutes). The highest solubility of CaCO3 was achieved at 25oC, 10 bars, 100 minutes, and with a solid solubility of 8,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Edo Pratama
"Indonesia memiliki kekayaan batuan dolomit yang melimpah. Hingga saat ini, batuan dolomit hanya diolah menjadi pupuk yang harganya relatif murah. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) merupakan istilah untuk kapur dengan kemurnian yang tinggi dan harganya mahal. Saat ini Indonesia masih mengimpor 100% untuk memenuhi kebutuhan PCC. PCC dapat dibuat dari batuan dolomit. Salah satu metode untuk mengolah batuan dolomit menjadi PCC adalah metode acidleaching. Asam kuat telah terbukti dapat digunakan sebagai leaching agent dalam metode acidleaching. Pada penelitian ini, digunakan asam asetat sebagai selektif leaching agent. Asam asetat hanya akan bereaksi dengan kandungan ion kalsium sebagai komponen dominan di dalam batuan dolomit. Kemudian ditambahkan amonium hidroksida untuk mengendapkan kembali kalsium yang larut di dalam asam sambil menghembuskan gas CO2. Endapan berwarna putih yang terbentuk merupakan PCC.

Indonesia has a lot of Dolomites preservation. Until now, Dolomites are only processed into fertilizer and its prize is relatively cheap. Precipitated Calcium Carbonates (PCC) is a term for high purity chalk and its prize is relatively expensive. Today, Indonesia is still imported PCC 100% eventhough PCC can be made from dolomites. Acid leaching is one of the method to process dolomites ino PCC. Strong acid has been proved to be able to be used as leaching agent in acid leaching method. In this experiment, acetic acid is going to be use as selective leaching agent. Acetic acid is going to react only with dominant calcium ion in Dolomites. Then, ammonium hydroxide is added to precipitate the dissolved calcium while blowing CO2 gas. White precipitation that is created is PCC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga S. Wijaya
"Electromagnetic water treatment merupakan salah satu metode yang berpotensi dikembangkan untuk mencegah terbentuknya kerak. Untuk itu, perlu adanya suatu penelitian untuk menguji pengaruh medan elektromagnetik terhadap pembentukan partikel dan jenis kristal CaCO3 guna mendapatkan suatu sistem yang efektif. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan jumlah lilitan, frekuensi, tegangan, dan tipe konfigurasi dalam sistem. Metode analisis yang digunakan adalah titrasi EDTA dan SEM untuk mengukur konsentrasi dan melihat jenis kerak yang terjadi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa medan elektromagnetik dapat memicu terbentuknya CaCO3 lebih besar daripada non elektromagnetik.

Electromagnetic water treatment is one of methods that can be developed to prevent scale forming. Because of that, there must be a research using a dynamic system to test the effect of electromagnetic fields toward the production of particle and CaCO3 crystal type. This research is conducted by variation of coil amount and configuration, as well as device frequency and voltage, as used in the system. The methods of analysis include the EDTA titration to measure concentration of Ca2+ and SEM to see the type of scale produced. The result indicates that electromagnetic fields can be triggered to form a bigger CaCO3 than without electromagnetic fields."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52181
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Nur Aulia Afiff
"Kebutuhan CaCO3 murni (>98%) baik di dunia maupun di Indonesia terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini Indonesia mengimpor CaCO3 murni dalam jumlah yang cukup besar tiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah batuan dolomit. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, perlu dilakukan kajian teknologi yang dapat diaplikasikan secara tepat dalam mengolah mineral dolomit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 dengan tingkat kemurnian yang tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi proses leaching yaitu berupa selective leaching dimana pada metode ini digunakan HCl dalam konsentrasi yang sangat rendah sehingga hanya ion Ca yang larut dalam HCl. Karakterisasi yang dilakukan meliputi komposisi dolomit dan produk CaCO3 menggunakan XRF dan metode penimbangan. Selective leaching dengan menggunakan HCl dilakukan pada variasi konsentrasi, waktu, rasio, dan kecepatan pengadukan. Kondisi optimum untuk menghasilkan CaCO3 dengan kemurnian diatas 98% didapat dengan menggunakan HCl 0.05M sebanyak 100mL selama 1 jam dan dilakukan tanpa pengadukan.

The needs of pure CaCO3 (>98%) both in the world and in Indonesia continues to increase every year. To meet this need, Indonesia imports CaCO3 in large quantities each year. This is very unfortunate because Indonesia has abundant natural resources, and one of them is dolomite. In an effort to increase the value of dolomites in Indonesia, it is necessary to study technologies that can be applied appropriately in processing the dolomites. This study aims to produce pure CaCO3 from dolomites in order to fulfill the needs in Indonesia.
In this research, leaching process is modified into selective leaching. In this method, the concentrations of HCl that being used is very low that only Ca ion is dissolved in HCl. Characterization of dolomites composition is conducted by using XRF. Selective leaching using HCl performed at various concentrations, times, ratios, and stirring speeds. The optimum conditions to produse CaCO3 with a purity above 98% is obtained by using 100mL of 0.05M HCl for 1 hour and is done without stirring.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>